Breaking News:

Keluarga Tak Larang Publik Melayat Sapardi Djoko Damono, Namun Tak Perbolehkan ke Pemakaman

Pihak keluarga Sapardi Djoko Damono tak melarang publik datangi rumah duka, minta tak datang ke pemakaman

Editor: Talitha Desena
Kompas.id
Sapardi Djoko Damono meninggal dunia 

TRIBUNNEWSMAKER.COM - Sastrawan Sapardi Djoko Damono tutup usia pada Minggu 19 Juli 2020.

Sastrawan legendaris ini menghembuskan nafas terakhir di usia 80 tahun.

Sapardi Djoko Damono meninggal dunia karena memiliki riwayat penyakit yang membuat penurunan fungsi organ.

Sang legenda sempat dirawat di rumah sakit sekitar 10 hari sejak 9 Juli 2020.

Pihak keluarga Sapardi Djoko Damono, Nana Subianto sempat berbincang dengan Kompas.com melalui telepon, Minggu (19/7/2020).

Nana Subianto memberikan reaksi atas publik yang berduka dengan meninggalnya Sapardi Djoko Damono.

Punya Riwayat Penyakit yang Sebabkan Komplikasi, Sapardi Djoko Damono Sempat Dirawat Sejak 9 Juli

Mengenang Sapardi Djoko Damono, 7 Puisi Terbaiknya Penuh Makna Romantis & Populer Sepanjang Masa

Sastrawan Sapardi Djoko Damono.
Sastrawan Sapardi Djoko Damono. (Kolase TribunNewsmaker - Gramedia via Kompas.com)

Seperti yang diketahui, Sapardi Djoko Damono langsung menjadi trending di berbagai media sosial menyusul kabar kepergiannya.

Nana Subianto menjawab pertanyaan publik yag ingin melayat.

Pihak keluarga tidak melarang masyarakat atau kerabat almarhum sastrawan Sapardi Djoko Damono melayat rumah duka.

Nana Subianto mengatakan sudah menyiapkan protokol kesehatan di rumah duka, sehingga pelayat bisa tetap aman di masa pandemi Covid-19.

"Ada protokol di rumah duka enggak apa-apa," ujar Nana saat dihubungi Kompas.com, Minggu (19/7/2020).

Namun, Nana menekankan, kunjungan takziah hanya sampai rumah, tidak bisa dilanjutkan ke pemakaman.

"Tidak bisa di pemakaman, di rumah enggak apa-apa," tutur dia.

Hal tersebut, lanjut Nana, untuk menghindari penularan Covid-19 di masa pandemi ini.

"Dengan segala hormat pelayat tidak diperkenankan mengantar atau hadir di pemakaman," kata dia.

Saat ini jenazah penulis "Hujan Bulan Juni" ini masih disemayamkan di rumah duka di Kompleks Dosen UI Ciputat Tangerang Selatan. 

Rencananya jenazah Sapardi dimakamkan bakda ashar di Taman Pemakaman Giritama, Giri Tonjing, Bogor Jawa Barat.

Sapardi Djoko Damono meninggal dunia pada Minggu, pukul 09.17 WIB.

Sapardi menghembuskan napas terakhir pada usia 80 tahun di Rumah Sakit Eka Hospital BSD, Tangerang Selatan.

Sapardi yang lahir pada 20 Maret 1940 di Surakata, Jawa Tengah, meninggal karena penurunan fungsi organ.

Almarhum adalah sastrawan besar Indonesia sekaligus akademisi dari Universitas Indonesia.

Penyair Sapardi Djoko Damono
Penyair Sapardi Djoko Damono (Gramedia)

Profil Sapardi Djoko Damono

Sapardi Djoko Damono adalah seorang punjagga kebanggaan Indonesia yang lahir di Surakarta, 20 Maret 1940.

Dia kerap dipanggil dengan nama akrab, SDD.

Sapardi dikenal melalui berbagai puisi mengenai hal-hal sederhana tapi penuh dengan makna kehidupan.

Hal itu yang membuat karyanya begitu popular di Indonesia, baik di kalangan sastrawan maupun khalayak umum.

Sapardi Djoko Damono menghabiskan masa mudanya di Surakarta.

Dia menyelesaikan pendidikan di SMP Negeri 2 Surakarta pada tahun 1955 dan lulus dari SMA Negeri 2 Surakarta pada 1958.

Kemudian, Sapardi melanjutkan pendidikannya demi mengembangkan bakat dan kesukaannya menulis di jurusan Bahasa Inggris di Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.

 Sapardi Djoko Damono Meninggal, Ini Daftar Lengkap Kontribusi Besar pada Kejayaan Sastra Indonesia

 Innalillahi wa Inna Ilaihi Rojiun, Sapardi Djoko Damono Meninggal, Apa Sebab dan Riwayat Sakitnya?

Pada tahun 1973, Sapardi meninggalkan Semarang menuju Jakarta untuk menjadi direktur pelaksana Yayasan Indonesia yang menerbitkan majalah sastra Horison.

Sapardi Djoko Damono
Sapardi Djoko Damono (Tribunnews.com/Nurul Hanna)

Sapardi Djoko Damono pernah mengajar di Fakultas Sastra (sekarang Fakultas Ilmu Budaya) di Universitas Indonesia pada tahun 1999-2004.

Selain itu, dia pernah menjabat menjabat sebagai dekan Fakultas Ilmu Budaya di Universitas Indonesia periode 1995-1999 dan menjadi guru besar.

Pada masa tersebut, ia juga menjadi redaktur majalah Horison, Basis, Kalam, Pembinaan Bahasa Indonesia, Majalah Ilmu-ilmu Sastra Indonesia, dan country editor majalah Tenggara di Kuala Lumpur.

Sastrawan dan penyair kebanggaan Indonesia ini telah banyak menerima penghargaan.

Pada tahun 1986, Sapardi Djoko Damono mendapatkan anugerah SEA Write Award.

Ia juga penerima penghargaan Achmad Bakrie pada tahun 2003.

Sapardi juga penerima penghargaan Achmad Bakrie pada tahun 2003 dan menjadi salah satu seorang pendiri Yayasan Lontar.

Sapardi Djoko Damono menikah dengan Wardiningsih dan dikaruniai seorang putra dan seorang putri.

Penyair Sapardi Djoko Damono
Penyair Sapardi Djoko Damono (Gramedia)

Penghargaan internasional untuk Sapardi Djoko Damono

Pada 2018 lalu, Sapardi mendapat penghargaan Anugerah Buku ASEAN (ASEAN Book Award) untuk bukunya yang berjudul Hujan Bulan Juni dan Yang Fana Adalah Waktu.

Penghargaan itu diberikan kepada Sapardi pada April 2018 di Kuala Lumpur, Malaysia dalam acara Kuala Lumpur International Book Fair yang diselenggarakan oleh Putra World Trade Center.

Penerbit Gramedia Pustaka Utama yang menerbitkan buku Sapardi menulis dalam akun resmi Twitter,

“Satu lagi penghargaan Anugerah Buku ASEAN yang diterima oleh Pak @SapardiDD di Kuala Lumpur International Book Fair: Penulisan Prolifik untuk novel Yang Fana Adalah Waktu.

Selamat Pak @SapardiDD. Terimakasih atas semua hadiah untuk Indonesia ini, pak,”

Pada 1986, Sapardi juga meraih Hadiah Sastra ASEAN (SEA Write Award) dari Thailand. Serta Anugerah Puisi Putra dari Malaysia atas bukunya yang berjudul "Sihir Hujan dari Malaysia" pada 1983.

Pakar bidang sastra yang memulai karya awalnya berjudul "Duka-Mu Abadi" ini juga pernah mendapat Anugerah Budaya (Cultural Award) dari Australia pada 1978.

Sapardi termasuk dalam daftar sastrawan Indonesia yang banyak memberikan sumbangsih bagi kesusasteraan Tanah Air. 

Beliau telah menerjemahkan banyak buku asing di antaranya yang paling terkenal adalah Lelaki Tua dan Laut (The Old Man and the Sea karya Ernest Hemingway) dan Dimensi Mistik dalam Islam (Mystical Dimension of Islam karya Annemarie Schimmel). 

(Tribunnewsmaker.com/*)

Sebagian artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul Keluarga Sapardi Bolehkan Pelayat ke Rumah Duka, Larang ke Pemakaman dan di Kompas.com dengan judul Profil Sapardi Djoko Damono, Sastrawan Kebanggaan Indonesia dan Sapardi Djoko Damono dan Penghargaan Internasionalnya

Dan di Tribunnews.com, Tak Larang Publik Melayat Sapardi Djoko Damono, Namun Keluarga Minta Publik Tak Datang ke Pemakaman

Sumber: Kompas.com
Tags:
Sapardi Djoko Damonomeninggalsastrawan
Rekomendasi untuk Anda
AA

BERITA TERKINI

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved