Pemilik Resto Legendaris Bumbu Desa, Arief S Wirawangsadita Tutup Usia, Ini Perjalanan Suksesnya
Arief S. Wirawangsadita, pendiri dan pemilik restoran Bumbu Desa meninggal dunia, ini perjalanan sukses bisnisnya
Editor: Talitha Desena
“Ya karena saya sendiri masih bolak-balik Garut-Bandung,” tutur Arief.
Padahal, Arief melihat ada potensi pasar dari kalangan ekspa-triat, di antaranya orang-orang Eropa.
Apalagi dilihat dari sejarahnya, Garut juga mempunyai banyak perkebunan teh, sehingga wajar bila banyak orang Eropa yang singgah ke Garut untuk mengenang riwayat orangtua mereka dan bernostalgia.
Nah, tentunya hal itu bisa dijual.
Maka, kemudian Arief mendatangi biro perjalanan dan menawarkan paket perjalanan ke objek wisata di Garut. Alhasil, banyak tamu menginap di hotel miliknya.
Setelah beberapa tahun mengelola Hotel Tirtagangga, ternyata otak bisnis Arief semakin terasah.
Pada tahun 1999, bersama saudaranya, Arief mendirikan Kampung Sampireun Resort & Spa.
Jika Hotel Tirtagangga konsepnya lebih ke hotel berisi kamar-kamar, Sampireun agak berbeda.
“Saya pakai konsep di atas danau dengan vila-vila di sekitarnya,” tandas dia.
Dengan konsep tersebut, praktis tamu yang menginap harus menyeberang naik perahu untuk menuju vila.
Jadilah Arief mantap membangun resor dengan jumlah vila sebanyak 22 unit ini dengan modal sekitar Rp 2 miliar.
Jika sebelumnya Arief lebih sering bolak-balik Garut-Bandung, sejak mendirikan Sampireun praktis ia menetap di Garut.
Yang unik, sewaktu mendirikan Sampireun, ternyata awalnya Arief tidak mengajukan IMB.
“Karena tempat ini bukan tempat untuk wisata, makanya saya pikir perlu mendekati masyarakat sekitarnya,” kenang dia.
Menurutnya, jika mengurus IMB dulu, ia perlu mengurus izin ke berbagai pihak, dari mulai pemegang saham, alim ulama, hingga ke pemerintah setempat.