KISAH Pemuda Pemegang Tongkat Mikrofon Presiden Soekarno, Kini Cucunya Jadi Sosok Terhormat
Kisah di balik foto lawas Presiden Soekarno tengah berpidato diunggah di akun Instagram @husein.baagil pada Selasa 1 Februari 2022.
Penulis: Galuh Palupi Swastyastu
Editor: ninda iswara
Pria itulah kakek dari Habib Husein Ba'agil.
Baca juga: 4 Fakta Ratna Sari Dewi Istri Tercantik Soekarno, Kini Jadi YouTuber, Usia 80 Masih Menawan
"Kenangan kakek kami Al Habib Muhammad bin Abu bakar bin Achmad Ba'agil saat memegang tongkat mic Bapak Presiden Ir.H.M Soekarno.
Habaib dari zaman ke zaman selalu menjadi sahabat pemerintah , pendukung pemerintah...
Pahamilah dan yakinilan duhai saudara-saudariku setanah air, bahwa tidak ada satupun pejabat yang menjabat di Bumi pertiwi melainkan mendapatkan Ridho dari ALLAH SWT ROSULULLAH SAW DAN PARA SALAF AULIAK-NYA.." tulis sang Habib

Unggahan itu sontak mencuri perhatian publik.
Akhir Hidup Presiden Soekarno, Minta Nasi Kecap untuk Sarapan, Pelayan Istana Justru Jawab Ketus
Kisah ini dicuplik dari buku berjudul "Maulwi Saelan, Penjaga Terakhir Soekarno" terbitan Penerbit Buku Kompas 2014 dan ditulis oleh Asvi Warman Adam, Bonnie Triyana, Hendri F. Isnaeni, M.F. Mukti.
Pada suatu pagi di Istana Merdeka, Soekarno minta sarapan roti bakar seperti biasanya.
Langsung dijawab oleh pelayan, “Tidak ada roti.”
Soekarno menyahut, “Kalau tidak ada roti, saya minta pisang."
Dijawab, “Itu pun tidak ada.” Karena lapar, Soekarno meminta, “Nasi dengan kecap saja saya mau.”
Lagi-lagi pelayan menjawab, “Nasinya tidak ada.” Akhirnya, Soekarno berangkat ke Bogor untuk mendapatkan sarapan di sana.
Maulwi Saelan, mantan ajudan dan kepala protokol pengamanan presiden juga menceritakan penjelasan Soekarno bahwa dia tidak ingin melawan kesewenang-wenangan terhadap dirinya.
“Biarlah aku yang hancur asal bangsaku tetap bersatu,” kata Bung Karno.
Baca juga: SUDAH Remaja 15 Tahun, Paras Tampan Kiran Cucu Soekarno Buat Warga Jepang Terpesona, Intip Potretnya
Di saat lain, setelah menjemput dan mengantar Mayjen Soeharto berbicara empat mata dengan Presiden Soekarno di Istana.