Bayi Meninggal Karena Ibu Tak Bisa Bayar RS Usai Melahirkan, Tidak Diijinkan Juga Hadir ke Pemakaman
Seorang Ibu di Purwakarta menanggung pilu bayinya meninggal setelah tak bisa bayar RS, sampai tak bisa hadiri pemakaman
Editor: Talitha Desena
TRIBUNNEWSMAKER.COM - Kisah pilu seorang Ibu yang bayi meninggal karena tak bisa bayar tunggakan rumah sakit.
Kejadian Ibu yang bayinya meninggal karena tak bisa bayar rumah sakit terjadi di Desa Sukajaya, Kecamatan Sukatani, Kabupaten Purwakarta.
Bahkan dirinya tak bisa datang di pemakaman bayinya karena masih ditahan rumah sakit untuk membayar tunggakan.
Diberitakan, sang suami tak sanggup menanggung biaya sebesar Rp 14 juta.
Anggota DPR RI Dedi Mulyadi mulanya mendapat kabar tersebut dari Kades Sukajaya. Sang kades sudah berupaya meminta kebijakan rumah sakit untuk bisa memulangkan keluarga tersebut. Sebab pihak keluarga telah membayar Rp 4 juta dan menyisakan utang Rp 10 juta.
Mendengar kabar tersebut Kang Dedi Mulyadi bergegas menuju RSIA Bunda Fathia tempat ibu tersebut ‘ditahan’. Di sana ia bertemu langsung dengan pihak keluarga dari pasien bernama Nani Mulyani.
Suami Nani mengatakan awalnya ia membawa sang istri ke RS Thamrin Purwakarta. Namun karena tidak ada ruang NICU maka dirujuk ke RSIA Bunda Fathia. Setelah ditangani bayi tersebut lahir namun meninggal dunia.
Baca juga: BAYI 18 Bulan Selamat dari Kecelakaan Maut di Tol Cipali Tanpa Luka, Mobil Hangus, Ibunya Meninggal
Baca juga: Dibuang Ibunya, Bayi Ini Jadi Rebutan 13 Keluarga, Calon Ortu Ada yang Bergaji Ratusan Juta/Bulan

“Katanya jantung. Sebelumnya ibunya juga pendarahan terus,” katanya.
Menurutnya ia sudah membayar Rp 4 juta kepada pihak rumah sakit. Uang tersebut berasal dari hasil gadai tanah. Meski begitu pihak rumah sakit masih tidak mengizinkan pulang karena masih ada sisa tunggakan Rp 10 juta.
Bahkan saat bayi tersebut dimakamkan sang istri tidak diizinkan pulang untuk melihat. “Gak bisa pulang karena administrasinya belum. Bayi meninggal di sini, ibunya (istri) gak bisa bisa lihat pemakaman karena ditahan di sini,” ucapnya.
Kang Dedi pun tak habis pikir dengan upaya rumah sakit melakukan hal tersebut. Sebab menahan pasien tidak menjamin biaya rumah sakit akan lunas. Ia pun meminta untuk bertemu dengan pihak manajemen rumah sakit.
Sambil menunggu pihak manajemen, Dedi bersama keluarga tersebut menuju ruang administrasi. Di tempat tersebut Dedi melunasi semua biaya rumah sakit yang mencapai Rp 10 juta lebih.
Tak lama seorang perempuan yang merupakan pihak manajemen rumah sakit datang menemui Dedi. Saat bertemu, Dedi mempertanyakan kebijakan rumah sakit yang tidak memiliki empati untuk sekadar memberi izin ibu tersebut melihat bayinya terakhir kali sebelum dikuburkan.

“Minimal dikasih ruang dulu untuk menengok bayinya dikuburkan,” ucap Kang Dedi.
“Kita tidak menahan (pasien), bapaknya juga tidak izin untuk pulang,” kata pihak manajemen.