Bayi Meninggal Karena Ibu Tak Bisa Bayar RS Usai Melahirkan, Tidak Diijinkan Juga Hadir ke Pemakaman
Seorang Ibu di Purwakarta menanggung pilu bayinya meninggal setelah tak bisa bayar RS, sampai tak bisa hadiri pemakaman
Editor: Talitha Desena
Dalam kasus ini Kang Dedi Mulyadi berupaya bersikap netral. Ia memberi teguran pada suami keluarga tersebut karena tidak mengikuti program BPJS. Padahal suami tersebut memiliki gaji tetap yang cukup untuk mengikuti program BPJS.
“Suami harus bertanggung jawab pada istri dan keluarga dengan mendaftarkan BPJS. Tapi saya juga komplain kepada rumah sakit kenapa tidak diizinkan pulang, harus ada jaminan segala macam. Gak elok masa orang lagi susah ditambah susah,” kata Dedi.
Ia pun meminta kejadian seperti ini tidak lagi terulang. Kalaupun ada penahanan seharusnya yang ditahan adalah pihak suami, bukan ibu yang melahirkan. Sebab suami memiliki tanggung jawab sebagai kepala keluarga.
“Tapi saya juga berterima kasih karena di sini ada NICU, nyawa ibunya bisa terselamatkan. Kalau tidak dibawa ke sini mungkin ibunya juga bisa meninggal,” ujar Kang Dedi Mulyadi.
Setelah melunasi semua tunggakan, pihak keluarga diizinkan pulang dan diantar menggunakan ambulans desa.
Kisah Lain, Dibuang Ibunya, Bayi Ini Jadi Rebutan 13 Keluarga

Dibuang ibu kandungnya, bayi ini sekarang jadi rebutan banyak kuarga untuk diadopsi.
Bayi malang berjenis kelamin lelaki tersebut dibuang di Kecamatan Karangpandan, Kabupaten Karanganyar.
Setelah dibuang, si bayi justru jadi rebutan keluarga yang ingin mengadopsi.
Kini sudah ada 13 pasang pasutri yang mengisi formulir pengajuan hak asuh atau adopsi .
Kabid Perlindungan dan Rehabilitasi Dinsos Karanganyar, Sulistyowati mengatakan 13 bakal calon orangtua angkat bayi itu bukan orang sembarangan.
Mereka berasal dari kalangan ekonomi menengah ke atas.
Bahkan, ada yang berpenghasilan hingga ratusan juta rupiah per bulan.
"Pasutri yang datang ke sini dan mengajukan permohonan mobilnya bagus-bagus. Ada yang pakai Pajero Sport, ada yang gajinya seratusan juta per bulan," ujar Sulistyowati kepada TribunSolo.com, Kamis (16/6/2022).
Tiga belas pasutri yang mengajukan permohonan adopsi itu juga memiliki asal yang beragam.