Berita Kriminal
'Dijambak & Dipukul' Dijanjikan Rp5Juta, 2 Warga Banten Jadi Budak di Suriah, Trauma: Banyak Ledakan
Dua WNI dijual dan dijadikan budak di Suriah, sering dianiaya dan mendengar suara ledakan, trauma
Editor: Dika Pradana
TRIBUNNEWSMAKER.COM - Dua Warga Negara Indonesia (WNI) asal Banten merasakan trauma mendalam setelah dijadikan budak di Suriah selama bertahun-tahun.
Hidup mereka dilingkupi ketakutan mendalam karena terus dianiaya oleh majikannya.
Keduanya ditampar dan dipukuli hingga dijambak oleh majikannya di Suriah.

Mereka juga merasakan trauma mendalam gegara sering mendengar suara dentuman.
Mereka awalnya tak menyangka akan dijual di Suriah untuk dijadikan budak.
Sebelumnya, mereka tergiur dengan pekerjaan dengan janji Ro 5 juta perbulan.
Namun, pada akhirnya mereka justru ditipu dan diterbangkan ke Suriah.
Kedua korban berinisial SN (30) dan BM (30).
Baca juga: KEJAM! Suami Tusuk Istri di Depan 2 Anaknya hingga Tewas, Pelaku Kabur, Nasib Kakak Adik Ini Pilu
Keduanya berasal dari Kecamatan Malingping, Kabupaten Lebak, Banten.
Mereka diberangkatkan ke Suriah tahun 2017 saat konflik senjata terjadi di negera tersebut.
Pada Juni 2023, mereka berdua melapor ke polisi.
Terkait kasus tersebut, polisi mengamankan SP (40) dan AD (53).
Keduanya diketahui sebagai agen yang memberangkatkan kedua korban.
Kabid Humas Polda Banten Kombes Pol Didik Hariyanto mengatakan kasus tersebut berawal saat kedua korban ditawari gaji Rp 5 juta untuk bekerja sebagai cleaning service di Abu Dhabi.
Baca juga: Sering Mimpi Pohon Pir, Pria Ini Syok Ternyata Petunjuk, Akhirnya Bertemu Ayahnya setelah 27 Tahun

"Tapi ternyata korban diterbangkan ke Suriah sebagai asisten rumah tangga dengan gaji Rp 2,7 juta," ungkap Didik pada Senin (24/7/2023).
Selama di Suriah, korban mengalami perlakuan yang tidak manusiawi yakni kerap dipukul dan dijambak oleh sang majikan gegara hal sepele.
"Selain itu korban juga mengalami ketakukan karena sering mendengar suara ledakan," ungkapnya.
Didik mengungkapkan, setelah kurang lebih dua bulan bekerja di sana korban dipulangkan melalui agen penyalur yang sama.
Kedua korban melapor pada Juni 2023 setelah ramai pemberitaan tentang perdagangan orang.
"Korban berani lapor setelah ramai pemberitaan tentang TPPO," katanya.
Baca juga: MENJEMPUT MAUT! Berniat Jemput Pacar di Kafe, Pria di Jakarta Tewas Diamuk 4 Pemuda, Pacarnya Syok

Kirim ratusan orang kerja di Timur sejak tahun 1990
Salah satu tersangka AD mengaku sudah mengirimkan ratusan orang untuk bekerja di wilayah Timur Tengah sejak tahun 1990.
Namun dia mengaku tidak mengetahui bahwa korban dipekerjakan ke Suriah.
"Tidak tahu, tahunya dikirim ke Abu Dhabi," singkatnya.
AS berperan memberangkakan para korban ke Timur Tengah, Sementara peran SP adalah melakukan perekrutan.

Hal tersebut dijelaskan Kabid Humas Polda Banten Kombes Pol Didik Hariyanto.
"Sebelum diberangkatkan merela ditampung dulu di rumah AD di Cililitan, Jakarta." ujarnya.
"Di sana korban bertemu dengan 10 orang lainnya yang juga akan berangkat," jelasnya.
Didik menegaskan, agen penyalur yang dikelola secara mandiri oleh AD merupakan ilegal.
"Tersangka menerima keuntungan Rp 6 juta untuk satu orang yang disalurkan," ujarnya.
'DIPAKSA Makan Anak Sendiri' Wanita Ini Dulu Jadi Budak Kelompok Radikal, Kini Menjadi Dubes PBB
Dulu hidup menderita lantaran dijadikan budak birahi dari kelompok radikal, ISIS, wanita ini sekarang sukses menjadi duta besar di PBB.
Selama menjadi tahanan ISIS, wanita tersebut tak pernah menyangka bahwa dirinya dipaksa untuk menyantap daging buah hatinya sendiri.
Kala itu, wanita berparas cantik tersebut memiliki seorang bayi berusia satu tahun.
Namun, ketika dirinya ditahan oleh ISIS, bayinya pun turut diculik.
Baca juga: Penjual Kukis Ini Ternyata Suami Kedua Aktris Indonesia, Miliki Pekerjaan Utama yang Tak Sembarangan

Bayi bernasib malang tersebut meninggal dunia setelah dibunuh dan dimasak oleh kelompok radikal itu.
Pada saat itu, wanita tersebut tak tahu bahwa masakan yang dihidangkan padanya ternyata adalah daging anaknya sendiri.
Sontak hatinya langsung remuk dan cukup mederita karenanya.
Berhasil kabur dari cengkraman ISIS, wanita itu kini sukses menjadi orang berpengaruh di PBB (Perserikatan Bangsa Bangsa).
Lantas, siapakah sebenarnya sosok wanita tersebut?
Baca juga: Tukang Salon Ini Kini Jadi Diva Internasional, Dulu Kerja Nyapu Rambut:Sekarang Cetak Rekor Grammy
Dia adalah Nadia Murad, wanita asal Irak yang kini menjadi aktivis Hak Asasi Manusia (HAM).
Seusai ISIS berhasil dibubarkan, Nadia Murad mendapatkan sejumlah penghargaan dunia.
Dia menjadi nominee nobel penghargaan dunia.
Baca juga: PULANGKAN Saja Suamimu! Bertahun-tahun Nikah, Pria Ini Tak Bisa Lepas dari Ibunya, Istri Menderita
Wanita berusia 30 tahun ini sekarang fokus duta besar PBB untuk para penyintas perdagangan manusia.
Di banyak event internasional Nadia Murad kerap menceritakan kisah hidunya yang menyeramkan.
Sebagai gadis etnis Yazidi, Nadia Murad, mendapat siksaan luar biasa, bahkan menyantap daging anaknya sendiri.
Kisah yang dialami Nadia Murad sukses menyita perhatian dunia.
Berkat keberanianannya membuka kekejaman ISIS, Nadia mendapatkan penghargaan Nobel Perdamaian pada tahun 2018 lalu.
Lalu, bagaimana kronologi Nadia bisa menjadi tawanan hingga berhasil kabur dari ISIS?

Kedatangan ISIS di Irak
Perempuan berusia 25 tahun ini dulu tinggal di sebuah desa yang tenang di pegunungan Sinjar, di wilayah utara Irak, tak jauh dari perbatasan dengan Suriah.
Namun, ketenangan itu hancur ketika kelompok ekstremis bersenjata ISIS menyapu sebagian wilayah Irak dan Suriah pada 2014.
Tak hanya itu, serbuan ISIS tersebut sekaligus menjadi mimpi buruk yang mengubah hidup Nadia selamanya.
Satu hari pada Agustus 2014, sejumlah truk pick up dengan bendera hitam berkibar di atapnya memasuki Desa Kocho, tempat Nadia tinggal.
ISIS membunuh semua pria di desa itu, menculik anak-anak untuk dilatih menjadi tentara, dan menjadikan para perempuan Yazidi sebagai budak seks.
"ISIS ingin merampas kehormatan kami, tetapi justru merekalah yang kehilangan kehormatan," ujar Nadia.

Dijadikan Budak Seks dan Makan Daging Anak Sendiri
Setelah ditangkap dari desanya, Nadia dan para perempuan Yazidi lainnya menjalani penderitaan paling hebat sepanjang hidup mereka.
Nadia dan para perempuan lainnya dibawa ke Mosul, yang didaulat sebagai ibu kota kekalifahan yang diproklamasikan ISIS.
Selama kurang lebih tiga bulan menjadi tawanan ISIS, Nadia berulang kali dipukuli, disiksa, dan diperkosa.
Tak hanya itu, ISIS kemudian menggelar pasar budak untuk menjual para perempuan dan gadis Yazidi itu kepada siapa saja yang berminat membeli.
Bukan hanya menjadi budak seks, para perempuan juga melihat anggota keluarga mereka habis di tangan kekejaman anggota ISIS.
Kepada Vian Dakhill, seorang anggota parlemen Irak, Nadia mengaku tidak sadar memakan bayinya sendiri.

Bayinya itu dibunuh ISIS lalu dimasak sebelum dihidangkan kepadanya bersama sepiring nasi.
Vian, dalam keterangannya, juga menyebut ada seorang gadis berusia 10 tahun dipaksa berhubungan seks hingga meninggal dunia di depan saudara perempuan dan ayahnya.
"Salah satu perempuan yang berhasil kami bebaskan dari ISIS mengatakan bahwa dia ditahan di ruang bawah tanah selama tiga hari tanpa makan dan air," ujar Vian kepada media Mesir, Extra News.
Setelah itu, lanjut Vian, para komandan ISIS itu membawa sepiring nasi lengkap dengan lauknya.
"Perempuan itu memakannya karena sangat kelaparan," ujarnya.
Setelah makan, para anggota ISIS bilang kepadanya kalau daging yang ia makan adalah anaknya sendiri.
"Kami memasak anak laki-lakimu yang berumur satu tahun yang kami ambil darimu, dan kamu baru saja memakannya," ujar Vian meniru perkataan anggota ISIS.

Dipaksa Meninggalkan Agama
ISIS juga memaksa para perempuan Yazidi itu meninggalkan kepercayaan yang mereka anut.
Komunitas Yazidi yang berbahasa Kurdi itu menjalani sebuah agama kuno yang memercayai satu Tuhan dan pemimpin para malaikat yang direpresentasikan dalam bentuk burung merak.
Seperti ribuan perempuan Yazidi lainnya, Nadia dipaksa menikahi seorang anggota ISIS, disiksa, dipaksa mengenakan make-up, dan pakaian ketat.
Tak tahan dengan berbagai jenis siksaan itu, Nadia nekat melarikan diri dan berhasil selamat, karena mendapat bantuan sebuah keluarga muslim asal Mosul.
Dengan berbekal surat-surat palsu, Nadia berhasil melintasi perbatasan dan masuk ke wilayah Kurdi untuk bergabung dengan ribuan pengungsi Yazidi di sana.
Di tempat pengungsian itulah baru Nadia mengetahui enam saudara laki-laki dan ibunya tewas dibunuh ISIS.
Berkat bantuan sebuah organisasi yang membantu warga Yazidi, Nadia bisa bertemu saudarinya di Jerman, tempat dia tinggal saat ini.
Sejak saat itu, Nadia mendedikasikan dirinya untuk apa yang disebutnya "perjuangan rakyat kami", dan menjadi aktivis anti-kekerasan terhadap perempuan ternama jauh sebelum gerakan #MeToo melanda dunia.
Sebelum serbuan ISIS pada 2014, jumlah warga etnis Yazidi di Irak berjumlah sekitar 550.000 orang.
Namun, sebanyak 100.000 orang sudah meninggalkan Irak sejak serbuan ISIS.
Sebagian lainnya memilih tetap berada di wilayah Kurdi dan masih takut untuk kembali ke kampung halaman mereka.
Kini, Nadia Murad menjadi suara Yazidi di kancah dunia. Dia mengampanyekan keadilan bagi rakyatnya.
Dia juga memperjuangkan agar dunia mengakui perbuatan ISIS terhadap etnis Yazidi bisa dikatagorikan sebagai genosida.
Berita ini telah diolah dari artikel Kompas.com.
Sumber: Kompas.com
Sosok Nurminah Wanita Tewas Dicor Kekasih di Lombok, Hendak Menikah, Pelaku Ternyata Sudah Beristri |
![]() |
---|
Pengakuan Istri Penculik Kacab Bank BUMN di Jakpus, Panik 2 Kali Didatangi Polisi, Dapat Rp8 Juta |
![]() |
---|
Pilu Kondisi Jasad Ilham Kacab Bank BUMN di Jakpus, Banyak Luka Memar, Teman Korban: Tak Punya Musuh |
![]() |
---|
Eksekutor Pembunuh Kacab Bank BUMN di Bekasi Buron, 4 Penculik Memelas, Diduga Sudah Direncanakan |
![]() |
---|
Tangis Istri Kepala Cabang Bank BUMN di Jaktim Pecah, Suami Diculik & Dibunuh, 4 Orang Ditangkap |
![]() |
---|