Berita Viral
SOSOK Nenek Hadijah, Penjual Sapu di Mamuju, Tinggal di Gubuk Reyot: Suami Minggat, Anak Merantau
Inilah sosok Nenek Hadijah, penjual sapu lidi di Mamuju yang hidup sebatang kara di gubuk reyot, suami minggat dan anaknya merantau.
Editor: Dika Pradana
TRIBUNNEWSMAKER.COM - Sosok Nenek Hadijah merasakan getirnya kehidupan sebagai penjual sapu lidi yang tinggal sebatang kara di gubuk reyot.
Di usianya yang kini memasuki 65 tahun, Nenek Hadijah tak memiliki keluarga yang memberikannya perhatian khusus.
Suaminya telah lama pergi meninggalkannya tanpa kejelasan.
Nenek Hadijah memiliki tiga orang anak yang telah dewasa.
Namun dia memilih tinggal sendiri dengan alasan tidak ingin merepotkan anak-anaknya.

Oleh karena itu, Nenek Hadijah memilih hidup sebatang kara di rumahnya di Kelurahan Sinyonyoi Selatan, Kecamatan Kalukku, Kabupaten Mamuju, Sulawesi Barat (Sulbar).
Kondisi tempat tinggal Hadijah sudah sangat memprihatinkan.
Atap rumah sudah bocor-bocor dan dindingnya hanya menggunakan pelapa pohon sagu.
Sementara lantai rumahnya hanya menggunakan alas plastik yang sudah sobek-sobek.
Alat memasaknya pun hanya menggunakan kompor hok bahan bakar minyak tanah.
Baca juga: SOSOK Suratmi, Lansia Sebatang Kara Rawat 5 Anaknya yang Lumpuh sejak Lahir: Otot Layu, 1 Meninggal
Baca juga: NASIB Putri Eks Model Majalah Hot, Kini Sebatang Kara di Rumah Tanpa Listrik:Dulu Bareng Anggota DPR
Bahkan, kadang juga memakai kayu untuk masak.
Sehari-hari Nenek Hadijah pergi mencari lidi dari daun kelapa lalu dibuat menjadi sapu lidi.
Dari jual sapu lidi nenek lansia dia bisa mengasapi dapurnya hanya untuk makan sehari-hari.
Bahkan kadang juga tidak bisa mengenyangkan perutnya.
Hal itu dikarenakan, kondisi ekonomi yang menghimpit kehidupannya itu.
Salah satu anggota Relawan Merah Putih Kalukku bernama Samad mengatakan, sehari-hari dia membuat sapu lidi.

Sapu itu lalu dijual ke warga setempat untuk kebutuhan hidupnya.
Dia menjual sapu tersebut dengan harga Rp 5.000.
Penghasilannya pun tak bisa mencukupi kehidupannya.
"Harga sapu lidinya itu hanya dijual tiga Rp 5 ribu, itu murah sekali dan kadang tidak cukup untuk makan," ungkap Samad saat dihubungi Tribun-Sulbar.com, Sabtu (16/9/2023).
Samad melihat, kondisi Nenek Hadijah sangat memprihatinkan.
Baca juga: Saya Sebatang Kara Dibuang Ortu sejak Lahir, Difabel Ini Jadi Badut Jalanan: Malu tapi Terpaksa
Samad membeberkan bahwa Nenek Hadijah membutuhkan banyak bantuan dari orang-orang dermawan.
Apalagi di tengah kondisi harga beras mahal membuat Nenek Hadijah semakin susah menjalani kehidupannya.
"Dia beretangga dengan anaknya, tapi dia pilih tinggal sendiri di rumahnya," bebernya.
"Dia (Nenek Hadijah) hanya jual sapu lidi," ungkapnya.
Dia menambahkan, Nenek Hadijah sudah mendapat bantuan berupa sembako dari Relawan Merah Putih Kalukku.
Tak sedikit tetangga yang merasa kasihan pada nasib Nenek Hadijah.

SOSOK Suratmi, Lansia Sebatang Kara Rawat 5 Anaknya yang Lumpuh sejak Lahir: Otot Layu, 1 Meninggal
Sosok Suratmi (65), seorang lansia sebatang kara yang kini harus merawat kelima putranya yang lumpuh sejak lahir.
Seorang anak dari Suratmi dinyatakan meninggal dunia beberapa waktu lalu.
Kini, setelah suaminya meninggal dunia, Suratmi seorang diri harus mengurus anak-anaknya yang menderita kelumpuhan.
Diketahui, Suratmi memiliki delapan anak, lima putra dan tiga putri.
Kelima putra dari Suratmi seluruhnya mengalami kelumpuhan.

Baca juga: 12 Tahun Lumpuh & Bingung Bangkitkan Gairah, Ibu Ini Carikan PSK untuk Anaknya: Kini Nafsu Menggebu
Sementara itu, ketiga putrinya sehat wal afiat.
Keluarga Suratmi tinggal di sebuah rumah di Jalan Hatirongga, Desa Pematang Simalungun, Kecamatan Siantar, Kabupaten Simalungun, Sumatera Utara.
Rumah petak yang ditempatinya itu milik sebuah yayasan yang telah mereka huni selama puluhan tahun.
Kisahnya berawal saat Suratmi menikah dengan suaminya Mujiman. Perempuan itu kemudian melahirkan 3 perempuan dan 5 laki laki.
Ketiga anak perempuannya bertumbuh hingga dewasa dan masing masing telah berumah tangga.
Namun berbeda dengan anak laki lakinya. Awalnya terlahir sehat, namun belum sampai umur 1 tahun mendadak lumpuh.
Baca juga: PERJUANGAN Pria Lumpuh Cari Nafkah Jadi Montir, Perbaiki Mesin sambil Berbaring: Saya sempat Down!
Baca juga: BERINGASNYA Perawat Bunuh 7 Bayi di RS & Racuni 6 Bocah Lain Pakai Insulin, Otak Lumpuh: Psikopat?
Kondisi demikian dialami oleh kelima putera Suratmi yakni, Suwito (44), Adi (36), Rian (31) dan Sanrol (29).
Sementara Amjah yang lahir pada tahun 1984 telah meninggal dunia menyusul ayahnya Mujiman (66).
Suwito, Adi dan Rian kondisinya sama sekali tak mampu berdiri dan berkomunikasi dengan baik. Mereka hanya terduduk dan merangkak.
Sementara Sanro sejak lahir hanya bisa terbaring di kasur. Tubuhnya ringkih, otot-ototnya layu dan mengecil.
Suratmi tak tahu persis apa yang menyebabkan 5 putranya itu lumpuh. Ia tahu polio atau Acute Flaccid Paralysis (AFP) biasa dikenal dengan lumpuh layu.
“Ketika seumuran berjalan, kami coba berdirikan, tetapi tidak mampu. Katanya karena polio, pastinya saya tidak tahu,” kata Suratmi saat ditemui di kediamannya, Jumat (1/9/2023).
“Semua anak laki-laki kami tidak bisa jalan sejak bayi, yang perempuan tiga orang sehat-sehat, normal,” ucap Suratmi menambahkan.

Sejak melahirkan, Suratmi tak pernah jauh dari anak-anaknya itu. Tanpa sentuhan tangan Suratmi, kelima anaknya itu tak mampu mandiri.
Anak-anaknya ditempatkan di dua tempat tidur busa yang letaknya di ruang tamu dekat jendela. Di tempat itu mereka merangkak, terbaring dan disuapi makan.
Untuk menafkahi keluarga ini, suaminya Mujiman semasa hidup bekerja serabutan dan dia satu-satunya tulang punggung keluarga.
Terkadang keluarga Suratmi mendapat bantuan dari orang orang yang bersimpati, kemudian hidup dari bantuan sosial (bansos) pemerintah.
Setelah ditinggal mati suaminya, Suratmi dibantu putri sulungnya, Sukasih, untuk menafkahi keluarga.
Beruntung Sukasih tinggal tak jauh dari rumah yang ditempati ibunya itu.

Sukasih membenarkan kelima saudara laki-lakinya itu lahir normal namun mendadak mengalami kelumpuhan.
Namun ia pun tak tahu pasti apakah dikarenakan polio atau lumpuh layu.
Ia mengatakan, gejala yang dialami hampir sama yakni otot tubuh layu hingga mengecil saat usia saudaranya itu berumur 3 bulan.
"Satu laki laki sudah meninggal. Sekarang ini tinggal empat. Kami semua perempuan sehat. Yang sakit ini semua yang laki laki," kata Sukasih.
"Belum pernah diperiksa. Kalau dulu kan, vaksin polio kan belum ada yang gitu gitu," tambahnya.
Saat dikunjungi Kapolres Simalungun AKBP Ronald Sipayung pada Kamis (31/8), adiknya Sukasih bernama Sanrol (29) mengalami demam tinggi.
Tim Dokkes Polres Simalungun sempat memeriksa kesehatan Sanrol dan tiga saudaranya lalu memberikan obat obatan.
Selain berjanji akan rutin memeriksa kesehatan mereka, AKBP Fernando memberi bantuan uang tunai serta sembako kepada Suratmi.
Artikel ini diolah dari TribunSulbar
Sosok Wahyu Hidayat, Wali Kota Malang yang Diuji Konflik Viral Mantan Dosen UIN Yai Mim vs Sahara |
![]() |
---|
Histerisnya Ibu Selebgram Oca Fahira Kehilangan Anak Sulung Selamanya, Tangis Iringi Pemakaman |
![]() |
---|
Kagetnya Sepupu Dengar Kecelakaan Tragis Selebgram Oca Fahira, Tahu dari Grup WA Keluarga |
![]() |
---|
Detik-detik Selebgram Oca Fahira Tewas Kecelakaan Motor di Mempawah, Tragis Terlindas Truk Trailer |
![]() |
---|
Tragis Selebgram asal Kalimantan Barat Tewas Terlindas Truk, Oca Fahira Tergelincir Keluar Jalur |
![]() |
---|