Breaking News:

Berita Viral

POTRET Rusun Pengungsi Imigran di Sidoarjo Dirusak WNA Gegara Listrik Padam: Jendela & Pintu Jebol

Pengungsi Rohingya ngamuk dan rusak Rumah Susun penampungan imigran di Sidoarjo, Jawa Timur gegara listrik padam.

Editor: Dika Pradana
Tribun
Pengungsi Rohingya ngamuk dan rusak Rumah Susun penampungan imigran di Sidoarjo, Jawa Timur 

 TRIBUNNEWSMAKER.COM - Gegara listrik padam, sejumlah Warga Negara Asing (WNA) menghancurkan sejumlah fasilitas di rusun penampungan imigran di Sidoarjo, Jawa Timur.

Sejumlah WNA termasuk dari etnis Rohingya tersebut murka lantaran listrik di rusun tersebut pada selama hampir 24 jam.

Sebagai bentuk protes, imigran tersebut nekat memecahkan kaca hingga merusak pintu hingga jebol.

Pengungsi ngamuk dan rusak Rumah Susun Taman Sidoarjo, Jawa Timur
Pengungsi ngamuk dan rusak Rumah Susun Taman Sidoarjo, Jawa Timur (TikTok @RestoranPASE)

Insiden pengerusakan fasilitas di rusun pengungsian imigran Puspo Agro ini terjadi pada Jumat (8/12/2023) malam.

Informasi yang dihimpun dari video yang beredar viral, para pengungsi melempari dan merusak fasilitas penampungan seperti kantor, sejumlah kaca pecah hingga pot tanaman rusak berserakan.

Kadiv Keimigrasian Kanwil Kemenkumham Jatim Herdaus membenarkan peristiwa tersebut.

Saat ini pihaknya sedang melakukan penyelidikan atas peristiwa pengerusakan itu.

Baca juga: DETIK-DETIK Pengungsi Rohingya di Malaysia Buang Sampah ke Sungai, Emosi Ditegur Warga: Melunjak!

"Kami bersama pihak kepolisian sedang menyelidiki aksi pengerusakan yang diduga dilakukan oleh WNA penghuni penampungan," katanya Sabtu (9/12/2023) malam.

Aksi perusakan tersebut terjadi saat terdapat gangguan yang mengakibatkan terjadi pemadaman listrik di penampungan oleh PLN sejak Jumat (8/12/2023) dini hari.

Pada Jumat siang, para penghuni melakukan protes atas gangguan pemadaman listrik tersebut.

"Pihak pengelola penampungan lalu menyewa genset agar listrik di penampungan kembali hidup," terangnya.

Jumat sore, genset tiba di lokasi penampungan dan langsung menyuplai listrik di penampungan.

Baca juga: 5 Fakta Pulau Galang yang Diisukan Jadi Penampungan Rohingya, Dulu Jadi Kamp Pengungsi Vietnam

Seorang pengungsi Rohingya tampak meratap, karena harus kembali ke laut.
Seorang pengungsi Rohingya tampak meratap, karena harus kembali ke laut. (Kompas.com)

Sekitar satu jam setelah genset aktif, pihak penampungan menerima informasi dari PLN bahwa aliran listrik telah menyala dan bisa digunakan.

Sehingga pemasangan dan penginstalasian genset dihentikan dan proses penyambungan kembali menggunakan aliran listrik PLN.

"Di tengah proses tersebut, sekitar pukul 19.15 WIB, terjadi aksi perusakan sarana dan prasarana di penampungan Puspa Agro. Informasinya ada sekitar 30 penghuni yang melakukan perusakan," terangnya.

Kejadian tersebut berlangsung sekitar 15 menit. Para perusak berhenti beraksi setelah aliran listrik di penampungan kembali normal.

Baca juga: ALASAN Rohingya Kabur dari Kamp Pengungsi Bangladesh, Sudah Dijatah Rp124 Ribu Per Hari:Masih Kurang

Pengungsi Rohingya ngamuk dan rusak Rumah Susun penampungan imigran di Sidoarjo, Jawa Timur
Pengungsi Rohingya ngamuk dan rusak Rumah Susun penampungan imigran di Sidoarjo, Jawa Timur (Tribun)

"Para pengungsi yang melakukan perusakan lalu lari bersembunyi," ujarnya.                           

Atas aksi tersebut pihaknya mengagendakan pertemuan dengan para stakeholder, termasuk dengan International Organization for Migration (IOM).

"Ini dapat dikategorikan sebagai perilaku pengungsi yang tidak sepantasnya, akan ada evaluasi dan pembinaan sebagai bentuk pertanggungjawaban," ucapnya.

Insiden ini lantas terus menjadi sorotan publik.

Pasalnya, akhir-akhir ini aksi nekat yang dilakukan imigran di Indonesia terutama Rohingya membuat geger publik.

ALASAN Rohingya Kabur dari Kamp Pengungsi Bangladesh, Sudah Dijatah Rp124 Ribu Per Hari: Masih Kurang

 Sudah dijatah uang makan senilai Rp 124 ribu oleh PBB, tak sedikit pengungsi Rohingya memilih untuk kabur dari kamp pengungsian di Bangladesh menuju Indonesia dan Malaysia.

Para pengungsi Rohingya mengeluhkan sedikitnya jatah makanan jika hanya senilai Rp124 ribu per hari untuk satu orang.

Menurutnya jatah tersebut terbilang cukup kecil dan harus dinaikkan untuk mencukupi kebutuhan hidupnya.

Ratusan warga Rohingya di Tempat Penampungan Ikan (TPI) Lapang Barat, Kabuapten Bireuen
Ratusan warga Rohingya di Tempat Penampungan Ikan (TPI) Lapang Barat, Kabuapten Bireuen (Kompas.com)

Angka yang kecil tersebut nyatanya telah meningkatkan kriminalitas di sejumlah kamp pengungsian di Bangladesh.

Nilai bantuan yang kecil tersebut menimbulkan angka kekerasan antar geng di Rohingya.

Tak hanya itu, para pengungsi juga mengeluhkan masa depan yang suram di Banglades karena sedikitnya lapangan pekerjaan serta sekolah di sana.

Program Pangan Dunia PBB, sumber utama bantuan pangan bagi para pengungsi, memotong nilai uang bulanan di kamp-kamp pada Juni 2023, untuk kedua kalinya tahun ini, menjadi rata-rata USD 8 per orang atau Rp124 ribu.

Baca juga: PARAH! Warga Gaza Mulai Diusir Israel, Tekan Mesir Terima Pengungsi: Diimingi Penghapusan Utang

Baca juga: Fakta Pengungsi Rohingnya Buang Bantuan Sembako ke Laut, Hingga Warga Telanjur Terluka Sikap Mereka

Badan itu telah menyalahkan kurangnya dukungan para donatur.

“Semua hal ini mendorong orang-orang Rohingya untuk melakukan perjalanan laut yang berbahaya,” kata Mohammed Rezuwan Khan, seorang pengungsi Rohingya yang tinggal di kamp-kamp.

Dia mengatakan bahwa saudara perempuan dan keponakannya melarikan diri dari kamp dengan perahu tahun lalu, menuju Indonesia, dan mereka semua tahu risikonya.

“Tetapi ketika orang-orang tidak punya pilihan lain, ketika orang tidak dapat melakukan perjalanan dengan paspor seperti orang-orang lain di dunia,” ungkap Khan.

“ketika orang-orang tidak memiliki harapan untuk kembali ke Myanmar dalam waktu dekat dalam beberapa tahun mendatang,” lanjutnya.

“ketika orang-orang mengalami banyak penderitaan di kamp pengungsian, maka perjalanan tersebut menjadi pilihan terakhir dan tidak dapat dibatalkan,” kata Khan.

“Ini seperti melempar koin. Kami akan bertahan atau kami akan mati” ujarnya.

Kapal berisi ratusan Rohingya terombang ambing di Perairan Lhokseumawe
Kapal berisi ratusan Rohingya terombang ambing di Perairan Lhokseumawe (Kompas.com)

Kondisi di darat dan di laut juga mengubah penumpang dan tujuan kapal.

Jika pada tahun-tahun sebelumnya perahu-perahu tersebut kebanyakan mengangkut laki-laki dan gadis perempuan, kini lebih banyak keluarga yang bepergian bersama dan membawa anak-anak.

Menurut angka UNHCR, 1 dari 5 penumpang pada tahun 2022 adalah anak-anak, namun sepanjang tahun ini hampir sepertiganya.

Juru bicara UNHCR, Babar Baloch dan Chris Lewa dari Arakan Project, mengatakan hal itu juga merupakan akibat dari meningkatnya keputusasaan di kamp-kamp pengungsian.

“Karena mereka tidak melihat masa depan (keluarga) mereka di kamp – pelanggaran hukum, ketidakamanan, kurangnya pendidikan,” kata Lewa.

“Tetapi di antara berbagai alasan orang meninggalkan kamp, ​​kami mendengar alasan nomor satu adalah pengurangan makanan,” paparnya.

Baca juga: MANGKRAK, Proyek Rumah Mandiri Korban Pengungsi Sinabung Diduga Dikorupsi: Jadi Sarang Ular & Lipan

Sementara itu, jauh lebih banyak kapal, sekitar 60 persen, yang berangkat ke Indonesia dibandingkan tahun 2022 yang hanya 22 persen, menurut data UNHCR.

Baloch dan Lewa mengatakan hal ini karena pada dasarnya saat ini hanya negara di sepanjang rute perjalanan mereka yang masih bersedia menerima mereka.

Keputusan presiden tahun 2016 di Indonesia memerintahkan pihak berwenang untuk membantu kapal mana pun yang mengalami kesulitan di perairan negara tersebut dan membiarkan mereka mendarat.

Meski begitu, hal itu mungkin mulai berubah.

Salah satu perahu yang mencapai darat Aceh bulan lalu dilaporkan didorong kembali ke laut sebanyak dua kali sebelum akhirnya mendarat pada percobaan ketiga.

Perang di Palestina dan kondisi menyedihkan suku Rohingya
Perang di Palestina dan kondisi menyedihkan suku Rohingya ((independent.co.uk-bel trew/AFP))

Hamid, dari Amnesty International, menyalahkan perubahan sikap ini karena kegagalan pemerintah pusat dalam mengantisipasi, dan membantu pemerintah daerah di Aceh dalam mempersiapkan diri menghadapi masuknya pengungsi.

Dia mengatakan penuntutan terhadap beberapa penduduk setempat sebagai penyelundup manusia karena pernah membantu pengungsi di darat di masa lalu juga berperan dalam hal ini.

Meski begitu, ia dan yang lainnya mengatakan bahwa masyarakat pesisir di bagian barat Aceh sebagian besar telah mengakomodasi para pengungsi sebaik mungkin.

UNHCR menghitung 348 orang tewas atau hilang di antara mereka yang berangkat pada tahun 2022 dan 225 orang pada tahun ini.

“Tahun lalu kami melihat konsekuensi dari tidak adanya pelabuhan atau tempat yang aman untuk turun kapal,” kata Baloch.

“Orang-orang ini berisiko kehilangan nyawa mereka,” pungkasnya.

Artikel ini diolah dari Kompas.com

Sumber: Kompas.com
Tags:
berita viral hari iniRusunpengungsiSidoarjoimigranWNAlistrik
Rekomendasi untuk Anda
AA

BERITA TERKINI

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved