Breaking News:

Berita Viral

Bocah SD di NTT Meninggal Terkena Ledakan Meriam Bambu, Sempat Diobati Pakai Obat Tradisional

RF (10) asal Kampung Kolokoa, Malanuza, Kabupaten Ngada, Nusa Tenggara Timur meninggal akibat ledakan meriam bambu.

Editor: Sinta Manila
Ilustrasi
Sekujur Tubuh Alami Luka Bakar, Bocah Korban Ledakan Meriam Bambu di Ngada Meninggal Dunia 

TRIBUNNEWSMAKER.COM - Nasib nahas menimpa RF (10) , bocah yang masih duduk di bangku Sekolah Dasar di Nusa Tenggara Timur.

Bocah tersebut mengalami luka bakar serius setelah terkenal ledakan dari meriam bambu yang biasa dia mainkan.

Mendiang RF sempat dirawat di rumah sakit, akan tetapi keluarga tidak memiliki biaya sehingga RF dikeluarkan dari rumah sakit dan diobati dengan cara tradisional.

Baca juga: DETIK-DETIK Bocah 2 Tahun di NTT Terpanggang Hidup-hidup di Rumahnya, Jasad Hangus: Ibu Lagi Pergi

RF (10) asal Kampung Kolokoa, Malanuza, Kabupaten Ngada, Nusa Tenggara Timur meninggal akibat ledakan meriam bambu.

Sekujur tubuhnya mengalami luka bakar terkena api dari ledakan meriam bambu yang ia mainkan.

Baca juga: HEBOH! Speedboat Meledak di NTT, Pemilik & Nakhoda Diperiksa, Penyebabnya Diduga Faktor Eksternal

Korban meninggal Jumat (29/12/2023) atau sehari setelah keluar dari Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD).

Sebelum meninggal, RF sempat dirawat di Puskesmas Koeloda, Kecamatan Golawe dan dirujuk ke RSUD Bajawa sejak 25 Desember 2023.

Sekujur Tubuh Alami Luka Bakar, Bocah Korban Ledakan Meriam Bambu di Ngada Meninggal Dunia
Sekujur Tubuh Alami Luka Bakar, Bocah Korban Ledakan Meriam Bambu di Ngada Meninggal Dunia (Ilustrasi)

Karena tak mampu membiayai pengobatan RF, pihak keluarga memilih membawa pulang bocah 10 tahun itu dari RSUD Bajawa dan memilih pengobatan tradisional.

Hingga akhirnya RF menghembuskan napas terakhirnya pada Jumat (29/12/2023).

Angelina Mogi, pihak keluarga yang sempat berupaya menggalang donasi untuk pengobatan membenarkan bahwa RF telah meninggal dunia.

Sebelumnya Feligius Nika, kakak kandung RF membenarkan bahwa adiknya telah keluar dari RSUD Bajawa sejak 27 Desember 2023.

Baca juga: Diiming-imingi Uang Jajan, 5 Siswa SD di NTT Dicabuli Pria 53 Tahun, Ortu Korban Kini Minta Keadilan

"Kami sudah keluar dari RUSD mau rawat di luar," ujar Feligius, Kamis (28/12/2023).

Ilustrasi jenazah
Ilustrasi jenazah (Tribun Batam)

Menurut Feligius, keluarga telah bersepakat untuk mencari pengobatan tradisional karena mereka tidak mampu membiayai pengobatan di RUSD Bajawa.

"Baru beberapa hari ini saja di rumah sakit sudah habis enam juta rupiah. Kami tidak mampu untuk biayai lagi ke depan, jadi kami pilih rawat di luar saja," ujar Feligius.

Feligius menuturkan, RF memang tidak punya Kartu Indonesia Sehat (KIS) sehingga biaya pengobatan yang harus dikeluarkan keluarga cukup besar.

Mempertimbangkan waktu pengobatan di RUSD Bajawa yang bisa sampai sebulan dengan kondisi keuangan, keluarga bersepakat untuk menempuh pengobatan tradisional.

Feligius menuturkan, Rikardus Fono merupakan anak keenam dari tujuh bersaudara dan masih duduk di bangku Sekolah Dasar (SD) Watuwula.

Sementara ibu mereka, Maria Goreti Mogi, adalah seorang petani berjuang sendiri.

"Mama juga sekarang sakit - sakit," ujar Feligius.

Baca juga: Gara-gara Gas Meledak, Tembok Rumah Seorang Wanita di Inggris Rontok! Meninggalkan Lubang Menganga

Ilustrasi meninggal karena terbakar
Ilustrasi meninggal karena terbakar (Shutterstock via Kompas)

Feligius mengatakan, RF yang masih duduk di bangku SD sangat peduli dengan kondisi keluarga terutama ibunya.

Setiap Sabtu, saat hari pasar di Malanuza, RF biasanya mendorong gerobak barang untuk membatu ekonomi keluarga.

Menyadari kondisi yang dihadapi keluarga saat ini, Feligius berharap ada uluran tangan dari pihak mana saja yang berkenan membantu biaya pengobatan RF.

"Semoga ada yang bisa bantu kami," harapnya

Sementara itu Dokter Paulina, Direktris RSUD Bajawa membenarkan bahwa Rikardus Fono tidak punya Kartu Indonesia Sehat (KIS).

Dirinya sudah berkonsultasi dengan pihak BPJS Kesehatan Kantor Unit Ngada mendaftarkan RF guna meringankan biaya pengobatan, namun tidak ada solusi.

Dia menyebut RF saat ini bukan telah keluar dari RSUD Bajawa atas permintaan keluarga.

"Kasus pasien ini, luka bakar disebabkan karena (karena) kelalaian sendiri (bermain meriam bambu) maka kalaupun pun ada KIS tidak bisa di-cover. Ini pun sudah kami konsultasikan ke pihak BPJS," ujar dr. Paulina, Kamis (28/12/2023).

Lepas dari kasus yang menimpa RF, dr. Paulina menegaskan KIS sangat penting sehingga masyarakat perlu memerhatikan secara serius.

"Kami selama ini sudah edukasi untuk pasien yg dirawat tidak pnya kartu KIS agar saat mereka pulang segera urus KIS, jangan tunggu masuk dirawat dulu baru urus, karena jangka waktu untuk aktif kartu KIS itu 14 hari," tambahnya.

Marak dimainkan

Meski tergolong berbahaya, permainan meriam bambu masih marak di wilayah Kabupaten Ngada. Meriam bambu kerap dimainkan jelang dan saat perayaan Natal dan Tahun Baru.

Pantauan di Kota Bajawa, dua minggu sebelum perayaan Natal bunyi meriam terdengar dari berbagai arah. Kebanyakan yang bermain meriam adalah anak-anak dan remaja.

Kasie Humas Polres Ngada, Iptu Sukandar menerangkan, Polres Ngada melalui Bhabinkamtibmas sudah mensosialisasikan kepada masyarakat agar menghindari permainan berbahaya termasuk meriam bambu. Polres Ngada juga tengah mendalami kejadian di Kampung Kolokoa.

Artikel diolah dari Kompas.com

Sumber: Kompas.com
Tags:
bocah SDNTTmeriam bambumeninggal
Rekomendasi untuk Anda

BERITA TERKINI

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved