Breaking News:

'Kebohongan yang Dibuat!' Mesir Bantah Tuduhan Cegah Bantuan Masuk ke Gaza, Desak Israel Buka Jalur

Mesir dengan tegas membantah tuduhan Israel yang mengeklaim mencegah bantuan masuk ke Gaza melalui perbatasan Rafah.

SAID KHATIB/AFP
ILUSTRASI - Truk bantuan memasuki Gaza, Palestina usai desakan dunia agar Israel membuka blokade penyeberangan perbatasan Rafah, Jumat (20/10/2023). 

TRIBUNNEWSMAKER.COM - Mesir dengan tegas membantah tuduhan Israel yang mengeklaim mencegah bantuan masuk ke Gaza melalui perbatasan Rafah.

Tuduhan diungkapkan tim pembela Israel di hadapan Mahkamah Internasional (ICJ).

Terkait hal itu, Mesir pun langsung memberikan pada Jumat (12/1/2024) dan menyinggung sebuah kebohongan.

Ketua Layanan Informasi Negara Mesir, Dia Rashwan, mengatakan apa yang disampaikan tim pertahanan Israel kepada ICJ tentang penyeberangan itu adalah kebohongan, dikutip dari Anadolu Agency.

Menurutnya, Mesir tidak pernah menolak masuknya truk bantuan ke Jalur Gaza melalui perbatasan Rafah.

Baca juga: Hamas Tolak Ide Mesir, Hengkang dari Gaza Imbalannya Gencatan Senjata, Sementara Bukan Permanen

PERBATASAN - Foto gerbang perbatasan dan penyeberangan Rafah ya
PERBATASAN - Foto gerbang perbatasan dan penyeberangan Rafah yang menghubungkan Mesir dengan Jalur Gaza, 10 Oktober 2023. Tentara Israel berencana menempatkan pasukan di kawasan ini karena khawatir petinggi Hamas akan kabur ke luar Gaza.

“Kebohongan yang dibuat oleh Israel terbukti dalam pernyataan yang dibuat oleh pejabat Israel, yang dipimpin oleh Perdana Menteri, Menteri Pertahanan, dan Menteri Energi, yang telah berulang kali menegaskan secara terbuka sejak awal," katanya, dikutip dari Al Mayadeen.

Akan tetapi, para pejabat tinggi Israel telah mengatakan berkali-kali sejak dimulainya agresi di Gaza untuk tidak mengizinkan bantuan masuk ke Jalur Gaza.

"Dari agresi di Gaza bahwa mereka tidak akan mengizinkan bantuan masuk ke Gaza, terutama bahan bakar, karena ini adalah bagian dari perang yang dilancarkan oleh negara mereka di Jalur Gaza," jelasnya.

Baca juga: Momen Menegangkan! Iring-iringan Mobil Sandera, 13 Warga Israel dan 12 Thailand ke Perbatasan Mesir

Rashwan kemudian menegaskan Mesir hanya mengontrol perbatasan Rafah, bukan jalur lainnya yang berbatasan dengan Gaza.

"Kedaulatan Mesir hanya mencakup sisi Mesir dari penyeberangan Rafah, sedangkan sisi lain di Gaza tunduk pada otoritas pendudukan (Israel) yang sebenarnya," terangnya.

Ia juga menekankan beberapa kali telah meminta Israel untuk mengizinkan truk bantuan masuk.

Kepulan asap mengepul di atas Khan Yunis dari Rafah di jalur Gaza selatan selama pengeboman Israel pada 8 Januari 2024 di tengah konflik yang sedang berlangsung antara Israel dan kelompok militan Hamas Palestina.
Kepulan asap mengepul di atas Khan Yunis dari Rafah di jalur Gaza selatan selama pengeboman Israel pada 8 Januari 2024 di tengah konflik yang sedang berlangsung antara Israel dan kelompok militan Hamas Palestina. (AFP)

Namun Israel tidak pernah memperdulikan itu.

"Dalam beberapa kesempatan telah menekankan bahwa penyeberangan Rafah dari sisi Mesir terbuka tanpa gangguan dan berulang kali mendesak Israel untuk tidak menghalangi aliran bantuan kemanusiaan ke Jalur Gaza," jelasnya.

Sebagai informasi, Afrika Selatan mengajukan gugatan terkait genosida Israel di Gaza ke ICJ pada bulan Desember 2023.

Pada hari pertama persidangan, Afrika Selatan mengajukan bukti kuat dalam kasus yang diajukan.

Afrika Selatan meminta perintah pengadilan tinggi PBB untuk menghentikan serangan militer Israel di Gaza, yang telah berlangsung selama lebih dari tiga bulan.

Sidang dua hari mengenai kasus genosida Afrika Selatan terhadap Israel di ICJ di Den Haag berakhir pada hari Jumat.

Hamas Tolak Ide Mesir, Hengkang dari Gaza Imbalannya Gencatan Senjata

Hamas menolak mentah-mentah ide dari Mesir yang mengusulkan agar mereka hengkang dari Gaza.

Sebagai imbalan, akan ada gencatan senjata, hal ini juga pernah jadi tawaran dari Israel.

Sebelumnya, Israel hanya menawarkan jeda perang lagi dengan penukaran sandera, akan tetapi itupun ditolak Hamas.

Baca juga: Puluhan Warga Sipil Tewas di Kamp Pengungsi Maghazi, Akibat Serangan Udara Israel saat Malam Natal

Pemerintah Mesir dikabarkan tengah menggelar diskusi internal dengan para pimpinan Hamas dan kelompok jihad Islam yang ada di Gaza.

Adapun pertemuan itu digelar untuk membahas rencana gencatan senjata permanen.

Petinggi Hamas Ismail Haniyeh mengadakan konferensi pers selama kunjungannya ke Dar al-Fatwa, otoritas agama Sunni tertinggi Lebanon, di Beirut pada 22 Juni 2022. -- Ismail Haniyeh mengatakan negara Palestina yang merdeka adalah syarat untuk berdamai dengan Israel.
Petinggi Hamas Ismail Haniyeh mengadakan konferensi pers selama kunjungannya ke Dar al-Fatwa, otoritas agama Sunni tertinggi Lebanon, di Beirut pada 22 Juni 2022. -- Ismail Haniyeh mengatakan negara Palestina yang merdeka adalah syarat untuk berdamai dengan Israel. (ANWAR AMRO / AFP)

Namun menurut dua sumber keamanan Mesir, permintaan gencatan senjata tersebut ditolak mentah – mentah oleh para pimpinan Hamas karena kelompok itu enggan melepas kekuasaannya di Gaza.

"Pejabat dari Hamas dan kelompok Jihad Islam yang datang ke Kairo untuk bernegosiasi, akan tetapi kelompok itu menolak usulan Mesir agar mereka melepaskan kekuasaan di Jalur Gaza dengan imbalan gencatan senjata permanen,” jelas dua sumber keamanan Mesir sebagaimana dikutip dari Haaretz.

Sementara itu secara terpisah, dua pejabat dari Hamas dan kelompok Jihad Islam dengan tegas membantah apa yang dikatakan sumber tersebut tentang perundingan itu.

Baca juga: Mantan Sandera Cerita Perlakuan Hamas, Telapak Dibalut Handuk saat Jabat Tangan, Demi Hormati Wanita

Senior Jihad Islam yang mengetahui perundingan di Kairo menjelaskan bahwa usulan yang diajukan Mesir hanya bertujuan untuk mempermudah peluang Israel dalam melakukan perampasan wilayah dikemudian hari.

Selain itu Mesir juga hanya menjanjikan gencatan senjata sementara bukan permanen.

Petinggi Hamas Ismail Haniyeh (kiri)
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu (kanan)
Petinggi Hamas Ismail Haniyeh (kiri) Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu (kanan) (Kolase Istimewa)

Alasan tersebut yang membuat Hamas dan kelompok jihad Islam menolak konsesi apa pun selain pembebasan sandera.

"Tidak akan ada negosiasi tanpa penghentian agresi sepenuhnya," kata anggota biro politik Hamas Izzat Al-Rishq.

"Kepemimpinan Hamas berupaya sekuat tenaga untuk mengakhiri agresi dan pembantaian rakyat kami sepenuhnya, bukan hanya sementara," tambahnya.

Penolakan seperti ini bukan kali pertama yang dilakukan Hamas, pada awal pekan kemarin kelompok milisi Hamas sempat menolak tawaran baru dari Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu.

Tawaran untuk melakukan jeda kemanusian selama seminggu, sebagai bagian dari proses pembebasan sandera Israel yang ditahan di Gaza.

Baca juga: Kehidupan di Gaza Bakal Rusak Jika Israel Banjiri Terowongan Hamas Pakai Air Laut, Termasuk Genosida

Namun dalam kesempatan tersebut kepala sayap politik Hamas, Ismail Haniyeh menolak tegas tawaran baru dari PM Netanyahu.

Ia mengatakan bahwa kelompoknya tidak akan melakukan jeda kemanusian dan pembebasan sandera hingga Israel menghentikan serangannya di Jalur Gaza.

Puluhan ribu pendukung Hamas berkumpul di Gaza, Kamis (14/12/2017) dalam rangka memperingati 30 tahun organisasi pergerakan Islam tersebut.
Puluhan ribu pendukung Hamas berkumpul di Gaza, Kamis (14/12/2017) dalam rangka memperingati 30 tahun organisasi pergerakan Islam tersebut. (MOHAMMED ABED / AFP)

Meski menolak tawaran jeda kemanusian dari Israel, namun pada kesempatan itu Hamas berjanji akan membebaskan sandera pria lanjut usia.

Tak dijelaskan secara pasti kapan dan berapa total sandera lansia yang akan dibebaskan Hamas, namun menurut laporan media lokal The Times of Israel pembebasan itu dilakukan lantaran para lansia membutuhkan perawatan medis yang mendesak

Hal itu selaras dengan ucapan sandera Israel yang videonya sempat dibagikan oleh sayap militer Hamas, brigade Al Qassam beberapa waktu lalu.

Satu dari tiga sandera yang ada di video, menyatakan bahwa dirinya ditahan bersama lansia yang menderita penyakit kronis.

(Tribunnews.com/Farrah Putri)

Diolah dari artikel tayang di Tribunnews.com  dan Tribunnews.com

Sumber: Tribunnews.com
Tags:
MesirIsraelGazabantuan
Rekomendasi untuk Anda

BERITA TERKINI

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved