Breaking News:

Berita Viral

Ironi Ibu di NTT Rawat 3 Anaknya di Gubuk Reyot Tanpa Listrik, Susah Makan: Jumlah Bansos Kurang

Inilah kisah pilu Maria Evin, ibu tiga anak tinggal di gubuk reyot tanpa listrik dan bahan makanan.

Editor: Dika Pradana
Kompas.com
Maria Evin (42), adalah warga Dusun Heso, Desa Golo Wune, Kecamatan Lamba Leda Selatan Kabupaten Manggarai Timur, NTT, tinggal di gubuk reyot nyaris ambruk. 

TRIBUNNEWSMAKER.COM - Seorang ibu di Manggarai Timur, NTT harus merawat tiga anaknya di sebuah gubuk reyot tanpa aliran listrik dan bahan makanan yang mencukupi.

Wanita tersebut mengaku kesulitan untuk mencukupi kebutuhan pangan anak-anaknya.

Sudah bertahun-tahun, wanita itu tinggal dalam kondisi memprihatinkan dengan gubuknya yang nyaris roboh.

Maria Evin (42), adalah warga Dusun Heso, Desa Golo Wune, Kecamatan Lamba Leda Selatan Kabupaten Manggarai Timur, NTT, tinggal di gubuk reyot nyaris ambruk.
Maria Evin (42), adalah warga Dusun Heso, Desa Golo Wune, Kecamatan Lamba Leda Selatan Kabupaten Manggarai Timur, NTT, tinggal di gubuk reyot nyaris ambruk. (Kompas.com)

Kucuran bansos yang dia dapatkan selama ini nyatanya tak mencukupi kebutuhan hidupnya.

Dia adalah Maria Evin, warga Dusun Heso, Desa Golo Wune, Kecamatan Lamba Leda Selatan, Kabupaten Manggarai Timur, NTT.

Wanita single parents ini sudah bertahun-tahun menghidupi keluarganya seorang diri. Peliknya hidup tak bisa ia elakkan.

Ia dan ketiga anaknya menempati gubuk reyot berukuran 2 x 3 meter.

Baca juga: Ironi Nasib Nenek 90 Tahun Tinggal di Gubuk Reyot, Tak Tercatat Bansos saat Pemilik Mobil Terdaftar

Baca juga: TANGIS Janda Anak 4 Tinggal di Gubuk Reyot, Pernah Tinggal Dekat Kandang Kambing & Gubuknya Ambruk

Kondisinya sangat parah. Dinding gubuk reyot yang terbuat dari pelepah bambu sudah usang termakan usia.

Dinding gubuk itu kini lebih banyak bolongnya, termasuk di bagian atap.

Akibatnya, saat hujan, ia dan anak-anaknya terpaksa harus mengungsi ke rumah tetangga.

Selain itu, gubuk reyotnya itu tidak memiliki sekat kamar tidur.

Segala aktivitas dilakukan di ruangan sempit yang juga menyatu dengan dapur.

Mama Maria dan anaknya juga tidur di tenda beralaskan tikar usang tanpa spon ataupun kasur. Kondisinya menyedihkan.

Bansos BPNT dan PKH
Bansos BPNT dan PKH (TribunPontianak/Ka/Net)

Di gubuk reyot itu pula mereka hidup tanpa listrik. Padahal di dusun itu sudah tersedia jaringan listrik negara.

Namun, karena keterbatasan biaya, Mama Maria belum bisa memasang listrik.

Untuk penerangan malam, mereka masih menggunakan lampu pelita dengan bahan bakar minyak tanah.

“Saat hujan kami tidak bisa tidur karena di sini bocor." tutur Maria kepada Kompas.com, Minggu (18/2/2023).

"Kalau hujannya lama, kami terpaksa lari ke rumah keluarga atau tetangga,” jelasnya.

Ia mengaku sudah belasan tahun menempati gubuk reyot itu.

Ia tak mampu memperbaiki rumahnya karena kondisi ekonomi serba terbatas.

Baca juga: Sering Kehujanan, Lansia Ini 21 Tahun Tinggal di Rumah Reyot, Gaji Rp600Ribu, Kini Direnov Sosok Ini

Suaminya sudah lama merantau ke Kalimantan, tetapi tidak pernah ada kabar apalagi mengirimkan mereka uang.

“Mau perbaik rumah atau beli makan sehari-hari. Mau makan saja kami ini susah,” ujarnya.

Untuk bisa makan, lanjut dia, ia harus banting tulang dengan bekerja harian membersihkan kebun orang dengan upah Rp 25.000. Pekerjaan itu pun tak menentu.

Adapun uang harian itu dimanfaatkan sebagian untuk membeli beras dan kebutuhan pokok lainnya.

“Ya, kalau tidak dapat harian berarti tidak bisa beli beras. Kalau tidak ada uang beli beras, terpaksa saya harus pergi ngemis bon di kios. Kadang juga pergi ke keluarga." ujarnya.

"Kalau itu juga tidak ada, kami makan apa saja yang ada. Makan ubi, intinya perut kenyang,” katanya sambil mengusap air mata.

Ia menyebut, keluarganya memang mendapat bantuan sosial Program Keluarga Harapan (PKH) dari pemerintah pusat.

Namun, jumlahnya sedikit dan tidak mencukupi kebutuhan keluarga.

"Paling besar Rp 150.000. Jumlah ini tidak cukup untuk kebutuhan kami," ungkapnya.

Jokowi bagi-bagi bansos, Sri Mulyani tegaskan rakyat harus tahu sumber dana bansos
Jokowi bagi-bagi bansos, Sri Mulyani tegaskan rakyat harus tahu sumber dana bansos (Tribun / Kompas)

Malam hari pakai pelita

Meski dusun Heso Desa Golo Wune sudah tersambung listrik, mama Maria tetap menggunakan lampu pelita untuk penerangan malam hari. Karena itu, ia harus membeli minyak tanah sebagai bahan bakar pelita.

"Kadang kalau tidak ada minyak tanah, kadang kami hanya andalkan nyala api saja. Malam tidur gelap kalau tidak minyak tanah," katanya.

Ia memang sangat merindukan adanya penerangan listrik, tetapi apalah daya kondisi sangat tidak memungkinkan untuk memasang listrik.

"Kami hanya pasrah saja dengan kondisi ini. Mau bagaimana lagi. Saya sendiri berjuang supaya anak-anak bisa makan dan tetap sekolah," katanya.

Selain merindukan listrik, Mama Maria juga sangat mendambakan gubuk reyot mereka diperbaiki.

"Semoga ada orang baik yang bisa membantu dan peduli dengan keadaan kami ini." ujarnya.

"Semoga pemerintah yang di atas juga bisa melihat penderitaan keluarga saya," imbuh dia.

"Mohon bantu keluarga kami ini," sabung dia.

Artikel ini diolah dari Kompas.com

Sumber: Kompas.com
Tags:
berita viral hari iniibuNTTanakgubuklistrikmakanbansos
Rekomendasi untuk Anda
AA

BERITA TERKINI

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved