Breaking News:

Khazanah Islam

Benarkah Istri Wajib Memasak dan Lakukan Pekerjaan Rumah Tangga? Buya Yahya Jelaskan Pandangan Islam

Apakah istri bertugas mengurus pekerjaan rumah tangga menurut syariat Islam?

Penulis: Sinta Manila
Editor: Sinta Manila
Youtube Al BahjahTV
Apakah istri bertugas mengurus pekerjaan rumah tangga sesuai syariat Islam? Begini penjelasan Buya Yahya. 

TRIBUNNEWSMAKER.COM - Sejauh ini masyarakat Indonesia mayoritas beranggapan bahwa tugas seorang istri adalah mengerjakan pekerjaan rumah tangga.

Yakni mulai memasak, membersihkan rumah, dan menyiapkan semua keperluan keluarga.

Lalu apakah benar seperti itu cara Islam memandang tugas wanita di rumah menurut syariat agama?

Gelar ibu rumah tangga sering kali disematkan pada wanita yang memiliki suami, sehingga mereka wajib melakukan apapun tugas rumah.

Ibu rumah tangga atau IRT dituntut untuk memasak, membersihkan rumah, menyiapkan keperluan anak dan suami.

Sehingga jika tidak melakukan hal itu, wanita atau istri akan dicap buruk dan tidak bertanggung jawab akan tugasnya sebagai istri.

Hal itulah yang membuat kebanyakan wanita resah, karena tugas rumah tangga adalah bukan hal mudah dan enteng.

Baca juga: Haruskah Menyebutkan Nama yang Berkurban saat Hewan akan Disembelih? Begini Panduan dari Buya Yahya

Jika semua harus dilakukan seorang istri semata dan laki-laki tidak membantu, tentu akan menjadi beban berat bagi wanita.

Ulama Buya Yahya mendapatkan pertanyaan seperti ini dari seorang jamaah, lalu dia menanggapinya dari kacamata Islam.

Bagaimana Jika Mertua Ikut Campur Urusan Rumah Tangga?
Bagaimana Jika Mertua Ikut Campur Urusan Rumah Tangga? (Youtube Al-Bahjah TV)

Dilansir dari channel YouTube Buya Yahya, ulama pengasuh Lembaga Pengembangan Da'wah dan Pondok Pesantren Al-Bahjah itu menjawab dengan gamblang.

"Ada mantu kurang ajar, mertuanya nylekit, ini hidup di mana di neraka kali ini.

Perasaan mertua adalah yang paling indah, bagaimana tidak indah anaknya dikasih kok, dirawat dari kecil kok tidak indah bagaimana.

Anda ini fahamnya bagaimana, jadi yok kita berpandangan positif kepada siapapun.

Apalagi orang baru yang menjadi keluarga kita apalagi seorang anak, suami istri dan mertua.

Tingkat keindahan adalah level akhlak, tapi disaat level akhlak ini tidak wujudkan maka paling tida level fiqih." ujar Buya Yahya.

"Fiqih itu mainnya sangat dasar, fiqih adalah untuk menegakkan keadilan.

Tapi lebih tinggi adalah akhlak. Fiqih itu adalah mahkaham, kapan keluarga dibawa ke mahkamah?

Setelah ribu waris, kan enggak enak ribut warisan. Level tinggi saja pembagian waris dengan indah." papar Buya Yahya.

Buya Yahya memberikan perumpamaan, seperti orang yang ahli menambal panci sehingga ke pasar justru lebih memilih panci yang bolong karena ahli penambal panci.

"Sehingga ilmu tambal panci itu akan berlaku kapan, bukan sengaja membolongi panci untuk dipakai ilmu menambal pancinya." jelas Buya Yahya.

Baca juga: Bolehkah Suami Merangsang Syahwat Istri saat Masih Haid? Begini Pandangan Buya Yahya Dalam Islam

Kemudian merujuk pada apa kewajiban istri di rumah adalah mencuci atau masak Buya Yahya menjawab dengan tegas.

"Enggak wajib lho pak istrimu itu menyucikan bajumu, enggak wajib juga istrimu itu menanakkan nasi untukkmu." ujar Buya Yahya.

"Tapi kalian para bapak justru wajib menyiapkan orang yang menyucikan baju untuk istrimu, atau menyiapkan orang yang menanakan nasi untuk anak dan istrimu." sambung Buya Yahya.

Ilustrasi suami menuntut istri memasak meski baru melahirkan
Ilustrasi suami menuntut istri memasak meski baru melahirkan (Freepik/@garetsvisual dan Freepik@cookie_studio)

"Karena apa itu level fiqih, dan wajib bagi suami memberi nafkah. Level nafkah dalam fiqih itu adalah yang penting kau hidup.

Maka ketika hanya diberikan nafkah lebih dari dua genggam beras, maka jangan hanya melayani suami di atas ranjang saja.

Ternyata harus berkembang karena sudah ada kelebihan semuanya sudah masuk level akhlak.

Sehingga pada level ini anda jangan membeda-bedakan tugas siapa. Kalau ada suami sudah membeda-bedakan tugas ini suami enggak bener." terang Buya Yahya.

Sehingga dalam hal ini bisa disimpulkan, sebaiknya dilarang hitung-hitungan dengan suami istri soal tugas rumah tangga.

Siapa yang bisa dan mampu melakukan alangkah lebih baiknya segera dikerjakan tanpa harus tanya tugas siapa ini.

(Tribunnewsmasker.com/MNL)

Tags:
istrimemasakkewajibanBuya Yahya
Rekomendasi untuk Anda
AA

BERITA TERKINI

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved