Pilkada 2024
PKB dan PDIP Belum Tentukan Jagoan di Pilkada Jatim 2024, Bakal Koalisi untuk Lawan Khofifah-Emil?
Hingga kini Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) dan PDI Perjuangan (PDIP) belum juga menentukan jagoannya untuk maju di Pilkada Jawa Timur (Jatim) 2024.
Editor: Eri Ariyanto
TRIBUNNEWSMAKER.COM - Hingga kini Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) dan PDI Perjuangan (PDIP) belum juga menentukan jagoannya untuk maju di Pilkada Jawa Timur (Jatim) 2024.
PKB dan PDIP berpotensi kuat menjadi kubu penantang kandidat kuat Khofifah Indar Parawansa dan Emil Dardak di Pilkada Jatim 2024.
Lantas, akankah PKB dan PDIP berkoalisasi di Pilgub Jatim 2024?
Baca juga: Bocoran Majunya Dico di Pilkada, Cabup Kendal atau Cagub Jateng? Ini Jawaban Suami Chacha Frederica
Seperti diketahui, Direktur Indopol Survey and Consulting Jawa Timur, Fauzin menyarankan agar partai politik (parpol) yang bakal menyodorkan calon penantang di Pilgub Jatim 2024 segera mendeklarasikan figur pada Juli ini.
Memunculkan calon sejak dini dinilai bakal menguntungkan, guna sosialisasi kepada masyarakat secara luas.
Saat ini memang baru ada pasangan petahana Khofifah-Emil yang sudah mendeklarasikan diri akan maju Pilgub Jatim 2024.
Fauzin memandang potensi munculnya calon penantang di pilgub terbuka.
Apalagi, masih ada sejumlah parpol yang saat ini belum menentukan pilihan politik, di antaranya Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) dan PDI Perjuangan (PDIP) yang berpotensi menjadi kubu penantang.
Adapun masa pendaftaran pilgub di Komisi Pemilihan Umum (KPU) dibuka mulai 27 Agustus 2024 mendatang.

Baca juga: Khawatir Tak Menang, Ini Strategi PKS untuk Pilkada Jakarta, Disebut Gandeng Tokoh Berpengalaman
"Secepatnya deklarasi itu akan sangat baik dan menjadi salah satu hal strategis. Juli ini waktu krusial," kata Fauzin saat berbincang dalam podcast Tribun Jatim Network yang dipandu oleh Mujib Anwar, Penanggung Jawab TribunJatim.com, Senin (8/7/2024).
Menjadi penantang petahana dinilai merupakan tantangan tersendiri.
Terlebih nantinya akan melawan Khofifah sebagai bakal calon gubernur petahana yang sudah berpengalaman di pilgub.
Sehingga, sosialisasi sejak dini sangat diperlukan parpol penantang, lantaran wilayah Jawa Timur yang sangat luas dengan 38 kabupaten/kota.
Diapun mendorong agar partai politik bisa segera menentukan pilihannya secara resmi.
Hal ini juga bertujuan untuk pendidikan politik kepada publik.
Sehingga, publik bisa memiliki banyak opsi terkait Pilgub Jatim 2024 mendatang.
"Jangan dibiarkan masyarakat dipaksa memilih satu figur tanpa ada opsi yang lain, karena itu mengurangi makna demokrasi," ungkapnya.
Terjawab! Ini 3 Kandidat Kuat Penantang Khofifah di Pilkada Jatim 2024, Termasuk Marzuki Mustamar
Berikut tiga kandidat kuat penantang Khofifah Indar Parawansa di Pilgub Jatim 2024.
Terkini muncul tiga kandidat kuat Calon Gubernur Jatim 2024. Ketiganya diprediksi bakal jadi penantang Khofifah Indar Parawansa di Pilgub Jatim.
Ketiganya adalah Tri Rismaharini, Abdullah Azwar Anas dan Marzuki Mustamar.
Baca juga: Survei Terbaru Calon Wali Kota Depok, Elektabilitas Imam Budi Tak Terbendung, Kaesang Kalah Jauh
Diketahui, Ketua PDI Perjuangan (PDIP) Jawa Timur (Jatim), Said Abdullah mengaku sudah bertemu Ketua Umum Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), Muhaimin Iskandar alias Cak Imin untuk membahas Pilkada Jatim 2024.
Said membenarkan saat ini PKB dan PDIP saling melakukan pendekatan untuk menjalin kerja sama di Pilkada Jakarta dan Jatim.
"Termasuk saya sendiri tanggal 30 Mei bertemu di rumah dinas Bapak Ketua Umum PKB Gus Imin," kata Said di kompleks parlemen, Senayan, Jakarta, Senin (1/7/2024), melansir dari Tribunnews.
"Sekaligus membicarakan tentang Jawa Timur," ujarnya menambahkan.

Baca juga: Bocoran Majunya Tri Rismaharini di Pilkada 2024, Calon Gubernur Jakarta atau Jatim? Ini Jawaban PDIP
Dia menjelaskan dalam pertemuan itu dirinya bersama Cak Imin berbicara mengenai nama-nama yang akan diusung di Jatim.
Beberapa nama muncul dari PDIP seperti Menteri Sosial Tri Rismaharini alias Risma dan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara-Reformasi Birokrasi.
Sementara dari PKB, yakni mantan Ketua Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Marzuki Mustamar.
"Jawa timur itu kan (ada) Ibu Risma juga masuk Azwar Anas, masuk KH. Mustamar juga masuk. Berbagai pilihan masuk," ucap Said.
Berikut sosok ketiga calon kuat penantang Khofifah.
1. Risma
Tri Rismaharini memiliki nama lengkap dan jabatan yaitu Dr.(H.C.) Ir. Tri Rismaharini, M.T.
Saat ini Risma menjabat sebagai Menteri Sosial atau Mensos Republik Indonesia.
Risma lahir di Kediri, Jawa Timur, 20 November 1961.
Sebelum menjadi Mensos, Risma pernah menjabat sebagai Wali Kota Surabaya selama 2 periode.
Risma adalah wanita pertama yang terpilih sebagai Wali Kota Surabaya sepanjang sejarah.
Risma tercatat sebagai wanita pertama yang dipilih langsung menjadi wali kota melalui pemilihan kepala daerah sepanjang sejarah demokrasi Indonesia di era reformasi.
Tri Rismaharini juga menyandang kepala daerah perempuan pertama di Indonesia yang berulang kali masuk dalam daftar pemimpin terbaik dunia.
Risma menggantikan Bambang Dwi Hartono yang kemudian menjabat sebagai wakilnya. Pasangan Risma-Bambang diusung oleh PDI-P dan memenangi pilkada Surabaya 2010 dengan perolehan suara mencapai 358.187 suara atau 38,53 persen dari jumlah suara keseluruhan.
Pasangan ini dilantik pada tanggal 28 September 2010 oleh Gubernur Jawa Timur Soekarwo dalam sidang paripurna DPRD Kota Surabaya.
Bambang DH kemudian mengundurkan diri dari jabatannya.
Wali Kota Risma melanjutkan tugas bersama Whisnu Sakti Buana.
Tri Rismaharini dan Whisnu Sakti Buana dilantik sebagai wali kota dan wakil wali kota Surabaya untuk masa bakti 2016-2021 pada tanggal 17 Februari 2016 oleh Gubernur Jawa Timur Soekarwo di Gedung Negara Grahadi bersamaan dengan pelantikan 16 bupati/wali kota hasil Pilkada Serentak 2015 di Jawa Timur.
Sebelum menjadi wali kota, Risma menjabat Kepala Dinas Kebersihan dan Pertamanan (DKP) Kota Surabaya dan Kepala Badan Perencanaan Kota Surabaya (Bappeko) hingga tahun 2010.
Risma meniti karier sebagai seorang pegawai negeri sipil (PNS) Kota Surabaya sejak dekade 1990-an.
Pada tanggal 14 September 2018 dalam Kongres UCLG-ASPAC 2018 (Asosiasi Pemerintah Kota dan Daerah Se-Asia Pasifik) di Surabaya, Tri Rismaharini terpilih secara aklamasi sebagai Presiden UCLG-ASPAC untuk masa bakti 2018-2020 menggantikan Gubernur Provinsi Jeju, Korea Selatan, Won Hee-ryong.
2. Abdullah Azwar Anas
Melansir dari Wikipedia, Abdullah Azwar Anas lahir 6 Agustus 1973.
Ia adalah seorang politikus Indonesia yang saat ini menjabat sebagai Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi menggantikan Tjahjo Kumolo yang meninggal dunia.
Sebelumnya, ia menjabat Kepala Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah (LKPP) sejak 13 Januari 2022 hingga 7 September 2022.
Ia juga merupakan Bupati Banyuwangi dua periode yang memimpin sejak 21 Oktober 2010 hingga 17 Februari 2021.
Ia dilantik menjadi bupati setelah mengalahkan 2 kontestan pemilihan kepala daerah lainnya yakni pasangan Ir. Djalaludin-Yusuf Nuris dan Emilia Contessa-Zaenuri. Sebelum menjabat sebagai bupati, ia pernah menjadi anggota MPR dan DPR.
Azwar Anas dibesarkan dalam lingkungan pesantren dengan agama yang kuat. Pendidikannya ditempuh dengan berpindah-pindah. Ia pernah masuk di MI Karangdoro, Tegalsari pada tahun 1980 MI Annuqayah, Guluk-Guluk, Sumenep, Madura pada tahun 1982-1983 dan masuk MI Kebunrejo Genteng pada tahun 1983 hingga 1986.
Setelah itu ia melanjutkan SMP di SMP Negeri 1 Genteng pada tahun 1986 hingga 1988 dan pindah ke SMP Negeri 1 Banyuwangi pada tahun 1988 dan tamat pada tahun berikutnya.
Setelah tamat SMP, Azwar Anas hijrah ke Jember untuk melanjutkan SMA di SMA Negeri 1 Jember dan tamat pada tahun 1992.
Pendidikan di perguruan tinggi ia jalani di IKIP Jakarta (Fakultas Teknologi Pendidikan) dan Fakultas Sastra Universitas Indonesia. Pendidikan Strata dua nya ia jalani di Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Indonesia dan ia selesaikan pada tahun 2005.[3]
Anas juga pernah tercatat sebagai Ketua Umum Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama masa bhakti 2000 - 2003, setelah memenangi pemilihan ketua umum pada perhelatan Kongres IPNU di Makassar tahun 2000.
Ia pernah menjadi anggota MPR termuda yang dilantik saat usianya masih 24 tahun.
Ia mencalonkan diri sebagai anggota DPR untuk periode 1999-2004 namun karena perolehan suara yang kurang ia gagal melenggang ke Senayan.
Dan pada pemilihan umum berikutnya ia berhasil menjadi anggota DPR untuk periode tahun 2004 hingga 2009 karena menggantikan anggota FKB yang meninggal dunia.
Karena ia termasuk tokoh muda Nahdatul Ulama di Banyuwangi. Ia mendapatkan basis kekuatan dari para ulama dan simpatisan Nahdatul Ulama di Banyuwangi.
Selain itu pasangannya Yusuf Widyatmoko adalah ketua DPC PDI Perjuangan Kabupaten Banyuwangi yang memiliki suara yang cukup besar di Banyuwangi.
Setelah kampanye yang gencar. Akhirnya berdasarkan perhitungan cepat akhirnya pasangan Azwar Anas-Yusuf Widyatmoko dapat memenangkan pemilihan kepala daerah dan dilantik pada 21 Oktober 2010 di Gedung DPRD Banyuwangi.
Menjelang Pemilihan Gubernur (Pilgub) Jawa Timur 2018, Azwar Anas sempat ditunjuk oleh Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan sebagai calon Wakil Gubernur mendampingi Saifullah Yusuf.
Namun, Azwar Anas memilih untuk mengundurkan diri dari pencalonan. Posisinya kemudian digantikan oleh Puti Guntur Soekarno.
3. Marzuki Mustamar
Melansir dari Wikipedia, KH Marzuki Mustamar lahir 22 September 1966.
Ia adalah Pimpinan Pondok Pesantren Sabiilul Rosyad, Kota Malang, Jawa Timur sekaligus mantan Ketua Tanfidziyah Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Jawa Timur masa khidmat 2018-2023.
Ia terpilih bersama dengan K.H. M. Anwar Manshur selaku Rais Syuriah PWNU Jawa Timur berdasarkan hasil konferensi wilayah yang digelar di Pondok Pesantren Lirboyo, Kota Kediri pada Ahad, 29 Juli 2018.
Ia semakin dikenal setelah memimpin prosesi baiat Ustaz Hanan Attaki yang resmi menjadi warga Nahdlatul Ulama, sekaligus dijadikan guru oleh Ustaz Hanan Attaki.
Model kepemimpinan dan ceramah Kiai Marzuki sangat berbeda dengan Ketua PWNU Jawa Tengah K.H. Mohamad Muzamil atau Ketua PWNU Jawa Barat KH Juhadi Muhammad.
Pendidikan formal Kyai Marzuki dapat dituliskan sebagai berikut:
TK Muslimat Karangsono Kanigoro, Blitar tahun 1972
MI. Miftahul ‘Ulum, Tahun 1979
SMP Hasanuddin, Tahun 1982
Madrasah Aliyah Negeri (MAN) Tlogo, Tahun 1985
Pondok Pesantren Nurul Huda, Mergosono
LIPIA Jakarta, Tahun 1988
S1 Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Malang, Tahun 1990
S2 Universitas Islam Lamongan (UNISLA), Tahun 2004
S3 Universitas Islam Malang (UNISMA), tahun 2023
Sementara itu, pendidikan non formal beliau lalui dengan berguru ke berbagai Pondok Pesantren dan Para Kyai.
Salah satu gurunya adalah K.H. A. Masduqi Machfudz, ulama Kota Malang, Jawa Timur.
Kyai Marzuki saat ini juga merupakan Dosen di Fakultas Humaniora dan Budaya UIN Maliki Malang.
Pada tahun 2010, ia telah melahirkan salah satu karya monumental yang kini sudah puluhan kali dicetak ulang dan disampaikan di hampir ke seluruh penjuru nusantara dalah Kitab Al-Muqtathafat li ahl al-Bidayat.
Buku berbahasa arab ini berisi sanggahan kepada beberapa kelompok, terutama kelompok salafi wahabi yang suka membid’ahkan amaliah kaum Nahdliyyin, dikutip dari dalil-dalil Al-Quran, As-Sunnah, dan kaidah Ushul Fiqh.
Karya lainnya adalah buku berjudul, "Solusi Hukum Islam Bersama Kiai Marzuqi Mustamar" yang terbit pada 2016.
Rekam Jejak Constant Karma, Cawagub Baru Pasangan Benhur Tomi Mano, Gantikan Yeremias Bisai |
![]() |
---|
Bupati Termuda di Jawa Barat Ini Punya Harta Kekayaan Rp1,4 Miliar di Usia 28 Tahun, Dulu Kerja Apa? |
![]() |
---|
Harta Kekayaan Fahmi Muhammad Hanif, Bupati Purbalingga yang Tawari Vokalis Sukatani Jadi Guru Lagi |
![]() |
---|
Breaking News! Putusan MK Pilkada Barito Utara, 2 TPS Ini Wajib Pemungutan Suara Ulang |
![]() |
---|
Pilkada Pasaman 2024 Diulang, Anggit Kurniawan Didiskualifikasi MK, Sembunyikan Status Mantan Napi |
![]() |
---|