Kabar Wilayah
Kota Tahu di Jawa Timur Jadi Kota Termiskin Lompati Madiun, Blitar, Probolinggo, dan Kota Pasuruan
Siapa sangka, kota dengan wali kota terkaya se-Jawa Timur justru masuk daftar daerah dengan jumlah penduduk miskin terbanyak. Teratas adalah Kediri.
Penulis: Sinta Manila
Editor: Tim TribunNewsmaker
Bukan Madiun, ternyata ada empat kota lain di Jawa Timur yang mencatat angka kemiskinan lebih tinggi. Di posisi teratas dijuluki sebagai Kota Tahu dan Probolinggo yang menyimpan ironi sosial yang mengejutkan.
TRIBUNNEWSMAKER.COM - Tahukah kamu? Provinsi Jawa Timur ternyata masih menjadi salah satu penyumbang terbesar angka kemiskinan di Indonesia.
Meski tidak menempati urutan pertama, provinsi dengan penduduk lebih dari 41,6 juta jiwa ini berada di posisi lima besar secara nasional dalam jumlah warga miskin.
Sebagai provinsi dengan jumlah penduduk terbanyak kedua setelah Jawa Barat, Jawa Timur memikul beban sosial-ekonomi yang tidak ringan.

Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2024, sebanyak 3,89 juta jiwa atau sekitar 9,56 persen dari total penduduk Jawa Timur masih hidup di bawah garis kemiskinan.
Yang mengejutkan, kemiskinan ini tidak hanya terjadi di kabupaten-kabupaten besar, tetapi juga merata di sejumlah kota kecil yang luas wilayahnya terbatas.
Berikut adalah empat kota dengan jumlah penduduk miskin terbanyak di Jawa Timur:
1. Kota Kediri
Jumlah penduduk miskin: 19,24 ribu jiwa
Persentase: 6,51 persen
Meskipun wilayahnya tergolong kecil, Kota Kediri menempati posisi pertama sebagai kota dengan jumlah penduduk miskin terbanyak di Jawa Timur.
Angka ini menunjukkan bahwa keterbatasan wilayah tidak selalu berkorelasi dengan kemakmuran ekonomi.
Kota Kediri dikenal dengan julukan Kota Tahu, karena terkenal dengan produksi tahu kuning khas yang disebut "Tahu Takwa".
2. Kota Probolinggo
Jumlah penduduk miskin: 15,24 ribu jiwa
Persentase: 6,18 persen
Ironisnya, kota yang berada di posisi kedua ini justru dipimpin oleh wali kota terkaya se-Jawa Timur.

Berdasarkan Laporan Harta Kekayaan Penyelenggara Negara (LHKPN), Wali Kota Aminuddin tercatat memiliki kekayaan fantastis mencapai Rp 43,28 miliar.
Kontras tajam antara kekayaan pribadi pemimpin daerah dan realitas warganya menjadi sorotan yang patut diperhatikan.
3. Kota Pasuruan
Jumlah penduduk miskin: 13,07 ribu jiwa
Persentase: 6,32 persen
Kota Pasuruan turut menyumbang lebih dari 13 ribu warga miskin. Meski berada di peringkat ketiga, tantangan kemiskinan di kota ini tetap signifikan dan memerlukan perhatian khusus dari pemerintah daerah maupun pusat.
4. Kota Blitar
Jumlah penduduk miskin: 9,86 ribu jiwa
Persentase: 6,75 persen
Dari segi jumlah, Kota Blitar memang lebih rendah dibandingkan tiga kota sebelumnya.
Namun, jika dilihat dari persentase, kota ini justru memiliki tingkat kemiskinan tertinggi di antara keempat kota dalam daftar.
Tiga Provinsi dengan Warga Miskin Terbanyak
Dalam skala nasional, Pulau Jawa mendominasi angka kemiskinan. Tiga provinsi dengan jumlah penduduk terbesar juga menjadi penyumbang terbanyak penduduk miskin di Indonesia:
1. Jawa Barat
Dengan populasi sekitar 50 juta jiwa, Jawa Barat memiliki 3,67 juta penduduk miskin. Meski demikian, tingkat kemiskinan di provinsi ini terus mengalami penurunan berkat pertumbuhan ekonomi yang membaik.
2. Jawa Timur
Tercatat 3,89 juta penduduk miskin, atau 9,56 persen dari total populasi. Tingginya angka ini menjadi tantangan serius dalam pembangunan berkelanjutan.
3. Jawa Tengah
Mengutip pernyataan dari Menteri Sosial Saifullah Yusuf (Gus Ipul), Jawa Tengah memiliki sekitar 3,4 juta penduduk miskin, setara dengan 9,58 persen dari total penduduknya.

Ketimpangan Masih Nyata, Solusinya Harus Nyata Pula
Fenomena kemiskinan di kota-kota kecil Jawa Timur menegaskan bahwa pertumbuhan ekonomi belum merata.
Bahkan di kota yang dipimpin oleh wali kota dengan kekayaan puluhan miliar rupiah, ribuan warganya masih hidup dalam keterbatasan.
Ketimpangan ini menunjukkan pentingnya komitmen dan kebijakan yang berpihak pada rakyat kecil.
Diperlukan langkah-langkah yang sistematis, terukur, dan berkelanjutan agar setiap warga tanpa terkecuali dapat merasakan buah dari pembangunan yang inklusif.