Namun, ia akan mempertanyakan langkah pemerintah apabila yang terjadi adalah korban jiwa melayang.
Ia pun mengingatkan untuk jangan menerapkan opsi tersebut untuk mengatasi pandemi Covid-19.
"Jadi jangan coba-coba yang kaya gini, korbannya banyak pasti," ungkap dia.
Jusuf Kalla juga mengatakan WHO sangat tidak menganjurkan penggunaan opsi herd immunity.
"Apakah kita akan memilih itu, jangan.
Negara apa yang ingin seperti itu dan itu tidak dianjurkan oleh WHO atau lembaga manapun," tegas Kalla.
Penjelasan Herd Immunity
Epidemiolog dr Dicky Budiman M.Sc.PH, PhD (Cand) Global Health Security CEPH Griffith University menjelaskan, konsep awal herd immunity berasal dari kesehatan hewan yang mengutamakan kesehatan secara kelompok.
"Dengan arti lain tidak terlalu mengutamakan kesehatan individu," kata Dicky saat dihubungi Kompas.com, Senin (18/5/2020).
Dia menambahkan, terkait pada kesehatan manusia, herd immunity merupakan konsep yang dilakukan saat vaksin tersedia untuk mencegah penyakit menular.
Konsep herd immunity saat vaksin ada tersebut, lanjut Dicky, digunakan karena secara realita selalu ada kesulitan untuk mencapai cakupan imunisasi 100 persen.
• Jusuf Kalla Sarankan Lockdown, Jokowi Menolaknya, Mana yang Terbaik Buat Lawan Corona? Simak Ini
"Sehingga pada beberapa kondisi, ditargetkan setidaknya (misal) 90 persen telah terimunisasi," ujar dia.
Sehingga yang telah terimunisasi ini akan menjadi barier atau benteng bagi orang yang masih belum terproteksi.
Artinya, konsep herd immunity tanpa adanya vaksin merupakan kesalahan dan juga tidak manusiawi.
"Karena berarti, mengabaikan hak kesehatan individu dan menempatkan masyarakat pada posisi berbahaya," tegas Dicky.