Enggak ada yang ngasih kabar ke sini," lanjutnya.
Di mata keluarga, kata Iman, MA adalah anak yang sangat baik.
"Dia enggak pernah pernah neko-neko," ujarnya.
Saat ditemukan, Sabtu sore, jasad MA masih mengenakan seragam pramuka.
"Kami meminta keadilan, kami ingin kasusnya diungkap," kata Iman.
Periksa Saksi
Kapolres Sukabumi, AKBP Maruly Pardede, mengatakan sejumlah saksi telah dimintai keterangan terkait kasus ini.
Dari keterangan para saksi, diketahui ada 120 siswa baru SMPN 1 Ciambar yang mengikuti kegiatan lintas alam yang merupakan bagian dari kegiatan MPLS tersebut.
Sabtu itu, ujar Kapolres, para siswa baru mandi di sungai.
Acara berlangsung dari pukul 08.00 hingga pukul 11.00.
"Pada pukul 14.30 WIB ditemukan oleh warga, salah satu siswa MOS SMPN 1 Ciambar telah tenggelam di sungai, keadaannya sudah meninggal dunia," ujar Maruly, kemarin.
Kasus meninggalnya siswa saat MPLS ini, ujar Maruly, ditangani oleh unit PPA Satreskrim Polres Sukabumi.
"Polsek Nagrak dan personel Unit PPA Satreskrim saat ini sedang mengumpulkan keterangan saksi.
Total tiga saksi, dua yang sudah dimintai keterangan, baik dari saksi yang ada di lokasi saat kejadian maupun dari pihak sekolah," ujarnya.
Hingga berita ini ditulis, belum ada keterangan apapun dari pihak SMPN 1 Ciambar.
Tribun Jabar sempat mendatangi sekolah tersebut, Senin (24/7).
Namun, pihak sekolah menolak memberikan keterangan.
Sebelumnya, Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Sukabumi, Jujun Juaeni membantah bahwa MA meninggal dunia saat mengikuti kegiatan MPLS. Kegiatan hiking di Sungai Cileuleuy, Sabtu lalu, ujarnya, bukan bagian dari MPLS.
"Siswa meninggal dunia di SMPN 1 Ciambar itu pada saat kegiatan hiking dan botram, jadi bukan di MPLS," kata Jujun.
Berita ini telah diolah dari artikel TribunJakarta.com.