Di Bandung, Jawa Barat, Yulia Rosiana lantang bersuara dalam demonstrasi di depan Gedung Sate, Jalan Diponegoro, Kota Bandung, Kamis (21/3/2024), demi memulangkan kakak kandungnya yang menjadi korban sindikat di Myanmar.
Sempat ada ancaman kakak Yulia akan dibunuh apabila tidak membayar uang tebusan sebesar Rp100 juta.
“Saya sudah berpikir kakak saya mati di sana karena terakhir ancamannya seperti itu,” ujarnya.
Direkrut ke Thailand dengan iming-iming gaji Rp 10 juta - Rp 20 juta
Rumah tangga Asep dan Nurmaya adalah yang termasuk terkena pukulan dahsyat pandemi Covid-19.
Menurut Nurmaya, Asep adalah lulusan SMA yang sempat berkuliah di jurusan administrasi tetapi tidak tuntas.
Asep sempat menekuni bidang restoran dan kafe, tapi pasca-Covid, dia bekerja serabutan karena bisnisnya tutup.
Pada awal Juli 2022, seorang teman Asep memperkenalkan dirinya dengan seseorang yang tengah menawarkan pekerjaan di Thailand. Orang ini memberi kontak dua orang bernama Andri Satria dan Anita.
Teman Asep tidak mengambil tawaran itu karena masih terikat kontrak.
“(Andri Satria dan Anita) yang menawarkan ke suami saya untuk bekerja sebagai IT dengan gaji Rp10 juta - Rp 20 juta. Niat suami saya sudah benar. Dia ingin meningkatkan derajat keluarganya,” tutur Nurmaya, yang tinggal di Bekasi, Jawa Barat.
Sempat ada pertemuan-pertemuan via aplikasi Zoom antara Asep, Andri Satria, Anita, dan beberapa orang lainnya yang “direkrut”. Nurmaya menyebut mereka kemudian diberangkatkan pada 10 Juli 2022 ke Bangkok, Thailand.
Sesampainya di Bangkok, Asep masih sempat mengabari Nurmaya saat tiba di hotel dan makan di restoran. Keesokan harinya, Asep dan rekan-rekannya diboyong ke Mae Sot, kota di wilayah barat Thailand yang berbatasan dengan Myanmar.
“Mereka kemudian menyeberang (ke Myanmar) dengan kapal. Mungkin kapal kecil kali, ya?” ujarnya.
Selama dua minggu ke depan, Asep dan rekan-rekannya digembleng untuk bisa mengetik dengan cepat sebelum mulai dipekerjakan. Baru setelah satu bulan, Asep menyadari bahwa dia dipekerjakan sebagai scammer.
“Akhir Agustus atau September, suami saya menyadari ada yang tidak beres. Dia akhirnya menelepon, minta tolong (hubungi) KBRI,” cerita Nurmaya.