"Ya kurang percaya lah (kalau Arya Daru bunuh diri)," ungkapnya kepada awak media di sebelah rumah keluarga Arya Daru, Kapanewon Banguntapan, Kabupaten Bantul, Yogyakarta, Selasa.
Ia tak percaya dengan hasil autopsi yang dipaparkan polisi karena tindakan bunuh diri yang dilakukan terlalu rapi.
Apalagi, Arya Daru meninggal dunia setelah kehabisan oksigen dikarenakan kepala dilakban.
"Bunuh diri kok bisa nganu (lakban dililit di muka) sendiri gitu, kok bisa rapi gitu. Dan sehari-hari di sini, enggak ada masalah," ucap Djadmiko.
Menurutnya, selama ini almarhum dan keluarganya bersikap biasa dalam menjalin komunikasi dengan para tetangga.
Namun, Djadmiko mengaku tidak pernah bercakap banyak dengan Arya Daru saat almarhum masih hidup.
"Saya tidak pernah cakap-cakap, kalau ketemu ya saling sapa, menghormati," jelasnya.
Djadmiko mengaku mengetahui kabar dan informasi bahwa Arya Daru tewas bunuh diri dari televisi.
Lebih lanjut, ia menilai bahwa saat pemilik kos membuka kamar kos Arya Daru terlalu gampang.
Ia memperkirakan bahwa pemilik kos memiliki kunci serep untuk membuka kamar Arya Daru pada saat ditemukan tewas.
"Itu cara bukanya kok gampang. Ada kemungkinan yang punya kos menurut saya punya kunci serep. Iya (ragu) kalau bunuh diri. Ya gitulah," tuturnya. (TribunNewsmaker/Tribunnews)