Profil Rusli, Kades Rengasjajar Bogor Bela Istri Pamer Uang Hasil Tambang, Semprot Dedi Mulyadi
Sosok Rusli, Kepala Desa Rengasjajar, Kecamatan Cigudeg, Kabupaten Bogor jadi sorotan publik setelah beredar video istrinya pamer uang.
Editor: Eri Ariyanto
Istri Rusli bahkan sombong menyebut bahwa uangnya masih ada lagi dalam koper.
"Duit loba di koper keneh," katanya.
Lalu pria yang duduk di belakang kemudi bahkan sombong akan membeli polisi.
"Videokeun, videokeun tuh. Ulah sieun, ieu rek diborong kabeh material, jeung polisi polisi na (Jangan takut, ini mau diborong semua matrial sama polisinya juga)," katanya.
Dalam video tersebut istri Rusli menyebut tidak berpengaruh sehingga diasumsikan berkaitan dengan penutupan tambang.
"Tuh Ocim doang pokoknya mah ya, engga lockdown, mantap cim? Engga ngaruh, maaf yah, engga lockdown, bener?," ucapnya kepada seorang pria yang sedang makan di hadapannya.
Camat Cigudeg Ade Zulfahmi mengaku telah mengonfirmasi video tersebut kepada yang bersangkutan.
Ia mengatakan bahwa video itu diambil sekitar tiga bulan lalu sebelum adanya penutupan sementara operasional tambang belakangan ini.
"Sudah klarifikasi, jadi itu video bulan Juli sebelum penutupan tambang," ujarnya kepada wartawan, Kamis (30/10/2025).
Ade Zulfahmi menambahkan, berdasarkan pengakuan Rusli, video tersebut diunggah di story WhatsApp lalu didownload oleh seseorang yang kemudian disebarkan.
"Jadi ada yang upload seolah-olah sekarang," katanya
Kades Rengasjajar Bela Istrinya
Tapi pada kenyataannya, Rusli dan istri merupakan pengusaha tambang di kawasan Cigudeg.
Rusli berdalih uang yang dipamerkan tersebut merupakan hasil tambang yang ia kelola bersama istri.
Uang itu juga dibawa untuk dibagikan pada para pekerja tambang.
Ia mengatakan video tersebut direkam bukan setelah Dedi Mulyadi menutup tambang.
"Kepada masyarakat yang terdampak, saya sampaikan bahwa video itu dibuat bulan Juli 2025," katanya.
Rusli pun membela sang istri.
"Tidak ada kaitan dengan kelakuan ibu lurah dengan penghinaan terhadap masyarakat yang terdampak dalam keadaan saat ini," katanya.
Menurutnya video itu dibuat status WhatsApp kemudian diambil seseorang hingga akhirnya viral.
"Setelah ditanya pemilik video itu yang ada gambar ibu lurahnya adalah dari salah satu sopir mobil dump truk tronton yang memang beliau merasa ada yang mendownload di dalam status WA-nya dan diberi caption yang berlebihan dan diadu domba dengan warga masyarakat yang terdampak," katanya.
Bahkan Rusli menyebut video istrinya sombong pamer uang adalah hoaks.
"Oleh sebab itu saya mengimbau pada warga agar tidak menerima, menelan, menyalahkan berita yang belum pasti kebenarannya alias berita hoaks," katanya.
Rusli sendiri merupakan Kades Rengasjajar, Cigudeg, Kabupaten Bogor.
Dia sudah menjabat sebagai Kades selama tiga periode.
Kades Bogor Semprot Dedi Mulyadi Usai Tak Dapat Setoran dari Truk Tambang
Kepala Desa Rengasjajar, Kecamatan Cigudeg, Kabupaten Bogor, Rusli berani bicara tak senonoh pada Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi. Rusli menyebut bahwa Dedi memiliki pasal yang membuatnya menjadi tak pernah salah.
Rusli merupakan salah satu pemilik tambang yang terdampak kebijakan Dedi Mulyadi.
Ia mengelola sembilan tambang di kawasan Kabupaten Bogor.
Kini usaha tambangnya tak bisa beroperasi karena dihentikan Dedi Mulyadi.
Rusli viral di media sosial setelah istrinya sombong pamer uang.
Padahal saat bertemu Dedi Mulyadi, Rusli mengeluh karena terdampak penutupan tambang.
Sekarang baru terungkap penghasilan Rusli bukan hanya dari jabatan Kades yang sudah dia emban selama tiga periode.
Rusli memaparkan bahwa setiap harinya pemerintah desa menerima setoran dari truk tambang sebesar Rp 100 ribu, setiap hari.
Sedangkan menurutnya ada sekitar 500 unit truk dari delapan perusahaan tambang yang setiap hari memberi Rp 100 ribu.
Jika dikalkulasi maka satu hari pemerintah desa menerima Rp 50 juta dari semua sopir truk tambang.
"Rp 100 ribu pungutan yang diterapkan setiap pemerintah desa di setiap gunung dari satu tronton. Rp 20 ribu yang kuli meratakan, Rp 20 ribu pengurus di dalam, jadi sisa 60 ribu, Rp 15 ribu kami serahkan kepada tambahan aparatuir desa, RT RW linmas, sisanya kami simpan di kedusunan dibagikan setiap tahun, dan pembangunan yang tidak boleh oleh dana desa seperti majelis taklim, masjid, musala," katanya.
"Nya ngagerung atuh kades leungit Rp 50 juta sehari," timpal Dedi Mulyadi.
"Kan gak pernah dipakai kami," aku Rusli.
Selain uang harian dari truk, perusahaan tambang setor bulanan ke pemerintah desa.
"Dari perusahaan juga ngasih ke pemerintah desa, berupa uang bulanan Rp 5 juta ada yang Rp 7,5 juta biaya operasional," katanya.
Maka jika ditotal, uang setoran dari pihak tambang yang diterima Rusli sebagai kades bisa mencapai Rp 25 miliar sampai Rp 30 miliar setahun.
"Miliaran satu tahun tapi kompensasi dibagikan ke masyarakat per tahun, bisa Rp 1 juta Rp 500 ribu kalau mau lebaran. 9 masjid sudah dibangun dari dana itu," katanya.
"Rp 25 miliar harusnya sudah bisa membangun infrastruktur yang baik," kata Dedi Mulyadi.
Tapi nyatanya kondisi di Cigudeg, Rumpin, dan Parungpanjang justru semrawut.
Jalan rusak parah, macet setiap waktu, hingga ancama kesehatan karena debu tambang.
Dedi Mulyadi mengatakan meski memiliki pemasukan melimpah, namun masyarakat sekitar juga tidak sejahtera.
"Yang kaya orang luar. Orang sananya jadi baleunghar (kaya) gak ?" tanya KDM.
"Ada pak anu beunghar," timpal Rusli.
"Nya pak lurah," kata Dedi Mulyadi.
Rusli mengklaim dia sebagai pengusaha dan pemilik perusahaan lain sudah memberi keleluasaan bagi warga yang bisnis batu tambang.
"Banyak yang jadi suplier, kredit mobil Palisade. Sekarang jadi kredit macet, ada juga warga yang dikasih keleluasan potongan harga per kubik. Misal split Rp 160 ribu kita masukan uang Rp 5 juta dikasih potongan Rp 5 ribu. Dari situ lah masyarakat yang namanya pengurus mobil dan mogek," kata Rusli.
Tapi pada faktanya tidak semua masyarakat sejahtera setelah gunung-gunung di kawasan itu ditambang.
"Cuma jadi kaya mah gak. Buktinya ini usaha," kata Dedi ke anggota Linmas yang mengaku susah sejak tambang ditutup.
Dedi menemukan fakta bahwa rumah petugas Linmas yang protes tersebut juga masuk kategori tidak layak huni.
Namun begitu, Kades Rusli justru melawan pernyataan Dedi Mulyadi.
"Kaya mah dalam hati bukan di dunia," kata Rusli.
"Beunghar hate mah ton nugaran gunung. Kayanya di hati bukan di dunia ya gunungnya gak usah ditugaran," katanya.
Dedi Mulyadi mengatakan para pemilik tambang justru tinggal di perumahaan mewah, jauh dari dampak penambangan.
"Pokoknya yang di perumahaan elite. Jadi yang punya diam di perumahan elite rumahnya bagus, gak keberisikan. Orang situ yang keberisikan cuma kebagian jadi kuli manggulan batu," katanya.
Rusli juga mengatakan bahwa Dedi Mulyadi memang tidak bisa disalahkan.
"Rusli mah percaya bapak mah punya pasal. Pasal satu pimpinan tidak pernah salah. Kami mah tidak nyalahin ke bapak," katanya.
"Saya salah nutup tambang salah kata yang rugi karena penutupan tambang. Kalau gubernur benar nutup tambang kata orang Parungpanjang yang kemacetan, anak sekolah yang stres tiap hari ke sekolah," kata Dedi Mulyadi.
(TribunNewsmaker.com/Eri Ariyanto)(BangkaPos)(Tribunbogor)
| Bupati Sukoharjo Serahkan Bantuan Rp 216 Juta untuk Guru RA dan Yatim Dhuafa |   | 
|---|
| Menkeu Purbaya Baru Tahu Ada Oknum Pegawai Bea Cukai Kebal Hukum: Yang Gak Salah, Saya Lindungin |   | 
|---|
| Pilu Hidup Randika, Anak Rantau Wafat di Cilacap Diduga Kelaparan, Terlantar, Minta Ditangkap Polisi |   | 
|---|
| Dipukul Hasan Basri Wabup Pidie Jaya, Kepala SPPG Klarifikasi Tuduhan Nasi Basi: Aturannya Jelas |   | 
|---|
| Cara Jadi Peserta Arisan Trans 7 Gratis, Hanya Isi Biodata & Foto Grup Unik, Hadiah Hingga 45 Juta |   | 
|---|
 
							 
                 
											 
											 
											 
											