Drama Keraton Surakarta
KGPH Hangabehi dan KGPAA Purboyo Saling Peluk saat Ayah Wafat, Kini Berebut Takhta Raja Keraton Solo
Momen persaudaraan KGPH Hangabehi dan KGPAA Purboyo sempat terekam sebelum keduanya saling berebut takhta
Penulis: Galuh Palupi Swastyastu
Editor: galuh palupi
Ringkasan Berita:
- KGPH Hangabehi dan KGPAA Purboyo saling berebut takhta di Keraton Solo
- Sebelum itu, keduanya sempat menunjukkan momen persaudaraan ketika ayahanda meninggal dunia
TRIBUNNEWSMAKER.COM - Suksesi takhta di Keraton Solo memanas setelah KGPH Hangabehi dan KGPAA Purboyo saling klaim berhak jadi raja baru, ini momen persaudaraan mereka yang sempat terekam.
Sebelum saling berebut takhta, KGPH Hangabehi dan KGPAA Purboyo sempat menunjukkan momen persaudaraan ketika ayah mereka, Kanjeng Sinuhun Pakubuwono (PB) XIII meninggal dunia.
Momen itu terekam dalam sebuah video yang beredar di TikTok.
Kedekatan mereka terjadi kala rangkaian acara prosesi pemakaman PB XIII digelar.
Dalam video tersebut, terekam KGPH Hangabehi mengenakan busana adat serba hitam menghampiri adiknya, KGPAA Purboyo.
KGPH Hangabehi lantas memeluk KGPAA Purboyo sambil menepuk-nepuk pundak sang adik.
Hal yang sama juga dilakukan KGPAA Purboyo seakan keduanya saling menguatkan ketika ayah mereka meninggal dunia.
Momen itu lalu berlanjut dengan sesi foto bersama keluarga inti PB XIII.
Terlihat para putra putri, menantu, cucu, dan permaisuri berfoto bersama dengan kursi raja yang dibiarkan kosong.
KGPH Hangabehi dan KGPAA Purboyo terlihat berdiri berdampingan di depan foto sang raja yang telah mangkat.
Momen hangat dua saudara sama-sama calon pewaris takhta ini langsung banjir pujian.
Ketika itu banyak yang percaya suksesi takhta keraton bakal berjalan lancar lantaran kedua pangeran menjaga hubungan baik.
Namun kini hal yang sebaliknya justru sedang terjadi.
Dua pangeran putra PB XIII yakni KGPH Hangabehi dan KGPAA Purboyo sama-sama mengklaim dirinya menjadi raja baru penerus takhta sang ayah.
KGPAA Purboyo telah mengikrarkan diri sebagai raja baru bergelar Pakubuwono XIV melalui prosesi Hajad Dalem Jumenengan Dalem Nata Binayangkare SISKS Pakubuwono XIV pada Sabtu (15/11/2025).
Sumpahnya sebagai raja baru itu dilakukan di atas Watu Gilang.
Menurut KGPH Benoyo adik PB XIII, Watu Gilang menjadi elemen penting dalam pengangkatan raja baru di Keraton Solo.
Watu Gilang adalah batu yang disakralkan yang sudah diwariskan secara turun temurun di Keraton Solo.
Baca juga: KGPH Hangabehi Sentil GKR Timoer Soal Wasiat PB XIII, Gusti Putri Tak Kalah Pilu: Gak Diajak Rembuk
Batu ini dipercaya ada sejak kerajaan Majapahit, kini diletakkan di Sitinggil.
Watu Gilang berukuran cukup besan dengan bentu persegi.
Batu ini memiliki fungsi simbolis sebagai tempat pengukuhan atau sumpah para pejabat dan abdi dalem di masa lalu.
Watu Gilang juga dianggap sebagai saksi legitimasi kekuasaan dan komitmen moral para pemimpin.
Karenanya, Watu Gilang menjadi elemen yang sangat penting sebagai bagian dari upacara pengangkatan raja baru.
KGPAA Purboyo Bersumpah di Watu Gilang
KGPH Benowo yang turut hadir dalam Hajad Dalem Jumenengan Dalem Nata Binayangkare SISKS Pakubuwono XIV yang digelar di Keraton Surakarta pada Sabtu (15/11/2025) siang menjadi saksi bahwa KGPAA Purboyo telah bersumpah di atas Watu Gilang ketika mengikrarkan diri sebagai raja baru.
"Jadi begini, kemarin itu Sinuhun yang ini sudah mengirarkan diri menjadi pengganti Pakubuwono XIII. Di sini di watu Gilang, itu dibawa dari Majapahit. Jadi kalau mengucap sumpah harus di atas itu, ini bukan main-main, saya nggak berani," ucapnya dikutip dari Kompas.com pada Minggu (16/11/2025).
"Dia menetapkan kembali, mengukuhkan kembali bahwa dia menggantikan ayahandanya sebagai Pakubuwono XIV di watu Gilang itu, bukan di tempat lain," kata Benowo.
Namun menurut Benowo, hal yang sama tidak dilakukan oleh KGPH Hangabehi yang sudah terlebih dahulu mengikrarkan diri sebagai raja.
Baca juga: Rekam Jejak Gusti Purbaya Deklarasi Raja Solo, Penobatan Putra Mahkota Ditolak, Kasus Tabrak Lari
Karenanya ia memberi tantangan kepada KGPH Hangabehi untuk melakukan hal yang sama.
Tapi, Benowo juga mengingatkan tentang taruhan yang tidak main-main.
"Kalau berani di sini ya Monggo, berarti taruhannya itu tadi, sakit atau mati. Nyawa taruhannya, itu tidak main-main lihat saja kalau tidak percaya," urainya.
Bukan tanpa alasan jika Benowo menyebut nyawa jadi taruhan ketika bersumpah sebagai raja baru di Watu Gilang.
Sebab, sejarah mencatat semua raja baru melakukan sumpah di batu sakral tersebut.
Menurutnya, sumpah raja tak bisa dilakukan di sembarang tempat di dalam keraton.
"Iya, watu Gilang itu. (Semua raja di sini) Iya. Di keraton pun ada tempatnya sendiri, tidak bisa di sasana sewaka, tidak bisa sasana handrawina, tidak bisa di dalem Ageng Probo Suyoso. Tidak bisa, resminya ini," jelasnya.
Namun demikian, Benowo menegaskan bahwa apabila nekat melakukan hal tersebut maka pihak yang mengikrarkan diri harus menanggung resiko.
"Kalau nanti yang satunya berani di sini ya monggo silahkan, kita tidak melarang. Saya sudah ngomong pada saudara-saudaranya silahkan kalau mau mengikrarkan diri di situ ya monggo. Kalau ada apa-apa ya tanggung sendiri," ucapnya. (Tribunnewsmaker)
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/newsmaker/foto/bank/originals/Kolase-potret-persaudaraan-KGPH-Hangabehi-dan-KGPAA-Purboyo.jpg)