5 Fakta Penangkapan Abdul Basith, Seorang Dosen di IPB, Simpan Bom Untuk Ricuhkan Aksi Mujahid 212
Ditangkap lantaran simpan bom untuk ricuhkan aksi Mujahid 212, Abdul Basith ternyata tak melakukannya sendirian.
Editor: ninda iswara
Bom molotov tersebut rencananya akan digunakan untuk melakukan pembakaran agar menimbulkan kerusuhan.
"(Bom molotov) untuk mendompleng demo Mujahid 212 yang rencananya akan melakukan pembakaran-pembakaran di Jakarta. Kalau enggak ditangkap, ya bisa kejadian (peristiwa pembakaran menggunakan bom molotov)," ujar dia.
Diduga membuat bom
Polisi menduga, Basith berperan bukan hanya sebagai penyimpan bom molotov. Ia juga diduga membuat bom molotov tersebut.
Meski demikian, Kepala Biro Penerangan Masyarakat Mabes Polri, Brigjen Dedi Prasetyo mengklaim polisi masih mendalami peran Basith lebih jauh, juga peran lima orang lainnya.
"Nanti hasilnya secara komprehensif, kalau hasil pemeriksaan kemudian pengujian seluruh alat bukti nanti akan disampaikan.
Termasuk statusnya dari penyelidikan menjadi penyidikan, kemudian status seseorang menjadi tersangka akan disampaikan oleh Polda Metro Jaya.
Dalam hal ini, penyidik Polda Metro Jaya tetap mengedepankan asas praduga tak bersalah, masih didalami," ungkap Dedi, Senin.
Pernah isi seminar motivasi
Selain berkarya sebagai dosen di IPB dan meraih gelar doktor di kampus tersebut pada 2012, Basith pernah juga berperan sebagai “motivator”.
Ia pernah mengisi beberapa seminar motivasi di beberapa kampus di Indonesia, seperti Universitas Muhammadiyah Makassar dan Universitas Warwadewa Bali.
Libatkan purnawirawan tentara
Saat meringkus Basith dan lima tersangka lain terkait temuan bom molotov ini, polisi juga menangkap seorang pensiunan tentara di dalamnya, yakni Laksamana Muda (Purn) Sony Santoso.
Kombes Argo Yuwono mengatakan, kepolisian berkoordinasi dengan Polisi Militer TNI Angkatan Laut (Pomal) untuk menyelidiki peran Sony.
"Untuk yang pensiunan TNI itu Polda Metro Jaya sudah sejak awal dalam penyelidikan bersama dengan Pomal.