Muhammadiyah Tanyakan Soal New Normal, Sebut Kasus Covid-19 Masih Tinggi: Sudah Dikaji Secara Valid?
Pimpinan Pusat Muhammadiyah mempertanyakan kebijakan new normal yang tengah dipersiapkan pemerintah.
Editor: Listusista Anggeng Rasmi
Kini pemerintah berencana menerapkan kenormalan baru atau new normal yang merupakan gaya hidup baru di tengah masa pandemi Covid-19.
Dalam menjalankan new normal, digitalisasi akan semakin masif menjadi bagian dari gaya hidup yang baru, baik dalam dalam bertransaksi maupun berinteraksi dengan sesama.
"Mau enggak mau kita harus masuk new normal. Terus untuk new normal itu nanti lebih cenderung banyak kita revolusi digital," ujar Psikolog Sosial dari Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS) Hening Widyastuti kepada Kompas.com, Rabu (28/5/2020).
Digitalisasi tentunya memiliki dampak pada efisiensi sumber daya manusia di berbagai sektor. Perusahaan akan lebih banyak mengandalkan otomatisasi.
Fenomena ini mau tak mau harus dihadapi oleh masyarakat Indonesia. Oleh sebab itu, perlu menyiapkan mental untuk menerima new normal yang mengarah ke digitalisasi.

Menurut Hening, jika tidak bisa beradaptasi dengan kenormalan baru malah akan berimbas pada kesehatan mental.
"Kalau kita enggak mengikuti perubahan ini, maka kita akan ketinggalan, itu akan membuat stress dan derpesi luar biasa," katanya.
Hening bilang, menerima realita bahwa adanya perubahan, itu berarti juga harus merubah pola pikir lama menjadi baru. Salah satunya dengan berpikir kreatif.
Masyarakat harus mampu mencari peluang dari dalam dirinya, apa yang potensial untuk dikembangkan di tengah semua yang serba digitaliasasi. Hal itu bisa dijadikan peluang untuk meningkatkan kemampuan finansial, seperti dengan berbisnis.
"Kemampuan apa yang digali. menyiapkannya harus mulai dari saat ini. Jadi secara psikologisnya harus menguatkan. Emosi, hati, dan pikiran itu harus di sinkron kalau memang situasi berubah," kata dia.
Dia menambahkan, mencari inspirasi juga dapat dilakukan bersama orang terdekat, teman maupun keluarga. Sehingga bisa saling menguatkan secara psikologis.
"Terus komunikasi dengan rekan-rekan yang positif, bukan yang menjatuhkan. karena itu berpengaruh pada diri kita. Ketika teman support, itu baik untuk psilogist kita. Kita akan semangat, bahwa harus siapkan diri enggak bisa main-main," jelas Hening. (Tribunnewsmaker/* dan Kompas.com/Yohana Artha Uly)
Sebagian artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Kasus Covid-19 Masih Tinggi, Muhammadiyah Pertanyakan Rencana New Normal" dan "New Normal, Psikolog: Siapkan Diri untuk Digitalisasi yang Lebih Masif"
Baca juga di Tribunnews Kasus Corona Masih Tinggi, Muhammadiyah Pertanyakan Soal New Normal: Apa Sudah Dikaji Secara Valid?