TOLAK Rohingya, Warga Aceh Khawatir Terjadi Gesekan: Yang Berhasil Mendarat Siap Angkat Kaki Lagi
Sebagian warga Aceh menolak ratusan pengungsi Rohingya saat hendak berlabuh dengan perahu kayu.
Editor: Eri Ariyanto
Dengan kedatangan pengungsi, kini gedung Mina Raya dipadati 482 orang Rohingya. Sisanya berasal dari kedatangan pengungsi tahun sebelumnya.

Menurut laporan warga sekitar, para pengungsi ini bisa sampai di lokasi pengungsian sementara, lantaran kapalnya sengaja dipacu dengan kecepatan tinggi, membuat mesin rusak, dan kapal kandas ketika mendekati daratan.
Untuk kebutuhan makanan, mereka mendapat layanan dari Kementrian Sosial. Dalam masa tanggap darurat, makan mereka diatur tiga kali sehari secara rutin. Mereka juga memperoleh pemeriksaan kesehatan.
Mustaqimmah (22) salah satu pengungsi Rohingya asal Bangladesh ikut rombongan kapal pertama. Ia membawa serta tiga anak di dalam kapal, dan sejauh ini pergi karena “susah hidup” di negara asalnya.
“Saya melaut selama sebelas hari, dan makan sehari sekali,“ katanya.
Pengungsi lainnya adalah Muhammad Abbas, 17 tahun. Ia datang sendirian dan “saya mencari tujuan [negara] mana saja yang lebih aman.”
Sejauh ini, Abbas mengaku khawatir dengan penolakan sebagian warga. “Ada [warga] yang ditakutkan, tapi ada juga yang menolong. Kalau ada yang menolong syukur Alhamdulillah (segala puji bagi Allah),” katanya.
Namun, kemungkinan Mustaqimmah dan Abbas tidak akan bertahan lama di tempat pengungsian ini. Musababnya, warga di sekitar lokasi pengungsian menjatuhkan ultimatum bagi mereka untuk pergi ke lokasi lainnya, selambat-lambatnya Minggu (19/11).
Dalam hal ini telah terjadi pertemuan dengan pihak UNHCR, terkait dengan relokasi pengungsi dari Gedung Mina Raya, Jumat (17/11).
Azwani, 65 tahun, mengaku sebagai perwakilan warga dari pertemuan tersebut. Dia mengklaim warga menolak karena keberadaan pengungsi Rohingya melanggar “norma-norma yang telah disepakati”.
“Kedua, masuk mereka ke sini, tanpa konfirmasi dengan pihak setempat. Jangan kan dengan kami desa, dengan Mustika [aparatur desa] pun tidak pernah dibicarakan. Oleh karenanya, kami tidak dianggap pemerintah di [kecamatan] Padang Tiji ini, sehingga kami menolak,” kata Azwani.
Azwani juga mengatakan jika ultimatum ini diabaikan, maka "kami tidak bisa mengamankan atau [menahan] mereka [warga] membakar, dan sebagainya,” ungkapnya.
Sementara perwakilan warga lainnya, Teuku Muslim mengatakan, "Kami atas nama kemanusian, dia (Rohingnya) orang Islam, sudah kami terima. Sekarang sudah cukup kami menerima.”
Jubir UNHCR Mitra Salima Suryono kepada AFP mengatakan: "Kami masih berusaha memastikan keselamatan para pengungsi, dengan cara berkordinasi dengan pemerintah setempat. Kami harap, pengungsi Rohingya bisa direlokasi ke tempat yang lebih baik.“
Sejauh ini belum ada keterangan resmi dari pemerintah daerah maupun pemerintah pusat terkait pemindahan minoritas Rohingya di Pidie.
Sumber: Kompas.com
Tegaskan Nadiem Makarim Tak Korupsi 1 Sen Pun, Hotman Sentil Prabowo: Gelar Perkaranya di Istana |
![]() |
---|
Foto Masa Muda Kokom, Teman SMA Buat Dedi Mulyadi Tergila-gila, Tolak Cinta Gegara Takut Dipelet |
![]() |
---|
Latar Belakang Mercy Jasinta, Buat Petisi Tolak Pemecatan Kompol Cosmas, 2 Tahun Jadi Dosen, Dulu HR |
![]() |
---|
Akun Medsos Euis, Menantu Sahroni Korban Satu Keluarga Tewas, Sering Pamer Uang Gepokan di TikTok |
![]() |
---|
Sosok Mercy Jasinta, Buat Petisi Tolak Pemecatan Kompol Cosmas yang Tabrak Affan Ojol, Dosen di NTT |
![]() |
---|