Breaking News:

Pilkada 2024

Survei Calon Bupati Lamongan 2024, Elektabilitas Yuhronur Unggul Telak dari Suhandoyo & Abdul Ghofur

Berikut hasil survei elektabilitas terbaru Calon Bupati Lamongan 2024.

Editor: Eri Ariyanto
Antara
CEO Proximity Whima Edy Nugroho memaparkan hasil survei untuk Pilkada Lamongan 2024 

"Kiai Marzuki bisa jadi alternatif penantang Bu Khofifah," jelas Baihaki, seperti dilansir TribunJatim.com di artikel berjudul Hasil Survei ARCI: Kiai Marzuki Mustamar Potensial Jadi Penantang Khofifah di Pilgub Jatim 2024. https://jatim.tribunnews.com/2024/05/15/hasil-survei-arci-kiai-marzuki-mustamar-potensial-jadi-penantang-khofifah-di-pilgub-jatim-2024

Profil KH Marzuki Mustamar

Melansir laman pwnujatim.or.id, Kamis (4/1/2024), KH Marzuki Mustamar lahir di Blitar, 22 September 1966 dari orangtua Kyai Mustamar dan Nyai Siti Jainab.

Ia dikenal memiliki penampilan yang sederhana dan tidak pernah neko-neko.

Karena begitu sederhananya, kadang orang tidak mengira bahwa beliau adalah seorang kyai.

Namun, di balik kesederhanaannya, tersimpan lautan ilmu yang begitu luas.

PKB beri sinyal usung Marzuki Mustamar di Pilgub Jatim
PKB beri sinyal usung Marzuki Mustamar di Pilgub Jatim (TribunTimur)

Gaya bicara Marzuki yang tegas dan lugas menjadi salah satu ciri khas.

Sejak kecil, Marzuki dibesarkan dan dididik oleh kedua orang tua dengan disiplin ilmu yang tinggi, belajar Al-Qur’an dan dasar-dasar ilmu agama.

Selain dididik disiplin ilmu yang tinggi, sejak kecil, ia juga dididik tentang kemandirian agar memiliki etos kerja yang tinggi dengan cara memelihara kambing dan ayam petelur.

Saat duduk di kelas 4 Madrasah Ibtidaiyah sampai sebelum belajar di Malang, anak kedua dari delapan bersaudara ini mulai belajar ilmu nahwu, shorof, tasawuf dan ilmu fikih kepada Kyai Ridwan dan Kyai-Kyai lain di Blitar.

Sejak SMP, Marzuki diminta mengajar Al-Qur’an dan kitab-kitab kecil lainnya kepada anak-anak dan tetangga beliau.

Pada usia yang masih belia tersebut, beliau sudah mengkhatamkan dan faham kitab Mutammimah pada saat kelas 3 SMP.

Selepas dari SMP Hasanuddin, ia melanjutkan ke Madrasah Aliyah Negeri (MAN) Tlogo Blitar.

Marzuki muda merupakan sosok pemuda yang beruntung sebab sudah mendalami ilmu agama ke beberapa orang kiai di Blitar, seperti Kiai Hamzaj, Kiai Abdul Mudjib dan Kiai Hasbullah Ridwan.

Setamat dari MAN Tlogo pada tahun 1985, Marzuki melanjutkan jenjang pendidikan formalnya di IAIN (sekarang UIN Maulana Malik Ibrahim) Malang, yang waktu itu masih merupakan cabang IAIN Sunan Ampel Surabaya.

Untuk menambah ilmu agama, ia yang juga Anggota Komisi Fatwa MUI Kota Malang ini nyantri kepada KH A Masduki Machfudz di Pondok Pesantren Nurul Huda Mergosono.

Mengetahui kecerdasan dan keilmuan Marzuki yang di atas rata-rata santrinya yang lain, akhirnya Kiai Masduki memberi amanah kepada Marzuki untuk membantu mengajar di pesantrennya, meskipun saat itu Marzuki masih berusia 19 tahun.

“Saat itu saya diminta untuk mengajar kitab Fathul Qorib bab buyuu’ (jual-beli),” Kenang kyai yang juga Dosen Fakultas Humaniora dan Budaya UIN Maulana Malik Ibrahim Malang ini.

Pada tahun 1994, KH Marzuqi Mustamar memulai hidup baru dengan menikahi salah seorang santriwati Pondok Nurul Huda yang bernama Saidah.

Sang istri merupakan putri Kyai Ahmad Nur yang berasal dari Lamongan. Dengan Saidah, Marzuki memiki 7 anak.

Selang satu bulan setelah menikah, Marzuki bersama istri mencoba mengadu nasib ke daerah Gasek, Kecamatan Sukun, Kabupaten Malang.

Di rumah barunya di Gasek itulah, Marzuki mendapat banyak santri hingga berkembang menjadi pesantren Sabilurrosyad.

Selain sibuk membimbing para santri, ia juga menjabat sebagai Ketua Jurusan Bahasa Arab Universitas Islam Malang.

KH Marzuki Mustamar juga aktif di berbagai organisasi keagamaan di antara sebagai Ketua Tanfidiyah PCNU Kota Malang dan anggota Komisi Fatwa MUI Kota Malang.

Kedalaman ilmunya sangat dirasakan oleh umat.

Sebagai contoh Marzuki menyusun sebuah kitab, tentang dasar-dasar atau dalil-dalil amaliyah yang dilakukan oleh warga Nahdhiyyin.

Bahkan, Kiai Baidhowi, Ketua MUI Kota Malang memberi julukan “Hujjatu NU” kepada Marzuki.

“Kalau Imam al-Ghozali dikenal sebagai Hujjatul Islam, maka Kyai Marzuki ini Hujjatu NU” Demikian pernyataan Kiai Baidhowi dalam beberapa kesempatan, seperti dilansir Kompas.com.

(TribunNewsmaker.com/Antara)

Sumber: Antara
Tags:
Pilkada 2024Yuhronur EfendiSuhandoyoAbdul GhofurLamongan
Berita Terkait
AA

BERITA TERKINI

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved