Kabar Wilayah
Kota Primadona Jawa Tengah Dijuluki Nepal Van Java Tak Kalah dari Salatiga, Solo, dan Semarang
Sebuah kota kecil di Jawa Tengah dijuluki Nepal Van Java karena memiliki keindahan alam yang mirip dengan suasana di Nepal.
Penulis: Sinta Manila
Editor: Tim TribunNewsmaker
Kota kecil yang berada di Jawa Tengah ini menjadi primadona. Suasanannya yang sejuk dan alam yang indah disebut mirip dengan suasana di Nepal hingga membuatnya dijuluki Nepal Van Java.
TRIBUNNEWSMAKER.COM - Meskipun menyandang status sebagai kota terkecil di Provinsi Jawa Tengah, Kota Magelang berhasil menunjukkan performa luar biasa.
Kota ini masuk dalam jajaran wilayah paling maju di provinsi tersebut, membuktikan bahwa ukuran wilayah bukanlah penghalang untuk mencetak prestasi.
Julukan "Tuin van Java" yang berarti Taman dari Jawa melekat erat pada Magelang.

Julukan ini tak sekadar hiasan, tetapi mencerminkan keindahan alam dan pesona kota yang kaya akan sejarah, budaya, serta kemajuan pembangunan.
Bahkan, kota mungil ini mampu bersaing dengan kota-kota besar seperti Surakarta (Solo) dan Semarang dalam berbagai aspek pembangunan, terutama kualitas hidup masyarakatnya.
Konteks Jawa Tengah dan Perkembangan Wilayah
Jawa Tengah dikenal sebagai salah satu provinsi dengan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) yang cukup tinggi di Indonesia.
Hal ini mencerminkan peningkatan signifikan dalam sektor pendidikan, kesehatan, dan kesejahteraan ekonomi masyarakat.
Secara administratif, provinsi ini terbagi menjadi 29 kabupaten dan 6 kota, yang tersebar dalam lebih dari 500 kecamatan dan hampir 8.500 desa.

Struktur wilayah yang kompleks ini justru terkelola dengan baik melalui berbagai kebijakan desentralisasi.
Menariknya, sebelum era otonomi daerah diberlakukan pada awal tahun 2000-an, terdapat tiga kota administratif di Jawa Tengah, yaitu Purwokerto, Cilacap, dan Klaten.
Namun, sejak tahun 2003, status kota administratif dihapus, dan ketiga wilayah tersebut kembali bergabung ke dalam kabupaten induknya.
Selain itu, sejumlah kabupaten juga memindahkan pusat pemerintahan demi efisiensi tata kelola.
Contohnya, Kabupaten Magelang memindahkan ibu kotanya dari Kota Magelang ke Mungkid pada 1982, diikuti oleh Kabupaten Semarang ke Ungaran (1983), dan Kabupaten Tegal ke Slawi (1984).
Langkah-langkah ini mencerminkan upaya penataan wilayah yang lebih terarah dan fokus pada peningkatan pelayanan publik.
Kota Magelang dalam Capaian IPM dan Peringkat Nasional
Indeks Pembangunan Manusia (IPM) menjadi tolok ukur penting dalam menilai kualitas hidup masyarakat.
IPM menggabungkan tiga dimensi utama: umur panjang dan sehat, pengetahuan (pendidikan), serta standar hidup yang layak.

Dalam konteks ini, Kota Magelang mencatatkan skor IPM yang sangat baik.
Pada tahun 2024, kota ini menempati posisi keenam sebagai kota paling maju di Pulau Jawa versi Indeks Daya Saing Daerah (IDSD), dengan skor 4,26.
Meskipun hanya memiliki luas wilayah 18,54 km⊃2;, Kota Magelang menunjukkan pertumbuhan ekonomi yang mengesankan.
Dengan populasi lebih dari 128.000 jiwa, kota ini mencatatkan pertumbuhan ekonomi sebesar 5,06 persen.
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar harga berlaku tahun 2024 tercatat mencapai Rp43.736 miliar—angka yang mencerminkan kekuatan ekonomi yang tidak bisa dipandang sebelah mata.
Inovasi dan Penghargaan
Kemajuan Kota Magelang tak lepas dari inovasi yang terus dilakukan oleh pemerintah daerah.
Pada tahun 2024, Magelang meraih penghargaan sebagai Kota Sangat Inovatif dari ajang Innovative Government Award (IGA) yang diselenggarakan oleh Kementerian Dalam Negeri.
Penghargaan ini diberikan atas keberhasilan kota dalam mengembangkan inovasi layanan publik, pengelolaan pemerintahan, serta pembangunan wilayah yang inklusif dan berkelanjutan.

Kota yang dijuluki "Taman dari Jawa" ini memiliki potensi luar biasa di berbagai sektor:
1. Pariwisata
Wisata Alam: Dikelilingi pegunungan dan kawasan hijau, Magelang menawarkan berbagai destinasi alam seperti air terjun, hutan pinus, dan jalur pendakian.
Wisata Budaya dan Religi: Candi Borobudur menjadi ikon wisata dunia yang berada tak jauh dari pusat kota.
Selain itu, terdapat pula candi-candi Buddha lainnya yang menambah kekayaan warisan budaya.
Mina Wisata: Konsep wisata berbasis perikanan juga berkembang, dengan adanya kolam pemancingan, rumah makan apung, dan pusat budidaya ikan.

2. Pertanian
Produk Unggulan: Magelang dikenal sebagai penghasil salak dan rambutan terbesar di Jawa Tengah. Selain itu, komoditas unggulan lainnya seperti beras organik, cengkeh, dan porang juga banyak dibudidayakan.
Tanaman Hias: Iklim pegunungan yang sejuk mendukung pertumbuhan tanaman hias berkualitas ekspor.
Sentra Produksi: Desa-desa seperti Pringombo menjadi sentra produksi cengkeh dan pertanian lainnya.
3. Sumber Daya Alam
Magelang menyimpan potensi pertambangan seperti tanah liat, marmer, batu andesit, dan trass—material penting untuk industri konstruksi.
4. Peternakan
Potensi peternakan cukup besar, terutama ayam kampung, ayam pedaging, dan petelur yang menjadi komoditas utama bagi kebutuhan lokal dan regional.

5. Ekonomi dan UMKM
UMKM dan Industri Kreatif: Magelang memiliki banyak pelaku UMKM yang bergerak di bidang kuliner, kerajinan tangan, dan pariwisata.
Kuliner Khas: Kota ini terkenal dengan hidangan legendaris seperti getuk, opor entok, kupat tahu, dan sego megono.
Home Industry: Tersedia berbagai industri rumahan yang mendukung pariwisata dan menjadi tulang punggung ekonomi lokal.
6. Perikanan
Selain untuk konsumsi, budidaya ikan air tawar juga dikembangkan dalam bentuk mina wisata yang menarik bagi wisatawan lokal dan luar daerah.
Magelang tak hanya dikenal sebagai "Tuin van Java", tapi juga lekat dengan sebutan "Kota Getuk", merujuk pada kuliner khas berbahan dasar singkong yang menjadi ikon kota ini.