Breaking News:

Demo Buruh

Andika Lutfi Falah Tewas Usai Demo di Depan Gedung DPR, Tempurung Kepala Pecah, Dianiaya Aparat?

Kronologi tewasnya Andika Lutfi Falah setelah ikut demo di depan gedung DPR, tempurung kepala pecah, diduga dianiaya aparat.

Editor: ninda iswara
TribunTangerang/Nurmahadi
TEWAS SAAT DEMO - Kerabat memegang foto Andika Lutfi Falah (16) saat tahlilan di Perumahan Puri Bidara RT 02/06, Kecamatan Tigaraksa, Kabupaten Tangerang, Banten, Senin (1/9/2025) malam. Kronologi tewasnya Andika Lutfi Falah setelah ikut demo di depan gedung DPR, tempurung kepala pecah, diduga dianiaya aparat. 

TRIBUNNEWSMAKER.COM - Kepergian Andika Lutfi Falah, seorang pelajar SMK dari Kabupaten Tangerang, menyisakan duka yang mendalam bagi keluarganya.

Remaja berusia 16 tahun itu mengembuskan napas terakhir pada Senin, 1 September 2025, setelah sempat koma dan menjalani perawatan intensif selama tiga hari di Rumah Sakit TNI AL Mintoharjo, Jakarta.

Andika diduga menjadi korban kekerasan aparat saat terjadi demonstrasi besar-besaran di depan Gedung DPR/MPR RI pada Kamis, 28 Agustus 2025.

Aksi tersebut berlangsung panas dan menegangkan hingga larut malam.

Demonstrasi sendiri merupakan salah satu bentuk penyampaian pendapat yang dilakukan secara terbuka di ruang publik.

Umumnya, aksi ini digelar oleh sekelompok orang sebagai wujud aspirasi, protes, atau dukungan terhadap isu-isu tertentu yang dianggap penting atau mendesak.

Baca juga: Sosok Andika Lutfi Siswa SMK 14 Tangerang Meninggal Usai Ikut Demo di DPR, Ibunda Pilu: Sudah Takdir

Menurut penuturan sang kakak, Pangestu, Andika berangkat ke lokasi unjuk rasa tanpa membawa telepon genggam maupun kartu identitas.

Ia menyebutkan bahwa adiknya sempat kehilangan identitas saat melakukan pendakian beberapa waktu lalu.

“Andika saat itu bergabung bersama pelajar-pelajar lain. Kami tidak tahu pasti bagaimana dia bisa berada di tengah-tengah aksi itu,” ujar Pangestu.

Ia mengenang, malam itu situasi di sekitar Gedung DPR sangat tegang, bahkan mengarah pada kekacauan.

“Adik saya berangkat tanpa identitas, sampai di sana misah barisan, jadi ikut anak sekolah lain. Malam itu situasinya brutal, gas air mata dilontarkan ke mana-mana. Posisi polisi dekat dengan massa, massa-nya digebukin. Di situ adik saya kena gas air mata dan mungkin jatuh,” ujarnya.

Pangestu menjelaskan, dari luar tubuh Andika hanya terlihat memar. Namun, dokter kemudian menemukan trauma akibat benturan benda tumpul di kepala.

Cedera itu menyebabkan tempurung kepalanya pecah dan memicu pendarahan di dalam otak.

“Saya tidak menyalahkan tim medis, saya bersyukur adik saya dibawa ke IGD. Tapi yang saya sayangkan, adik saya tanpa identitas. Masih 16 tahun, nggak ada KTP. Jadi penanganannya telat satu hari, ternyata adik saya kritis satu hari, jadi semuanya telat,” kata dia.

Andika masuk IGD RSAL pada Kamis malam dalam keadaan tidak sadar. Jumat sore, detak jantungnya sempat berhenti sebelum berhasil kembali dipulihkan.

Hasil CT-Scan kemudian menunjukkan adanya luka serius di kepala hingga akhirnya dipindahkan ke ICU.

Sejak saat itu, Andika koma dan tidak pernah sadar lagi.

"Jumat tanggal 29 jam 5 sore masuk ICU dalam kondisi koma sampai hari Senin dinyatakan wafat. Dia tidak sadar sama sekali selama di rumah sakit,” tutur Pangestu.

Keluarga awalnya masih berharap Andika bisa bertahan.

Pangestu sempat berpositif thinking karena tahu adiknya punya fisik kuat sebagai anak pecinta alam.

Ia bahkan pernah mendaki Gunung Slamet yang dikenal cukup berat.

Namun, harapan itu sirna ketika dokter memastikan seluruh cedera yang dialami adalah luka dalam.

"Saya mikir adik saya masih bisa pulang, karena dari luar tidak ada luka. Ternyata luka dalam semua,” ujarnya.

Meninggalnya Andika menambah panjang daftar korban jiwa dalam gelombang aksi unjuk rasa yang terjadi pada Agustus 2025.

Sebelumnya, Affan Kurniawan, seorang driver ojek online, tewas setelah dilindas kendaraan taktis Brimob pada Kamis (28/8/2025).

Baca juga: Sosok AKP Darkun, Polisi jadi Korban Demo di DPR, Kena Batu & Dikeroyok Massa, Dijenguk Prabowo

KORBAN TEWAS DEMO - Suasana duka di kediaman Andika Lutfi Falah (16), pelajar SMK Tangerang yang meninggal saat mengikuti aksi unjuk rasa di DPR RI.
KORBAN TEWAS DEMO - Suasana duka di kediaman Andika Lutfi Falah (16), pelajar SMK Tangerang yang meninggal saat mengikuti aksi unjuk rasa di DPR RI. (TribunTangerang/Nurmahadi)

Empat orang juga dilaporkan meninggal dunia saat Gedung DPRD Kota Makassar terbakar di tengah aksi demonstrasi, Jumat (29/8/2025). Mereka adalah Akbar Basri, Sarina Wati, Syaiful Akbar, dan Budi Haryadi.

Masih di Makassar, Rusdamdiansyah, seorang driver ojek online menjadi korban pengeroyokan karena dicurigai sebagai anggota intelijen alias intel.

Kemudian di Solo, Sumari (60), seorang tukang becak yang meninggal dunia diduga terpapar gas air mata saat kericuhan pecah di Bundaran Gladak, Solo, Jawa Tengah, Jumat (29/8/2025).

Tak hanya itu, seorang mahasiswa Amikom Yogyakarta, Rheza Sendy, juga tewas saat mengikuti aksi, Minggu (31/8/2025).

Berdasarkan keterangan BEM Amikom, Rheza terjatuh dari motor setelah situasi ricuh akibat tembakan gas air mata.

Motornya mendadak mati saat ia mencoba berbalik arah hingga membuatnya kehilangan kendali. Rheza kemudian disebut langsung dihampiri aparat.

Masih di hari yang sama, Mahasiswa Univeritas Negeri Semarang, Iko Juliant Junior, meninggal setelah sebelumnya dinyatakan kecelakan oleh Polisi.

Dalam narasi yang beredar, sebelum kepergiannya, Iko sempat mengigau "Ampun pak, tolong pak, jangan pukulin saya lagi."

Awalnya dia disebut kecelakaan, tapi motor Iko ditahan di Polda Jawa Tengah dan ia diantar ke rumah sakit menggunakan kendaraan Brimob.

Berdasarkan foto jenazah, terdapat luka sobek di bibirnya. Hingga kini, penyebab pasti luka-luka lko belum jelas.

(TribunNewsmaker/Tribunnews)

Sumber: Tribunnews.com
Tags:
Andika Lutfi FalahdemoDPR
Berita Terkait
AA

BERITA TERKINI

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved