Sang kakak, Noor Fatima tak kuasa menahan tangis kala mengantarkan adiknya itu ke tempat keberangkatan kapal.
Keluarga berharap Ansar mendapatkan pekerjaan di Indonesia yang dapat membantu menghidupi mereka.
Baca juga: Perjuangan Nur Islam Pengungsi Rohingya 23 Tahun di Makassar, Susah Cari Kerja: Ingin Bikin KTP
Baca juga: DETIK-DETIK Warga Rohingya Baku Tembak dengan Polisi Malaysia, 3 Tewas: Terlibat 50 Aksi Perampokan
Hanya ada sedikit hal yang bisa dilakukan di kamp pengungsian Cox’s Bazar.
Bangladesh telah melarang penghuni kamp untuk bekerja, sehingga kelangsungan hidup mereka bergantung pada jatah makanan yang diberikan PBB.
Saat itu tanggal 20 November 2023, Ansar akan melakukan perjalanan menggunakan kapal bersama beberapa kerabatnya, termasuk sepupunya yang berusia 20 tahun, Samira Khatun, dan putranya yang berusia 3 tahun.
Keesokan harinya, Samira menelepon keluarga Fatima dan memberi tahu mereka bahwa mereka berada di kapal yang dimaksud.
“Kami sedang dalam perjalanan. Doakan kami," katanya, dikutip dari AP News.
Baca juga: ALASAN Ustaz Derry Sulaiman Mau Tampung Pengungsi Rohingya, Dicarikan Kerja: Saya Siap Menerima!
Beberapa hari setelah perjalanan, kapal Rohingya lainnya melihat kapal yang membawa Ansar dan Samira mengalami keruskaan mesin dan air mulai masuk ke lambung kapal.
Tak ada yang bisa dilakukan oleh kapal tersebut, mereka juga khawatir jika menolong orang-orang di kapal Ansar, akan ikut tenggelam karena kelebihan muatan.
Akhirnya kapten kapal hanya bisa menolong dengan menarik kapal tersebut menggunakan tali.
Lalu, dua atau tiga malam kemudian, badai melanda laut.
Gelombang besar menghantam kedua kapal tersebut dan mengakibatkan tali penghubung kedua kapal putus.
Orang-orang yang berada di kapal Ansar dan Samira menangis dan berteriak keras, 'Tali kami putus! Tali kami putus! Tolong bantu kami!'.
ditumpangi oleh Ansar dan Samira hilang dari pandangan.
“Mereka juga beragama Islam. Mereka juga bagian dari komunitas kami,” kata Rujinah saat menyaksikan kapal Ansar hilang dari pandangam.