Sosok Gita Sjahrir, Keponakan Luhut yang Kecewa Soeharto Jadi Pahlawan, Ungkap Kisah Pilu Keluarga
Gita Sjahrir keponakan Luhut Binsar Pandjaitan ungkap rasa kecewa dengan diberikannya gelar pahlawan ke Soeharto pada 10 November 2025
Penulis: Galuh Palupi Swastyastu
Editor: galuh palupi
Ringkasan Berita:
- Gita Sjahrir keponakan Luhut Pandjaitan kecewa dengan gelar pahlawan Soeharto
- Gita ungkap alasannya kecewa, terkenang perjuangan ayah
- Ayah Gita adalah aktivis di masa orde baru, sempat dieksil ke Amerika
TRIBUNNEWSMAKER.COM - Diberikannya anugerah Pahlawan Nasional kepada Soeharto pada 10 November 2025 lalu memicu kontra dari beberapa pihak.
Penolakan itu di antaranya datang dari Gita Sjahrir, putri dari Dr. Sjahrir yang dikenal sebagai tokoh peristiwa Malari pada Januari 1974.
Peristiwa Malari (Malapetaka Limabelas Januari) merupakan demontrasi dan kerusuhan yang terjadi pada masa Orde Baru, tepatnya pada 15-16 Januari 1974.
Demonstrasi dan kerusuhan ini dipicu karena mahasiswa dan aktivis memprotes korupsi, harga-harga tinggi, dan ketidaksetaraan investasi asing.
Protes yang dilayangkan mahasiswa dan aktivis tersebut berubah menjadi kerusuhan hingga sebelas pengunjuk rasa terbunuh, serta ratusan mobil dan bangunan hancur.
Dr. Sjahrir ayah Gita Sjahrir kala itu turut menjadi aktivis dalam peristiwa Malari.
Baca juga: Titiek Soeharto Unggah Video Haru Sang Ayah, Singgung Soal Fitnah: Tuduhan Menerpa Tiada Henti
Dr. Sjahrir sendiri merupakan adik ipar dari Luhut Binsar Pandjaitan, sehingga Gita Sjahrir adalah keponakan Luhut.
Kecewa Soeharto Dianugerahi Gelar Pahlawan
Melalui unggahan Instagram pada Kamis (13/11/2025), Gita Sjahrir mengungkap rasa kecewa karena Soeharto dianugerahi gelar pahlawan.
Kekecewaan itu berdasar pada kenangan Gita tentang perjuangan sang ayah.
Menurut Gita, pemberian gelar pahlawan kepada Soeharto sama saja membuat ayahnya menjadi penjahat.
"Di Hari Pahlawan, 10 November 2025, aku belajar bahwa ternyata Ayahku selama ini adalah seorang penjahat," tulis Gita.
Gita lantas mengenang perjuangan ayahnya selama menjadi aktivis di era orde baru.
Aktivitas ayahnya itu membuat ia sampai harus dieksil atau dibuang hingga ke luar negeri.
"Selama berpuluh tahun, Ayah berjuang, sampai masuk penjara, sampai dieksil, sampai akhirnya meninggal bangkrut, semuanya untuk negara tercinta dia, Indonesia.
Dan di ujung perjuangannya, Ayah tidak pernah lelah menentang seorang presiden, yang berpuluh tahun kemudian diangkat menjadi pahlawan nasional."
Baca juga: Potret Keluarga Cendana saat Soeharto Terima Gelar Pahlawan Nasional, Tommy Soeharto Absen
Status sang ayah sebagai seorang eksil politik membuat Gita dan keluarga memiliki kenangan-kenangan pahit selama tinggal di luar negeri.
Ia ingat bagaimana sang ayah kerap menulis surat untuk ibunya dengan berat hati karena mereka bertahun-tahun tak bisa berjumpa.
Orangtuanya juga kerap bertengkar karena harga makanan Asia yang mahal di luar negeri hingga mereka tidak bisa membeli.
"Bagaimana aku memergoki Ayah dengan hati yang berat menulis surat ke ibunya, my grandma, karena mereka tidak bisa bertemu bertahun-tahun.
Bagaimana ayah dan ibu bertengkar karena kita waktu itu tidak bisa membeli makanan Asia, karena di Amerika tempe dan tahu sangatlah mahal."
Gita sempat pula mengalami bullying dari anak-anak asli Amerika karena ia berbeda dari mereka.
"Bagaimana anak-anak lain membully aku karena soto ayam buatan ibuku dibilang "smelly" "gross"- bau, menjijikkan.
Bagaimana akhirnya aku tidak memakan soto ayam selama 30 tahun karena rasa malu yang dalam."
Bahkan bullying itu berlanjut ketika akhirnya Gita pulang ke tanah air.
Baca juga: Titiek Soeharto Unggah Video Haru Sang Ayah, Singgung Soal Fitnah: Tuduhan Menerpa Tiada Henti
Saat itu, Gita yang lama tinggal di Amerika dianggap sebagai bule dan lagi-lagi menerima perlakuan tidak menyenangkan dari anak-anak pribumi.
"Bagaimana akhirnya first languange aku menjadi bahasa Inggris.
Dan waktu aku pindah ke Indonesia, aku dibully habis-habisan, termasuk dipukuli oleh anak-anak yang lain, karena aku 'bule'."
Kenangan paling mencekam terjadi pada tahun 1998, jelang reformasi.
Ketika itu, ayahnya sempat hilang selama 24 jam sebelum akhirnya pulang dengan tubuh bau kotoran.
Sang ayah ternyata disembunyikan di selokan oleh aktivis lain untuk menghindari penangkapan.
Namun di momen itu, Gita mengenang sang ayah masih memiliki semangat juang.
"Indonesia akan reformasi. Gita, kita sekarang bebas," ungkap Gita mengenang perkataan sang ayah.
"So, imagine my surprise when I realized that what my father fought against - is now the hero.
(Jadi bayangkan bagaimana terkejutnya aku ketika menyadari apa yang ayahku lawan kini menjadi pahlawan)," pungkasnya. (Tribunnewsmaker)
Sumber: Tribunnewsmaker.com
| Sosok Ivar Jenner, Tunjukkan Pengaruh Besar di Skuad Timnas Indonesia U23, Kariernya Mentereng |
|
|---|
| Sosok Habib Bahar, Disebut Telantarkan Istri Siri Helwa Bachmid, Pendiri Majelis Pembela Rasulullah |
|
|---|
| Sosok Aspinawati Harahap, Kepsek di Kampar Riau Terseret Pungli Ratusan Juta, Tak Sengaja Terbongkar |
|
|---|
| Nasib Helwa Bachmid, Model Cantik yang Curhat Menderita Dinikahi Habib Bahar, Sebut Ditelantarkan |
|
|---|
| Profil Bripka Laode Abdul Salman, Polisi Tewas Tragis Usai Ditikam Paman, Dikenal Atlet Paralayang |
|
|---|
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/newsmaker/foto/bank/originals/Gita-Sjahrir-ungkap-kecewa-karena-Soeharto-diberi-gelar-pahlawan.jpg)