Sosok Ikhlas Thamrin, Penemu Bobibos Bahan Bakar Jerami, Guncang Energi Nasional, Lulusan UNS Solo
Dari limbah jerami sawah, Ikhlas Thamrin ciptakan Bobibos, bahan bakar masa depan Indonesia.
Editor: Eri Ariyanto
Ringkasan Berita:
- Sosok Muhammad Ikhlas Thamrin kini jadi sorotan. Ia adalah penemu Bobibos atau bahan bakar jerami asal Jonggol, sebuah desa di Kabupaten Bogor, Jawa Barat, yang sedang viral.
- Ikhlas Thamrin memproduksi bahan bakar jerami melalui proses menggunakan mesin dan serum yang dikembangkan oleh timnya.
- Muhammad Ikhlas Thamrin adalah alumni Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret (UNS) Solo angkatan 2001.
TRIBUNNEWSMAKER.COM - Dulu Ikhlas Thamrin mahasiswa hukum yang kerap berdemo menolak kenaikan BBM.
Kini, Ikhlas Thamrin menghadirkan Bobibos, bahan bakar ramah lingkungan dari limbah jerami sawah.
Dari Jonggol ke perhatian gubernur, kisahnya membuktikan bahwa inovasi bisa lahir dari siapa saja.
Baca juga: Teka-teki Sosok Oknum BPN Terlibat Sengketa Lahan Jusuf Kalla di Makassar, Ini Kata Nusron Wahid
Sosok Muhammad Ikhlas Thamrin kini jadi sorotan.
Ikhlas Thamrin adalah penemu Bobibos atau bahan bakar jerami asal Jonggol, sebuah desa di Kabupaten Bogor, Jawa Barat, yang sedang viral.
Ikhlas Thamrin memproduksi bahan bakar jerami melalui proses menggunakan mesin dan serum yang dikembangkan oleh timnya.
Siapa sosok M Ikhlas Thamrin dan cara produksinya lebih jauh?
Muhammad Ikhlas Thamrin adalah alumni Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret (UNS) Solo angkatan 2001.
Selama kuliah, Muhammad Ikhlas Thamrin mengaku sangat sering mengikuti demonstrasi untuk mengkritisi sumber energi di Indonesia.
“Saya ingat betul pernah berdemo di Jakarta untuk menolak kenaikan harga BBM.
Namun, setelah lulus saya mulai berpikir apa yang dapat saya lakukan untuk memberi solusi perihal energi,” ujar Muhammad Ikhlas Thamrin dikutip dari situs resmi UNS, Rabu (12/11/2025).
Lulus tahun 2005, Muhammad Ikhlas Thamrin pun mulai mencari solusi untuk permasalahan energi.
Ia berpendapat energi di Indonesia berpotensi langka dan mahal karena belum memanfaatkan energi terbarukan terlebih yang saat ini digunakan belum ramah lingkungan.
Pada 2007, Muhammad Ikhlas Thamrin memulai riset tentang energi bersama timnya.
Delapan tahun kemudian ia mendirikan PT Baterai Freeneg Generasi.
Hasil dari riset yang dilakukannya melahirkan sebuah solusi energi berbasis pulsa berupa kompor dan motor.
Kala itu, patennya telah diuji oleh International Certificate Testing Technology (ICTT).
Kompor dan motor listrik tersebut akan dapat digunakan dengan baterai yang menganut sistem pulsa token.
Pengguna tidak perlu mencari stasiun pengisian listrik umum untuk mengisi daya jika baterai habis melainkan cukup mengisi pulsa token.
Muhammad Ikhlas Thamrin bermimpi membangun ekosistem listrik di Indonesia pada 2030.
10 tahun riset Bobibos
Bobios dibuat dari dari berbagai tanaman yang mudah tumbuh di banyak wilayah Indonesia, termasuk di lahan persawahan.
Dengan RON mendekati 98, Bobibos disebut bisa menempuh jarak lebih jauh dibandingkan bahan bakar solar konvensional saat ini.
10 tahun riset mandiri, Bobibos masih perlu lewati banyak pintu
Muhammad Ikhlas Thamrin menciptakan Bobibos dilatarbelakangi oleh keresahannya pada tingginya ketergantungan Indonesia terhadap energi impor.
Ia ingin membuktikan Indonesia mampu berdiri di atas kaki sendiri melalui ilmu pengetahuan dan riset mandiri.
Proses Produksi Bobibos
Inovasi bahan bakar alternatif Bobibos ini jadi perhatian publik setelah diklaim mampu menghasilkan nilai oktan yang mendekati RON 98 dan memanfaatkan limbah pertanian sebagai bahan baku utama.
Jika klaim ini terbukti, Bobibos bisa menjadi terobosan besar dalam upaya ketahanan energi berbasis sumber daya lokal.
Temuan ini berasal dari pemuda asal Jonggol, Ikhlas Thamrin yang melalui riset bertahun-tahun merumuskan cara mengolah jerami padi menjadi bahan bakar ramah lingkungan, bersama tim peneliti di PT Inti Sinergi Formula.
Menurut Ikhlas, untuk produksi awal Bobibos sebanyak sekitar 3.000 liter, pihaknya menyebut diperlukan bahan baku jerami yang “kira-kira 9 ton” — sejumlah yang menurutnya setara dengan limbah dari satu hektar sawah padi.
Limbah batang kering tersebut kemudian diproses menggunakan mesin dan serum yang dikembangkan oleh timnya.
Lima Tahap Proses Produksi Bobibos
1. Pengumpulan dan Pengeringan Jerami Jerami dikumpulkan dari area persawahan lalu dikeringkan hingga mencapai kadar air ideal.
2. Pemilahan dan Persiapan Bahan Baku Jerami kering dipilah agar hanya bahan berkualitas yang masuk tahap ekstraksi.
3. Ekstraksi Menggunakan Serum Khusus Bahan baku diproses dengan mesin khusus dan serum untuk mengambil senyawa esensial.
4. Pemurnian Cairan Hasil Ekstraksi Cairan diekstrak lalu diproses agar memenuhi standar bahan bakar nabati.
5. Formulasi Akhir Menjadi Bobibos Cairan murni diformulasikan menjadi dua varian: Merah (setara solar) Putih (setara bensin)
Ikhlas, yang juga menjabat sebagai CEO PT Inti Sinergi Formula, optimistis Bobibos bisa diproduksi di seluruh Indonesia, mengingat luasnya lahan padi nasional.
Ia bahkan menargetkan bahwa harga jual kedua varian bahan bakar tersebut dapat diseragamkan dan, dalam jangka panjang, berpotensi berada di bawah Rp 10.000 per liter.
Dukungan terhadap upaya ini datang pula dari Dedi Mulyadi, Gubernur Jawa Barat, yang sempat mencoba performa Bobibos pada mesin traktor di Lembur Pakuan, Subang, dan menawarkan pasokan jerami dari 1.200 hektar sawah sebagai bahan baku.
Saat ini, produksi massal Bobibos masih menunggu izin pemerintah, sedangkan 3.000 liter produksi awal telah digunakan dalam uji coba terbatas di wilayah Jonggol.
Pengamat: Klaim RON 98 Perlu Transparansi Publik
Ali Ahmudi, Ketua Pusat Studi Kebijakan Energi dan Pertambangan (Puskep) Universitas Indonesia, menilai bahwa klaim Bobibos sebagai bahan bakar setara RON 98 harus dipertimbangkan secara terbuka agar publik memahami dasar teknologinya.
Menurut Ali, bahan bakar beroktan tinggi yang berbasis nabati umumnya memerlukan proses pengolahan yang kompleks dan sering kali melibatkan tambahan zat aditif.
“Apakah betul RON-nya 98, dan bagaimana prosesnya? Dugaan saya ada pencampuran hidrogen untuk melepas O?. Tapi kita tunggu saja penjelasannya bagaimana,” ujarnya kepada Kompas.com belum lama ini.
Ia menjelaskan bahwa produk dengan RON tinggi biasanya dihasilkan melalui teknologi kilang yang panjang, melibatkan reaksi kimia dan katalis.
Selain itu, meskipun bahan bakar nabati seperti E100 atau B100 bisa diproduksi tanpa campuran bahan bakar fosil, mereka tetap memerlukan aditif pendukung.
“Secara teknis, bahan bakar nabati murni bisa diproduksi, tapi tetap memerlukan bahan tambahan yang mendukung reaksi konversinya,” kata dia.
Karena itu, Ali menekankan pentingnya adanya transparansi mengenai formula, proses produksi, serta hasil uji laboratorium agar publik dapat menilai kualitas, keamanan, dan kesesuaian Bobibos dengan standar bahan bakar sebelum dipasarkan luas.
Kang Dedi Mulyadi Teken MoU dengan Bobibos
Sementara itu, Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi resmi menandatangani nota kerjasama dengan penemu Bahan Bakar Original Buatan Indonesia Bos (Bobibos), Muhammad Ikhlas Thamrin, di Lembur Pakuan, Kabupaten Subang, Sabtu (15/11/2025).
Kerjasama tersebut bertujuan mengembangkan bahan bakar nabati berbasis jerami agar bisa masuk ke tahap produksi.
"Kita sudah tanda tangan MoU. MoU-nya sudah ditanda tangan antara saya dengan bosnya, Bobibos," ujar Dedi dalam rekaman video yang diterima Kompas.com, Sabtu (15/11/2025).
Mantan Bupati Purwakarta itu menjelaskan, produksi perdana bahan bakar nabati tersebut akan segera dilakukan dalam waktu dekat.
Rencananya akan dilakukan uji coba di lingkungan Lembur Pakuan terlebih dahulu.
"Nanti ke depannya adalah hal-hal yang bersifat teknisnya. Jadi minggu depan kita panen. Maka jeraminya akan segera dibuat produksi untuk bahan bakar nabati dan konsumsinya hanya untuk uji coba di lingkungan Lembur Pakuan dulu," katanya.
Menurut Dedi, penggunaan bahan bakar nabati selain ramah bagi lingkungan, diyakini juga dapat mengurangi beban subsidi pemerintah untuk penyediaan BBM.
Ia menargetkan, bila uji coba di Lembur Pakuan berjalan baik, ke depannya akan diterapkan di seluruh jajaran Organisasi Perangkat Daerah (OPD) Pemerintah Provinsi Jawa Barat.
"Minimal seluruh jajaran pemerintah Provinsi Jawa Barat ke depan menggunakan bahan bakar nabati sehingga APBD-nya efisien. APBD-nya efisien, subsidi negaranya terkurangi karena subsidi BBM sama tinggi," tuturnya.
Selain mengurangi beban subsidi energi, Dedi menilai inovasi ini berpotensi membawa dampak ekonomi bagi petani.
Limbah jerami yang selama ini tidak bernilai bisa menjadi komoditas baru. Sebab, menurutnya, petani nantinya tidak hanya menjual padi. Namun juga bisa menjual jerami.
Menteri ESDM Bahlil Lahadalia Hati-hati
Di sisi lain, inovasi Bobibos ditanggapi hati-hati oleh Menteri ESDM Bahlil Lahadalia.
Di tengah sorotan dan euforia publik, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) memilih bersikap hati-hati.
Menteri ESDM Bahlil Lahadalia menegaskan pihaknya belum dapat memberikan penilaian sebelum hasil kajian teknis dan uji laboratorium lengkap diperoleh.
“Kita pelajari dulu ya, kita pelajari dulu,” ujar Bahlil singkat saat ditemui usai rapat dengan Komisi VII DPR di Jakarta, Selasa (11/11/2025), dikutip dari tayangan video KompasTV.
Bahlil menambahkan, pemerintah tidak ingin gegabah menanggapi setiap klaim inovasi energi baru tanpa uji validasi yang jelas.
Menurutnya, aspek keselamatan, kualitas bahan bakar, dan kelayakan komersial menjadi faktor penting sebelum sebuah produk bisa dipasarkan secara luas.
Banyak Tahap dari Sisi Akademik
Dari sisi akademik, kalangan perguruan tinggi menilai inovasi Bobibos menjanjikan, namun tetap membutuhkan uji multidisipliner yang ketat.
Dalam ulasan resminya, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) Universitas Negeri Surabaya (Unesa) menegaskan bahwa validasi bahan bakar baru tidak cukup hanya dengan hasil laboratorium tunggal.
Diperlukan serangkaian uji keselamatan produksi, standar emisi, serta ketahanan mesin dalam berbagai kondisi iklim dan merek kendaraan.
“Regulator harus memastikan produk tidak hanya bagus di laboratorium, tapi juga aman, andal, dan berkelanjutan di lapangan,” tulis FMIPA Unesa dalam ulasannya.
Pihak kampus juga menyoroti empat hal yang menjadi keraguan publik, yakni keaslian hasil uji laboratorium, efek jangka panjang terhadap mesin, dampak lingkungan yang benar-benar terukur, serta kesiapan regulasi dan distribusi nasional.
Untuk itu, akademisi mendorong agar tim pengembang membuka data hasil uji secara transparan, menggandeng lembaga pengujian independen, dan melibatkan BUMN energi atau pelaku industri migas guna memastikan skala produksi dan kepatuhan terhadap regulasi.
“Tanpa keterbukaan dan kolaborasi formal, inovasi berisiko berhenti di tataran viral semata,” tulis FMIPA Unesa mengingatkan.
| Sosok Ivar Jenner, Tunjukkan Pengaruh Besar di Skuad Timnas Indonesia U23, Kariernya Mentereng |
|
|---|
| Sosok Habib Bahar, Disebut Telantarkan Istri Siri Helwa Bachmid, Pendiri Majelis Pembela Rasulullah |
|
|---|
| Sosok Aspinawati Harahap, Kepsek di Kampar Riau Terseret Pungli Ratusan Juta, Tak Sengaja Terbongkar |
|
|---|
| Nasib Helwa Bachmid, Model Cantik yang Curhat Menderita Dinikahi Habib Bahar, Sebut Ditelantarkan |
|
|---|
| Profil Bripka Laode Abdul Salman, Polisi Tewas Tragis Usai Ditikam Paman, Dikenal Atlet Paralayang |
|
|---|
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/newsmaker/foto/bank/originals/Dari-limbah-jerami-sawah-Ikhlas-Thamrin-ciptakan-Bobibos-bahan-bakar-masa-depan-Indonesia.jpg)