Breaking News:

Drama Keraton Surakarta

Sosok 3 Kerabat Keraton Solo Terima Kekancingan, Dapat Gelar Panembahan, Ini Makna Gelar Baru Mereka

Tiga dari lima kerabat Keraton Solo yang menerima kekancingan kini menyandang gelar baru sebagai Panembahan. Siapa saja mereka? Ini maknanya.

Editor: ninda iswara
Instagram @grayratih | TribunSolo.com/Ahmad Syarifudin
KEKANCINGAN - Tiga dari lima kerabat Keraton Solo yang menerima kekancingan kini menyandang gelar baru sebagai Panembahan. Siapa saja mereka? Ini maknanya. 

Dikutip dari Nusantara Institute, KGPH Dipokusuma juga seorang dosen, pembicara publik, dan aktivis budaya.

Nusantara Institute adalah lembaga yang didirikan oleh Yayasan Budaya Nusantara Indonesia.

Lembaga ini berfokus pada bidang studi, kajian, publikasi, scholarship, riset ilmiah, dan pengembangan akademik tentang ke-Nusantara-an.

Di Nusantara Institute, KGPH Dipokusumo menjabat sebagai anggota Dewan Penasihat.

KGPH Dipokusumo pernah menerima gelar kehormatan dari Kerajaan Negeri Sembilan, Malaysia.

Ia diketahui pernah menjadi Ketua Jurusan Hubungan Internasional (HI) di Universitas Slamet Riyadi (Unisri) Solo.

Saat ini, ia tercatat sebagai anggota tim ahli Cagar Budaya Surakarta, Dewan Kurator Museum Keris Surakarta, hingga tim ahli Jaringan Kota Pusaka.

Ia juga tergabung di berbagai organisasi masyarakat (ormas) dan lembaga, baik sebagai pengurus maupun penasihat, seperti Forum Lintas Lembaga Adat dan Tradisi Budaya Indonesia, Forum Lintas Agama dan Golongan, Perhimpunan Pedalangan Indonesia, hingga Komite Bahasa Jawa.

Baca juga: KGPH Hangabehi dan KGPAA Purboyo Saling Peluk saat Ayah Wafat, Kini Berebut Takhta Raja Keraton Solo

KEKANCINGAN - Sebanyak 5 kerabat dalem yang mendapat kekancingan setelah upacara naik tahta atau jumenengan digelar, Sabtu (16/11/2025) lalu.
KEKANCINGAN - Sebanyak 5 kerabat dalem yang mendapat kekancingan setelah upacara naik tahta atau jumenengan digelar, Sabtu (16/11/2025) lalu. (TribunSolo.com/Ahmad Syarifudin)

Makna Gelar Panembahan

Pengamat Sejarah, Ki Rendra Agusta, menjelaskan istilah Panembahan memiliki makna etimologis yang erat dengan kata "sembah".

Merujuk dari kata "sembah, ujar Ki Rendra, Panembahan bisa diartikan sebagai seseorang yang dituakan.

"Kalau kata panembahan sendiri kan secara etimologi dari kata sembah. Terus kegiatannya nanti kan ada sembah."

"Nah, jadi panembahan itu sebenarnya kan subjek atau orang yang disembah gitu ya dijadikan sesembahan gitu ya. Dalam konteks ini tentunya dituakan," kata Ki Rendra saat dihubungi TribunSolo.com, Senin (17/11/2025).

Lebih lanjut, Ki Rendra menuturkan, dalam tata organisasi keraton, Panembahan mirip seperti Dewan Pertimbangan yang memberi masukan bagi raja.

Ia juga menekankan, Panembahan merupakan gelar tertinggi dalam hierarki kepangkatan Mataram Islam.

"Kalau sekarang makna penambahan itu kan di keraton itu orang yang dituakan sebagai semacam kalau di negara itu Dewan Pertimbangan Presiden, jadi ada Dewan Pertimbangan," jelas Ki Rendra.

"Di kepangkatan ya paling tinggi sekaligus sebenarnya sudah paling sepuh ya dituakan begitu."

"Jadi dia semacam punya semacam advisor untuk bidang spiritualitas lebih menep, lebih sabar, lebih segalanya," pungkasnya.

(TribunNewsmaker/Tribunnews)

Sumber: Tribunnews.com
Halaman 3/3
Tags:
Keraton SoloGKR Timoer RumbaiKGPH Benowo
Rekomendasi untuk Anda

BERITA TERKINI

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved