Bocah 9 Tahun Jadi Tulang Punggung Dua Adiknya, Tinggal di Kebun Tanpa Listrik, Ortu Tak Ada Kabar
Kris, seorang bocah berusia 9 tahun asal Kabupaten Ngada, NTT terpaksa menjadi tulang punggung keluarga.
Editor: Listusista Anggeng Rasmi
Keputusan ini datang dari kesadarannya sendiri melihat kondisi kedua orangtuanya yang sakit sakitan dan hanya bisa berharap kesadaran dari anak anaknya.
Anak kelima dari pasangan Yohanes Abdullah (55) dan Maria Lipat Lema (45) warga Rt.031 Kampung Timur kabupaten Nunukan Kalimantan Utara ini memilih mengalah tidak melanjutkan sekolahnya ke SMP dan merelakan kakak kakaknya Emanuel Gorang Sili (19) dan Mariana Nugi Molan (17) untuk melanjutkan sekolah.
Sementara ia akan fokus membantu orangtuanya mendapatkan penghasilan.
• Kakek Cabuli Bocah 9 Tahun, Kecanduan Video Porno, Beri Uang Rp 20 Ribu, Korban Mengeluh Sakit
‘"Sudah berhenti (sekolah), kasihan orangtua, tidak ada mereka punya uang, tidak ada kerja, sayalah bantu mereka, biarlah berhenti sekolah, nanti kalau ada uang terkumpul bisa lanjut sekolah,’’ujar Thresia, Minggu (9/8/2020).
Ditemui di rumahnya, Thresia terlihat tegar dan mencoba terlihat riang, sesekali ia menjawab pertanyaan dengan isyarat dengan mata sembab, seakan menahan sesuatu yang berat.
‘’Saya maunya lanjut sekolah, tapi uang dari mana, saya mabettang (mengikat benih rumput laut) untuk beli makan,’’katanya.
Tinggal dalam rumah seng penuh tambalan dan bocor
Keadaan keluarga Thresia cukup memprihatinkan.
Mereka menempati sebuah bangunan dengan material seng usang penuh tambalan, karat dan lubang di banyak bagian.
Bangunan yang layak disebut bedeng dengan ukuran 4 x 6 meter ini menjadi tempat tinggal keluarga besar Thresia.
Mereka merupakan eks TKI Malaysia yang dideportasi pada tahun 2003 saat pemerintah Malaysia melakukan pemutihan besar besaran.
Ibunda Thresia, Maria Lipat Lema mengatakan, sebelumnya ada 8 orang yang tinggal di rumah tersebut, namun anak tertuanya Agustina Sitti (22) baru menikah dan sudah tinggal terpisah.
‘’Inilah semua kami tinggal, kalau hujan, basah semua, bocor, tempias ke mana-mana, tapi saya cuma bilang sama anak-anak, sabar ya Nak, keadaan kita memang seperti ini,"kata Maria berkaca-kaca.
Keadaan tersebut bermula saat Yohanes Abdullah mengalami sakit yang membuat kedua kaki dan tangannya terkadang mengeras, tak bisa digerakkan, dan sangat ngilu yang memaksanya lebih sering duduk di rumah.
Sementara Maria Lipat Lema juga mengalami gangguan di bagian kepala yang membuatnya terkadang meraung karena menahan sakit bagai ada paku tertancap di bagian dalam kepalanya sehingga ia lebih sering menghabiskan waktu berbaring.