Virus Corona
Heboh Jenis Baru Virus Corona di Inggris yang Menyebar Jauh Lebih Cepat, Disebut Tak Terkendali
Pemerintah Inggris umumkan adanya varian baru dari virus Corona atau Covid-19, minta masyarakat tidak bepergian saat Natal dan Tahun Baru
Editor: Talitha Desena
"Sayangnya strain baru ini di luar kendali. Kita harus mengendalikannya," ucap Hancock.
Sebelumnya Perdana Menteri Inggris Boris Johnson pada Sabtu (19/12/2020) mengumumkan, orang-orang garus membatalkan rencana Natal dan tetap di rumah karena jenus baru virus corona ini menyebar jauh lebih cepat.
Kepada Sky News Hancock berkata, situasinya sangat serius.
"Akan sangat sulit mengendalikannya sampai kami mendapat vaksinnya. Inilah yang kita hadapi selama beberapa bulan mendatang."
Dilansir dari AFP, para ilmuwan pertama kali mendeteksi varian baru virus corona ini pada pasien bulan September.
Susan Hopkins dari Public Health England menerangkan kepada Sky News, pihaknya sudah menginfokan ke pemerintah pada Jumat (18/12/2020), ketika pemodelan mengungkap jenis baru virus corona tersebut.
Dia mengonfirmasi angka yang diberikan oleh Johnson, bahwa strain virus baru ini bisa 70 persen lebih mudah menular, tapi ini baru perkiraan awal.
"Saya rasa 70 persen angka yang sesuai saat ini," katanya.
Di Indonesia, Pengendalian Transmisi Lokal Terhadap Covid-19 Disebut Lemah

Ketua Umum Masyarakat Transportasi Indonesia (MTI) Agus Taufik Mulyono menilai, dampak Covid-19 membuat penurunan kedatangan wisatawan mancanegara ke Indonesia.
Menurutnya, penurunan wisatawan mancanegara ini karena ada rasa takut terhadap lemahnya pengendalian transmisi lokal di luar area poses penerbangan.
"Dari pengamatan data lapangan kami, kegiataan kerumunan pada simpul-simpul ekonomi lokal dari bandara tujuan menuju akhir perjalanan atau dari asal menuju perjalanan belum bisa dikendalikan," ucap Agus dalam diskusi onlin Forwabuh, Sabtu (18/12/2020).
Selain itu Agus juga mengungkapkan, dari hasil riset Balitbang Kementerian Perhubungan ada beberapa fakta dan referensi ilmiah terkait keinginan publik untuk melakukan perjalanan dengan pesawat udara.
"Salah satunya adalah, dari hasil survei sebagian besar publik tidak mau membayar kursi yang dikosongkan untuk physical distancing. Tetapi ada juga yang setuju membayar tetapi tidak lebih dari harga normal," kata Agus.
Kemudian lanjut Agus, dalam survei juga menyebutkan bahwa masyarakat yang melakukan perjalanan dalam urusan bisnis dan keluarga akan tetap terbang dengan pesawat.