Berita Kriminal
'Dia Meraung Kesakitan!' Kesaksian Warga Lihat Pria Lompat dari Tower BTS di Bantul: Saya Gemeteran
Pria tewas bunuh diri lompat dari tower BTS di Bantul, saksi mata sebut korban mewraung-raung bikin gemeteran
Editor: Dika Pradana
Agar istri dan anak-anaknya dapat terurus dengan lebih baik, Truong memutuskan untuk menjemput ibunya dari pedesaan.
Di luar dugaan, selama hidup bersama, hubungan Khuong dan ibu mertuanya malah menjadi tidak harmonis, terutama karena perbedaan gaya hidup dan cara pandang.
Selain itu ,Truong juga tak tahu bagaimana menyeimbangkan dan menangani situasi dengan baik sehingga menyebabkan konflik yang semakin sengit antara ibu mertua dan menantu perempuan itu.
Khuong sudah terbiasa dengan kehidupan yang nyaman di kota, sehingga dia dianggap menghabiskan terlalu banyak uang oleh mertuanya.
Sebaliknya, ibu mertuanya berasal dari pedesaan miskin, berhemat sudah menjadi naluri, sehingga ia selalu menganggap menantu perempuannya adalah orang yang boros.
Bahkan setiap kali Khuong membeli sesuatu untuk dibawa pulang, ia malah kena omelan sang mertua.
Khuong sangat menghormati ibu mertuanya sehingga ia tidak berani membantah.
Namun seiring berjalannya waktu, ia menjadi semakin kesal.
Setiap kali terjadi konflik antara ibu mertua dan menantu itu, Truong tak pernah berani memutuskan dengan jelas siapa yang benar dan siapa yang salah.
Meskipun ia yang berada di tengah-tengah, Truong selalu memaksa istrinya untuk meminta maaf kepada ibu mertuanya.
Pasalnya, ia berpikir bahwa ini adalah cara terbaik untuk menyelesaikan masalah.
Baca juga: YA ALLAH! Mobilnya Bergoyang, Suami Kepergok Selingkuh dengan Gadis, Mertua Murka: Pecahkan Kaca!
Truong percaya bahwa ibunya sudah tua, semua yang dikatakannya hanya demi kebaikan anak-anak.
Ia hanya dapat menasehati istrinya untuk meminta maaf agar situasi tak semakin runyam.
Cara penanganan Pak Truong seperti ini tentu saja tak membuat istrinya menjadi tenang.
Namun sebaliknya, ia menjadi semakin tidak nyaman dan tertekan.
Ia berpikir bahwa suaminya tidak pernah berada di sisinya dan dia hanyalah orang luar dalam keluarga ini.
Hingga suatu hari, ketika Khuong pulang kerja, ia melihat ibu mertuanya memberi makan bubur kepada cucunya.
Namun ia memasukkannya ke dalam mulutnya terlebih dahulu baru kemudian memberikannya kepada anaknya.
Hal itu sontak membuat Khuong sangat marah dan segera menghentikan ibu mertuanya lalu mengatakan bahwa apa yang dilakukan sang ibu mertua tidak higienis dan dapat mengancam kesehatan sang anak.
Alih-alih mengerti, ibu mertuanya justru kesal karena mengira menantunya menyalahkannya.
Padahal maksudnya melakukan hal tersebut agar mulut cucunya tidak melepuh ketika disuapi makanan yang masih panas.
Sebelumnya, ia juga melakukan hal yang sama kepada putranya tanpa takut sakit sama sekali.
Khuong tidak bisa tetap tenang sehingga ia meninggikan suaranya kepada ibu mertuanya.
Siapa sangka saat mengetahuinya, Truong malah meminta istrinya meminta maaf kepada ibu mertuanya.
Kali ini, Khuong jelas tidak mau meminta maaf karena ia pikir ia tidak melakukan kesalahan.
Sang istri kemudian pergi ke kamar tidur, membanting pintu dan menangis sendirian.
Dia merasa jenuh dengan kehidupan yang terus menemui jalan buntu ini sehingga dia berniat untuk pergi.
Beberapa saat kemudian, Khuong menelepon orang tua dan adik laki-lakinya secara bergantian, memberitahu mereka untuk menjaga kesehatan dan mengingatkan adik laki-lakinya untuk berbakti kepada orang tuanya.
Saat itu, pihak keluarga merasa perkataan Khuong sangat tidak biasa, sehingga mereka menelepon untuk mengingatkan Truong agar lebih memperhatikan istrinya.
Tanpa diduga, ketika Truong masuk ke kamar tidur, ia terkejut saat mengetahui istrinya telah melompat dari lantai 28 hingga tewas.
Kepergian Khuong yang tiba-tiba membuat keluarganya tidak bisa menerimanya.
Mereka menyalahkan Truong dengan mengatakan bahwa dia dan keluarganya telah menekan Khuong hingga putri mereka berakhir mengambil langkah ini.
Akhirnya, setelah beberapa saat berdebat, Truong dan keluarga istrinya memutuskan untuk menandatangani perjanjian.
Truong akan memberikan kompensasi kepada orang tua Khuong sebesar 240 ribu yuan atau setara dengan Rp 500 juta.
Dia juga diminta untuk memberikan tunjangan bulanan sebesar 500 yuan setara dengan Rp 1 juta.
Awalnya Truong menyetujui perjanjian ini, namun kemudian ia menyesalinya dan mengatakan bahwa ia dipaksa menandatanganinya oleh orang tua istrinya, bukan atas kemauannya sendiri.
Oleh karena itu, Truong memutuskan untuk mengajukan gugatan, meminta pembatalan tunjangan bulanan untuk orang tua istrinya.
Pengadilan meninjau dan menerima permintaan Truong.
Tindakan Pak Truong ini menimbulkan banyak kontroversi di opini publik.
Ada yang berpendapat bahwa Truong berhak melindungi haknya, namun sebaliknya banyak yang marah karena menganggap Truong tidak bertanggung jawab baik dari segi emosi maupun nalar.
Kini, Truong harus merasakan rasa penyesalan ditinggal oleh istrinya.
Dia harus mengasuh anaknya seorang diri tanpa belaian wanita tersebut.
Artikel ini diolah dari TribunJogja
Sumber: Tribun Jogja
| Pesan Terakhir Arjuna, Pria Idap Epilepsi Tewas Dikeroyok di Masjid Sibolga Sumut, Adik Dapat Wasiat |
|
|---|
| Detik-detik Bripda Waldi Bunuh Dosen Wanita di Bungo Jambi, Cekik Leher Korban dengan Gagang Sapu |
|
|---|
| Detik-Detik Zulham Tukang Sate Jadi Provokator Tewaskan Arjuna di Masjid, Ajak 4 Rekan Aniaya Korban |
|
|---|
| Sosok Thoriq Pemuda di Lampung Lecehkan & Aniaya Wanita Saat Salat di Masjid, Pelaku Pengurus Masjid |
|
|---|
| Sosok Perangkat Desa di Kerek Tuban Tewas Dibacok, Diduga Motif Asmara, Korban Tiba-tiba Diserang |
|
|---|