Berita Kriminal

Trauma Dihajar Tetangga, Remaja di Mamuju sering Histeris & Ngamuk, Kini Tangan & Kakinya Diikat

Editor: Dika Pradana
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Ilustrasi remaja dianiaya tetangga, kini babak belur dan trauma hingga harus diikat

TRIBUNNEWSMAKER.COM - Seorang remaja berusia 14 tahun di Mamuju Tengah, Sulawesi Barat merasakan trauma mendalam hingga membuatnya sering histeris dan ngamuk setelah dianiaya oleh tetangganya sendiri.

Setelah mendapatkan aksi penganiayaan, korban babak belur dan melakukan aksi tak wajar.

Hal itu membuat kaki dan tangannya kini diikat oleh orangtuanya.

Ilustrasi remaja dianiaya tetangga, kini babak belur dan trauma hingga harus diikat (TribunSulbar)

Pasalnya, orangtua korban cemas bilamana anaknya melakukan aksi tak terduga yang berbahaya.

Dalam kasus ini, korban bernama Nirwansyah alias NR menjadi korban penganiayaan pria bernama Rendi di Dusun Mora, Desa Karossa, Kecamatan Karossa, Kabupaten Mamuju Tengah (Mateng), Sulawesi Barat, 

Insiden memilukan yang dialami NR ini mengundang keprihatinan.

Peristiwa tragis ini terjadi pada tanggal 24 Januari lalu, ketika NR dipukuli oleh tetangganya sendiri, Rendi.

Baca juga: MISTERI Kematian Pria di Jalan Tirtayasa Bandung, Ternyata Korban Pembunuhan, Dianiaya hingga Tewas

Baca juga: Nasib Pilu Bocah 7 Tahun di Bogor Siang Dipaksa Ngamen Ibu, Malam Dianiaya Ayah Jika Setoran Sedikit

Saat ini, NR tengah dirawat di Rumah Sakit Regional Sulawesi Barat, ditemani oleh ibunya, Icci.

Korban mengalami trauma berat sehingga kaki dan tangan NR harus diikat untuk menghindari tindakan yang dapat membahayakan dirinya.

"Anakku selalu mau lari karena takut gara-gara trauma (jadi harus diikat)," ungkap Icci saat ditemui di RSUD Regional Sulbar, Jl RE Martadinata, Kelurahan Simboro, Kecamatan Simboro, Mamuju, pada Senin, 5 Februari 2024.

Icci menuturkan bahwa dokter telah memberikan keterangan mengenai tingginya tingkat trauma yang dialami oleh anaknya.

Ilustrasi remaja dianiaya tetangga, kini babak belur dan trauma hingga harus diikat (TribunSulbar)

NR sering berteriak agar tidak dibunuh, mencerminkan dampak psikologis yang dalam akibat penganiayaan tersebut.

"Keterangan dokter tinggi sekali traumanya karena kalau berteriak lagi mengamuk, anak saya bilang jangan dibunuh," kata Icci menirukan anaknya.

"Sangat merasa hancur melihat anak saya yang babak belur usai mendapat bogem mentah dari pelaku.

Korban mengalami luka pada bagian mulut hingga membengkak," ungkap Icci, penuh emosi.

Halaman
1234