Breaking News:

Profil Soegondo Djojopoespito, Sosok di Balik Lahirnya Ikrar Sumpah Pemuda, Kelahiran Tuban Jatim

Soegondo Djojopoespito, mahasiswa hukum berusia 23 tahun, berdiri tegak menyatukan para pemuda dari berbagai daerah.

Editor: Eri Ariyanto
TribunNewsmaker.com | (Wikimedia Commons/National Library of Indonesia)
SUMPAH PEMUDA - Foto Sugondo Djojopuspito, Ketua Kongres Pemuda II yang membacakan naskah Sumpah Pemuda. 

Dari sinilah jalan hidupnya menuju peristiwa bersejarah Sumpah Pemuda 1928 terbuka lebar.

Bagi Soegondo, masa muda bukan sekadar waktu untuk menuntut ilmu, tetapi masa pembentukan karakter dan tanggung jawab kebangsaan. 

Ia memandang pendidikan sebagai panggilan untuk berbakti, bukan sarana untuk mencari jabatan atau kedudukan.

SUMPAH PEMUDA - Foto Sugondo Djojopuspito, Ketua Kongres Pemuda II yang membacakan naskah Sumpah Pemuda.
SUMPAH PEMUDA - Foto Sugondo Djojopuspito, Ketua Kongres Pemuda II yang membacakan naskah Sumpah Pemuda. (TribunNewsmaker.com | (Wikimedia Commons/National Library of Indonesia))

Soegondi menjadi ketua Kongres Pemuda II 

Memasuki tahun 1928, suasana kebangkitan nasional di Hindia Belanda mulai menguat. 

Organisasi pemuda tumbuh di berbagai daerah dengan semangat yang sama, cinta tanah air. 

Namun, pergerakan itu masih berjalan sendiri-sendiri. Masing-masing organisasi lebih menonjolkan identitas kedaerahan seperti Jong Java, Jong Sumatera, Jong Celebes, dan Jong Ambon.

Di tengah situasi itulah Soegondo Djojopoespito tampil sebagai sosok muda yang berani memikirkan cara baru, menyatukan semua kekuatan pemuda di bawah satu cita-cita nasional.

Sebagai mahasiswa di Rechts Hoogeschool dan sekaligus ketua Perhimpunan Pelajar-Pelajar Indonesia (PPPI), Soegondo berada di pusat pergerakan intelektual pemuda di Batavia. 

Organisasi ini berbeda dari yang lain. PPPI tidak berbasis kedaerahan, tetapi menekankan semangat nasional Indonesia.

Dari ruang diskusi sederhana PPPI di Batavia, Soegondo dan kawan-kawan seperti Mohammad Yamin, Amir Sjarifuddin, serta Djoko Marsaid mulai menggagas ide untuk menggelar sebuah kongres besar yang mempertemukan seluruh organisasi pemuda dari Sabang sampai Merauke.

Persiapan kongres tidak mudah. Pemerintah kolonial memantau ketat setiap aktivitas pemuda. Mereka khawatir perkumpulan semacam itu akan menyulut semangat kemerdekaan. 

Namun Soegondo dan kawan-kawan tetap bergerak secara hati-hati. Mereka menyusun rencana, menentukan panitia, serta mencari tempat yang aman untuk berkumpul.

Akhirnya, pada 27–28 Oktober 1928, Kongres Pemuda II resmi digelar. Soegondo dipercaya menjadi ketua kongres, dengan Mohammad Yamin sebagai sekretarisnya. Pertemuan pertama berlangsung di gedung Katholieke Jongelingen Bond di Lapangan Banteng, Batavia.

Sebagai pemimpin sidang, Soegondo membuka acara dengan nada tegas namun hangat. 

Dalam sambutannya, ia mengajak seluruh peserta meninggalkan perbedaan suku, agama, dan bahasa, demi satu tujuan bersama, kemerdekaan Indonesia.

Halaman 3/4
Tags:
Soegondo DjojopoespitoSumpah PemudaTubanJawa Timur
Rekomendasi untuk Anda

BERITA TERKINI

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved