Breaking News:

Sosok Deni Rukmana, Ortu yang Viralkan Guru Rana Tampar Anaknya di Subang Jabar, Pekerjaan Mentereng

Deni Rukmana viral usai ungkap aksi Guru Rana Saputra tampar anaknya di Subang, sosoknya punya pekerjaan mentereng.

Editor: Eri Ariyanto
TribunNewsmaker.com | ig/dedimulyadi71
SOSOK VIRAL - Deni Rukmana (kiri) viral usai ungkap aksi Guru Rana Saputra tampar anaknya di Subang, sosoknya punya pekerjaan mentereng. 
Ringkasan Berita:
  • Seorang ayah bernama Deni Rukmana (38) tak terima anaknya berinisial ZR ditampar oleh guru Rana Saputra,
  • Deni Rukmana pun langsung mendatangi SMP Negeri 2 Jalancagak, Subang dan memviralkan sang guru di media sosialnya.
  • Belakangan diketahui, Deni Rukmana dikenal sebagai konten kreator.

TRIBUNNEWSMAKER.COM - Nama Deni Rukmana mendadak jadi sorotan usai memviralkan aksi Guru Rana Saputra yang menampar anaknya di Subang, Jawa Barat.

Sosok ayah ini ternyata memiliki pekerjaan mentereng dan dikenal aktif di media sosial.

Unggahan Deni langsung memicu reaksi publik hingga kasusnya diisukan melebar ke ranah hukum.

Baca juga: Nasib Rana Saputra Guru Tampar Siswa di Subang, Kini Diminta Ganti Rugi, Dedi Mulyadi Turun Tangan

Orang tua siswa di SMP Negeri 2 Jalancagak, Subang memviralkan seorang guru yang melakukan penamparan terhadap anaknya di sekolah.

Seorang ayah bernama Deni Rukmana (38) tak terima anaknya berinisial ZR ditampar oleh guru Rana Saputra,

Deni Rukmana pun langsung mendatangi SMP Negeri 2 Jalancagak, Subang dan memviralkan sang guru di media sosialnya.

Belakangan diketahui, Deni Rukmana dikenal sebagai konten kreator.

Ia merupakan pemilik akun Instagram @mangdans_ dengan jumlah followers mencapai 14,6 ribu.

Beberapa unggahannya, Deni kerap membuat konten bersama istrinya dengan konsep rumah tangga sambil berguyon.

Selain itu, Deni dan istri pun kerap menerima endorsement.

Kini, sosoknya jadi sorotan setelah anak laki-lakinya menjadi korban penamparan oleh gurunya di sekolah SMP Negeri 2 Jalancagak, Subang.

Sebelumnya, Deni Rukmana membeberkan video kedatangannya ke sekolah hingga mengamuk sang guru awalnya untuk klarifikasi secara baik-baik.

Namun situasi sempat memanas karena sang guru merasa tidak terima atas pertanyaannya. 

‎“Awalnya saya datang karena dapat laporan anak saya ditampar beberapa kali. Saya hanya mau menanyakan secara baik-baik saja. Tapi salah seorang guru malah menanggapi dengan nada tinggi, seolah merasa tindakannya itu benar,” ujar Deni Rukmana.

GURU VIRAL - Guru bernama Rana Saputra (kiri) di Subang diminta ganti rugi usai tampar siswa, membuatnya goyah hingga akhirnya dibela Dedi Mulyadi (kanan).
GURU VIRAL - Guru bernama Rana Saputra (kiri) di Subang diminta ganti rugi usai tampar siswa, membuatnya goyah hingga akhirnya dibela Dedi Mulyadi (kanan). (TribunNewsmaker.com | Youtube KANG DEDI MULYADI CHANNEL)

Ngadu ke Dedi Mulyadi

Sebelumnya, orang tua siswa itu membawa nama Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi.

"Lah ini anda main gampar-gampar aja. Pak Dedi tolong lah," ucap orang tua itu kepada guru tersebut. 

Sang guru lalu menantang orang tua siswa itu untuk melapor ke Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi, setelah dirinya dituding melakukan kekerasan terhadap anaknya.

"Laporin saja ke Pak Dedi Mulyadi, saya tunggu," katanya menantang balik. 

Percakapan semakin panas saat guru membela tindakannya terhadap anak dari orang tua siswa tersebut. 

"Kalau anak bapak tidak nakal, kalau anak bapak baik-baik saja, saya tampar saya salah," katanya. 

Ia membantah jika melakukan tamparan keras terhadap siswa tersebut. 

"Kalau saya gampar, anak bapak sudah pingsan," katanya. 

Kendati demikian, orang tua siswa itu menegaskan bahwa tindakan kekerasan apapun terhadap anak didik tidak bisa dibenarkan. 

"Harusnya panggil orang tua ya pak, jangan main-main tangan sendiri, apakah boleh sekarang saya tanya boleh enggak seorang guru gampar-gampar anak. Enggak boleh. Ada undang-undangnya sekarang," katanya. 

Pasca-bertemu guru Rana, Dedi pun memanggil Deni Rukmana, orangtua murid yang tak terima anaknya ditampar guru Rana.

Sempat ngotot koar-koar di media sosial atas penamparan yang dilakukan guru Rana, Deni justru mengurai pernyataan berbeda soal kasus tersebut.

Deni berjanji tidak akan memperkarakan Deni ke polisi.

Tak dibela Dedi Mulyadi, Deni mengaku tidak ada dendam dengan guru Rana.

"Dengan adanya masalah ini, semoga ke depannya lebih baik lagi buat anak saya terutama. Untuk para guru, biar lebih semangat lagi mendidik anak-anaknya. Hindari kekerasan," kata Deni Rukmana.

"Besok kita bertemu guru di sekolah, masalahnya kita selesaikan. Tidak ada dendam, tidak ada proses hukum," imbuh Dedi Mulyadi.

SOSOK VIRAL - Deni Rukmana (kiri) viral usai ungkap aksi Guru Rana Saputra tampar anaknya di Subang, sosoknya punya pekerjaan mentereng.
SOSOK VIRAL - Deni Rukmana (kiri) viral usai ungkap aksi Guru Rana Saputra tampar anaknya di Subang, sosoknya punya pekerjaan mentereng. (TribunNewsmaker.com | ig/dedimulyadi71)

Kronologi Versi Siswa

ZR, siswa di SMP Negeri 2 Jalancagak, Kabupaten Subang muncul membuat pengakuan pasca diduga menjadi korban penamparan guru.

Anak tersebut menjelaskan bahwa dirinya sudah mengakui kesalahan dan meminta maaf.

Namun, ia tetap mendapatkan hukuman fisik.

"Kesalahan abang pas hari Rabu, abang telat masuk lewat belakang pagar yang udah jadi, tapi abang udah ngakuin itu kesalahan."

"Cuman salah gurunya itu pas hari Senin, masalah udah selesai padahal guru udah nelpon orang tua, abang juga udah minta maaf," kata siswa itu pada Rabu (5/11/2025). 

Siswa tersebut menceritakan momen saat dirinya dipanggil dan ditampar sebanyak tiga kali di depan banyak murid setelah upacara bendera. 

"Ditampar 3 kali pertama pas udah selesai upacara. Banyak saksi. Digampar ada 8 orang. Yang pertama kelas 8, saya sama rio kasusnya gara-gara cuma loncat di hari Rabu. Yang sisanya itu ada yang bolos, ada yang kabur," katanya.

Ia mengatakan tamparan pertama dan kedua mengenai pipi kanan. 

Sementara itu, tamparan ketiga mengenai pipi kiri.  

Aksi itu dilakukan di hadapan seluruh siswa yang duduk di lapangan sekolah setelah upacara selesai.

"Bagian kanan dua kali bagian kiri satu kali. Digampar itu pakai tangan kiri, abis itu udah dipanggil yang lainnya yang belum terpanggil," ujarnya.

Menurut pengakuannya, kasus kekerasan fisik itu itu terjadi di depan umum dan disaksikan oleh ratusan siswa yang baru saja mengikuti upacara.

"Banyak, kalau ditampar itu selesai upacara kan selalu ada pengumuman nah abis upacara itu disuruh duduk semua murid tuh nah jadinya langsung deh, saya dan si Rio dipanggil yang manjat itu di depan dibarisin (lalu digampar)," katanya. 

Pengakuan Guru

Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi akhirnya turun tangan menangani kasus tersebut.

Dedi Mulyadi mendatangi SMP Negeri 2 Jalancagak, Subang. Ia juga bertemu langsung dengan guru yang menampar murid yakni Rana Setiaputra.

Dalam pertemuan itu, mantan Bupati Purwakarta tersebut menanyakan duduk persoalan antara guru dan orang tua siswa yang sebelumnya viral di media sosial.

Kepada Dedi Mulyadi, Rana mengaku menampar ZR (16) karena siswa tersebut membuat masalah. 

"Anaknya merokok, berkelahi, mengganggu kelas yang lain, loncat," ujar Rana kepada Dedi, dikutip dari video yang diunggah di akun Instagram Dedi, Rabu (5/11/2025).

Sebelumnya, kata Yaumi, ZR sudah beberapa kali melakukan pelanggaran sejak kelas VII. Orangtuanya pun pernah dipanggil.

Di hadapan sang guru, Dedi Mulyadi menyampaikan pesan soal tugas guru dan tugas orang tua.

Ia menyebut bahwa sejatinya guru mendidik siswa di sekolah.

Begitu juga dengan tugas orang tua yang mendidik anaknya di rumah.

Menurut Gubernur Jawa Barat itu, baik guru dan orang tua siswa memiliki peran dan tanggung jawab yang sama hanya berbeda tempat.

Oleh karena itu, menurut Dedi, guru dan orang tua siswa pun harus bisa saling menghargai.

“Ketika di sekolah anak menjadi tanggung jawab guru, ketika di rumah tanggung jawab orang tua, jadi dua-duanya harus saling menghargai,”

“Kalau dititipkan di sekolah, percayakan kepada guru”

“Kalau gurunya agak keras sedikit, nah orang tuanya juga harus menyadari kenapa kekerasan itu terjadi”

“Tetapi guru juga harus menyadari tidak semua hal bisa diselesaikan dengan kekerasan,” ujar Dedi Mulyadi.
 
Dalam unggahan melalui akun instagram pribadinya, Rabu (5/11/2025), Dedi Mulyadi menuliskan caption.

"Seringkali keras bukan artinya benci, di balik itu ada kasih sayang agar karakter anak didik bisa berangsur membaik," tulis Dedi Mulyadi.

Ia mencontohkan pengalamannya pribadi saat masih menjadi pelajar.

"Saya pernah dipukul oleh guru saat sekolah. Berkahnya sekarang jadi gubernur," kata Dedi Mulyadi.
 
Sementara orang tua ZR, Deni Rukmana (38) menjelaskan maksud dan tujuannya mendatangi sekolah usai anaknya ditampar guru.

Ia menegaskan, kedatangannya ke sekolah hanya untuk mengklarifikasi secara baik-baik.

Namun, menurutnya, situasi memanas karena sang guru merasa tidak terima atas pertanyaannya.

‎“Awalnya saya datang karena dapat laporan anak saya ditampar beberapa kali. Saya hanya mau menanyakan secara baik-baik saja."

"Tapi salah seorang guru malah menanggapi dengan nada tinggi, seolah merasa tindakannya itu benar,” ujar Deni saat ditemui TribunJabar.id di kediamannya, Rabu.

Sudah Dimediasi

Wakil Kepala Sekolah (Wakasek) Sarana dan Prasarana SMP Negeri 2 Jalancagak, Yaumi Basuki menuturkan, pihak sekolah telah melakukan mediasi dengan guru dan orang tua ZR, Selasa (4/11/2025).

Baik guru maupun orang tua siswa telah sepakat saling memaafkan.

‎"Kemarin sudah ada pertemuan, sudah saling memaafkan. Guru yang bersangkutan dan orang tua sudah saling menerima," katanya.

Akan tetapi, setelah mediasi dan dianggap selesai, pihak orang tua tetap memutuskan untuk mempublikasikan kejadian tersebut ke media  sosial.

‎"Kami tidak bisa melarang, itu hak beliau. Tapi pada hari Selasa masalah sebenarnya sudah selesai dan sudah ada kata maaf," Yaumi.

Peristiwa itu bermula saat guru Rana berupaya menegakkan kedisiplinan.

Pasalnya, ZR dan tujuh siswa lainnya kedapatan meloncat pagar sekolah untuk bolos.

Lebih lagi, pagar tersebut baru selesai dibangun dan pihak sekolah telah mewanti-wanti agar fasilitas itu dijaga.

Namun, dalam kasus ini, pihak sekolah tidak membenarkan adanya kekerasan fisik yang dilakukan Rana terhadap para siswa tersebut.

‎"Kejadian kemarin itu sebenarnya bentuk kesalahpahaman antara orang tua siswa dan pihak sekolah."

"Kami ingin menegakkan kedisiplinan, namun kami juga tidak membenarkan adanya kekerasan fisik," ujar Yaumi saat ditemui Tribunjabar.id di SMPN 2 Jalancagak, Rabu (5/11/2025).

Yaumi menerangkan, ada delapan siswa yang saat itu mendapat tindakan disiplin berupa tamparan ringan.

‎"Iya, delapan orang. Guru hanya menampar pelan. Itu dilakukan setelah upacara dan anak-anak belum bubar," terang dia.

Meski menyebut tindakan itu sebagai bentuk penegakan disiplin, namun pihak sekolah mengakui cara tersebut keliru.

‎"Kami akan mengevaluasi cara pembinaan. Ke depan kami akan mencari solusi bagaimana mendisiplinkan tanpa kekerasan fisik," ujar Yaumi.

(TribunNewsmaker.com/TribunSumsel.com)

Tags:
Deni RukmanaorangtuaSubangJawa Baratmurid
Rekomendasi untuk Anda

BERITA TERKINI

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved