Breaking News:

Sudah Bisa Tenang Ada Vaksin Covid-19? Ternyata Masker Tetap Harus Dipakai Setahun Lagi, Mengapa?

Walau sudah ada vaksin Covid-19, penggunaan masker masih penting dilakukan hingga setahun ke depan, mengapa demikian?

Freepik/user15285612
Wanita memakai masker untuk mencegah penularan virus corona (Ilustrasi) 

TRIBUNNEWSMAKER.COM - Vaksin Covid-19 sudah mulai didistribusikan ke berbagai daerah di Tanah Air, tapi masih menunggu EUA dari BPOM sebelum boleh diberikan ke masyarakat. Walau sudah ada vaksin, penggunaan masker masih penting dilakukan hingga setahun ke depan, mengapa demikian?

Beberapa negara sudah mulai melakukan vaksinasi Covid-19 terhadap warganya. Hal ini memunculkan harapan pandemi akan segera berakhir.

Kendati demikian, protokol kesehatan seperti memakai masker dan jaga jarak masih harus terus dilakukan. Setidaknya sampai satu tahun ke depan.

Alasannya karena belum ada bukti ilmiah yang menunjukkan vaksinasi dapat mencegah penularan. Selain itu, penggunaan masker juga bertujuan melindungi anak-anak.

Wanita memakai masker untuk mencegah penularan virus corona (Ilustrasi)
Wanita memakai masker untuk mencegah penularan virus corona (Ilustrasi) (Freepik/prostooleh)

Di negara-negara tertentu, vaksinasi difokuskan untuk tenaga kesehatan dan orang dewasa. Anak-anak masuk kelompok prioritas rendah penerima vaksin karena infeksi penyakit ini pada anak tidak berdampak parah. Akan tetapi, mereka tetap harus terlindungi dari penyakit.

Vaksinasi pada orang dewasa merupakan salah satu cara untuk menjaga keamanan pada anak-anak. Tapi bukan berarti protokil kesehatan bisa diabaikan.

“Mencegah penyakit parah adalah hal paling mudah, mencegah penyakit ringan jauh lebih sulit, dan mencegah semua infeksi adalah yang tersulit."

Demikian yang diungkap oleh Deepta Bhattacharya, ahli imunologi di University Arizona kepada New York Times .

Menurutnya, meskipun vaksin dianggap 95 persen efektif mencegah penyakit simptomatik, tapi belum tentu bisa mencegah semua infeksi.

Ketika seseorang mendapat vaksinasi Covid-19, sistem kekebalannya meningkat dan menghasilkan antibodi.

Apabila virus SARS-CoV-2 masuk ke tubuhnya, maka antibodi dapat melawan virus sehingga kemungkinan besar orang tersebut tidak terinfeksi.

Namun, ada juga kemungkinan antibodi yang terbentuk tidak cukup untuk melawan virus. Bila kondisinya demikian, maka virus dapat berkembang.

Baca juga: Vaksinasi Covid-19 Dimulai pada Rabu, 13 Januari 2021, Penyuntikan Perdana kepada Presiden Jokowi

Baca juga: Syarat Kehalalan Vaksin Untuk Pengobatan, Bagaimana jika Hasil Uji Haram? Ini Penjelasan LP POM MUI

Ambil contoh antibodi seseorang tidak cukup kuat melawan virus yang ada di hidungnya. Virus kemudian bisa berkembang biak. Ketika orang tersebut bernapas atau bersin, virus yang ada di hidung bisa keluar dan kemudian menulari orang lain.

“Ini semacam perlombaan, tergantung apakah virus dapat bereplikasi lebih cepat atau sistem kekebalan dapat mengendalikannya lebih cepat,” ujar Marion Pepper, ahli imunologi di University of Washington.

Tidak ada yang mengetahui secara pasti berapa banyak orang yang mendapatkan vaksinasi bisa menyebabkan penyebaran virus secara asimtomatik.

Oleh karenanya, semua pihak harus berhati-hati hingga data tersedia. Jadi, meskipun seseorang telah mendapatkan vaksinasi, dia tetap harus melakukan protokol kesehatan.

"Sampai ada data tentang kinerja vaksin, saya pikir semua orang tetap harus memakai masker,” kata dokter anak Dyan Hes.

Anak tidak divaksin

Perlu menjadi catatan, anak-anak mungkin tidak akan mendapatkan vaksin selama berbulan-bulan kemudian, karena beberapa alasan.

Pertama, uji coba harus menunjukkan bahwa vaksin yang berhasil pada orang dewasa juga aman dan efektif pada anak-anak. Vaksin yang digunakan harus sama.

Saat ini, Pfizer tengah menguji vaksin pada anak-anak berusia 12 tahun yang sudah dilakukan pada awal Oktober. Moderna akan segera mengikuti langkah tersebut.

Begitu pembuat vaksin menerima hasil dari kelompok usia tersebut, maka perusahaan dapat memulai uji coba dengan anak-anak yang lebih kecil.

Namun semuanya butuh waktu, tergantung kapan vaksin diberikan untuk anak-anak.

Di sisi lain, walaupun kebanyakan anak tidak sakit parah saat terinfeksi virus SARS-CoV-2, tapi itu bukan jaminan mereka aman.

Beberapa anak dirawat dirumah sakit dengan sindrom inflamasi multisistem terkait dengan Covid-19. Sedangkan beberapa anak lainnya meninggal karena komplikasi terkait penyakit ini.

Anak-anak mungkin bukan korban utama penyakit ini, tetapi penting untuk menjaga keamanan mereka dari Covid-19.

Keamanan anak-anak tergantung dari tindakan orang dewasa yang divaksinasi. Apakah mereka bertanggung jawab dalam tindakannya atau tidak.

Apabila orang dewasa mengabaikan protokol kesehatan setelah divaksinasi, maka anak-anak yang harus membayar konsekuensinya.

Baca juga: VIRAL Pesan WhatsApp tentang Vaksin Sinovac Tidak Halal karena dari Kera Hijau, Ahli Klarifikasi

Baca juga: 2 Cara Cek Penerima Vaksin Gratis: Masukkan NIK ke pedulilindungi.id/cek-nik atau Hubungi Nomor Ini

Waspadai hal ini jika sering kalungkan masker yang tidak dipakai

Masker terbukti efektif untuk mengendalikan penyebaran Covid-19. Tapi, tidak semua orang memakai masker dengan benar. Salah satu yang sedang tren sekarang adalah mengalungkan masker di leher saat sedang makan atau berfoto.

Banyak penjual yang menawarkan kalung atau rantai khusus untuk masker. Ada juga masker yang desainnya dibuat bisa dikalungkan.

Walau begitu, mengalungkan masker tidak dibenarkan oleh ahli mikrobiologi klinis, dr Cahyarini Dwiatmo, SpMK (K). Bahkan meskipun masker yang dikalungkan dalam keadaan terlipat atau tertutup.

"Terlipat ataupun tidak, masker yang dikalungkan di leher maupun hanya tercantol di telinga, tetap berisiko untuk kesehatan," kata Cahyarini kepada Kompas.com, Senin (4/1/2020).

Lebih lanjut dokter yang juga Ketua Komite Pusat Pengendalian Infeksi (PPI) RSUP Persahabatan itu menerangkan risiko kesehatan mengalungkan masker.

Menurutnya, bagian atau sisi luar masker merupakan area yang paling kotor. Ada kemungkinan virus SARS-CoV-2 maupun virus dan bakteri lainnya menempel di area tersebut.

Ketika masker dikalungkan, maka sisi luar masker akan bersentuhan dengan pakaian. Selain itu, posisinya juga persis berada di bawah dagu.

Hal itu bisa membuat virus terhirup oleh hidung dan masuk ke tubuh. Apabila imunitas tubuh sedang tidak optimal, virus yang terhirup itu bisa menginfeksi.

"Akhirnya tubuh malah tertular penyakit oleh masker yang dianggap sebagai alat yang mampu melindungi kita dari penyebaran virus," ucap Cahyarini.

"Saya punya analogi, masker itu seperti underwear. Tidak nyaman kalau dipakai terbalik, malu kalau diperlihatkan, ditaruh sembarangan, atau ditaruh di tas tanpa dibungkus," tambahnya.

Cara terbaik menyimpan masker saat hendak makan adalah memasukkan ke tempat khusus, misalnya amplop.

Baru setelah makan masker digunakan kembali, dengan catatan sudah mencuci tangan sebelumnya.

(Kompas.com/Maria Adeline Tiara Putri)

Sebagian artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Sudah Ada Vaksin, Masker Tetap Harus Dipakai Setahun Lagi" dan "Kalungkan Masker Saat Tidak Dipakai, Waspadai Hal Ini"

Sumber: Kompas.com
Tags:
vaksinCovid-19protokol kesehatanmasker
Rekomendasi untuk Anda

BERITA TERKINI

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved