Breaking News:

Sosok Ikhlas Thamrin, Penemu Bobibos Bahan Bakar Jerami, Guncang Energi Nasional, Lulusan UNS Solo

Dari limbah jerami sawah, Ikhlas Thamrin ciptakan Bobibos, bahan bakar masa depan Indonesia.

Editor: Eri Ariyanto
TribunNewsmaker.com | uns.ac.id
SOSOK VIRAL - Dari limbah jerami sawah, Ikhlas Thamrin ciptakan Bobibos, bahan bakar masa depan Indonesia. 

Karena itu, Ali menekankan pentingnya adanya transparansi mengenai formula, proses produksi, serta hasil uji laboratorium agar publik dapat menilai kualitas, keamanan, dan kesesuaian Bobibos dengan standar bahan bakar sebelum dipasarkan luas.

Kang Dedi Mulyadi Teken MoU dengan Bobibos

Sementara itu, Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi resmi menandatangani nota kerjasama dengan penemu Bahan Bakar Original Buatan Indonesia Bos (Bobibos), Muhammad Ikhlas Thamrin, di Lembur Pakuan, Kabupaten Subang, Sabtu (15/11/2025).

Kerjasama tersebut bertujuan mengembangkan bahan bakar nabati berbasis jerami agar bisa masuk ke tahap produksi.

"Kita sudah tanda tangan MoU. MoU-nya sudah ditanda tangan antara saya dengan bosnya, Bobibos," ujar Dedi dalam rekaman video yang diterima Kompas.com, Sabtu (15/11/2025).

Mantan Bupati Purwakarta itu menjelaskan, produksi perdana bahan bakar nabati tersebut akan segera dilakukan dalam waktu dekat.

Rencananya akan dilakukan uji coba di lingkungan Lembur Pakuan terlebih dahulu.

"Nanti ke depannya adalah hal-hal yang bersifat teknisnya. Jadi minggu depan kita panen. Maka jeraminya akan segera dibuat produksi untuk bahan bakar nabati dan konsumsinya hanya untuk uji coba di lingkungan Lembur Pakuan dulu," katanya.

Menurut Dedi, penggunaan bahan bakar nabati selain ramah bagi lingkungan, diyakini juga dapat mengurangi beban subsidi pemerintah untuk penyediaan BBM.

Ia menargetkan, bila uji coba di Lembur Pakuan berjalan baik, ke depannya akan diterapkan di seluruh jajaran Organisasi Perangkat Daerah (OPD) Pemerintah Provinsi Jawa Barat.

"Minimal seluruh jajaran pemerintah Provinsi Jawa Barat ke depan menggunakan bahan bakar nabati sehingga APBD-nya efisien. APBD-nya efisien, subsidi negaranya terkurangi karena subsidi BBM sama tinggi," tuturnya.

Selain mengurangi beban subsidi energi, Dedi menilai inovasi ini berpotensi membawa dampak ekonomi bagi petani.

Limbah jerami yang selama ini tidak bernilai bisa menjadi komoditas baru. Sebab, menurutnya, petani nantinya tidak hanya menjual padi. Namun juga bisa menjual jerami.

Menteri ESDM Bahlil Lahadalia Hati-hati

Di sisi lain, inovasi Bobibos ditanggapi hati-hati oleh Menteri ESDM Bahlil Lahadalia.

Di tengah sorotan dan euforia publik, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) memilih bersikap hati-hati.

Menteri ESDM Bahlil Lahadalia menegaskan pihaknya belum dapat memberikan penilaian sebelum hasil kajian teknis dan uji laboratorium lengkap diperoleh.

“Kita pelajari dulu ya, kita pelajari dulu,” ujar Bahlil singkat saat ditemui usai rapat dengan Komisi VII DPR di Jakarta, Selasa (11/11/2025), dikutip dari tayangan video KompasTV.

Bahlil menambahkan, pemerintah tidak ingin gegabah menanggapi setiap klaim inovasi energi baru tanpa uji validasi yang jelas.

Menurutnya, aspek keselamatan, kualitas bahan bakar, dan kelayakan komersial menjadi faktor penting sebelum sebuah produk bisa dipasarkan secara luas.

Banyak Tahap dari Sisi Akademik

Dari sisi akademik, kalangan perguruan tinggi menilai inovasi Bobibos menjanjikan, namun tetap membutuhkan uji multidisipliner yang ketat.

Dalam ulasan resminya, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) Universitas Negeri Surabaya (Unesa) menegaskan bahwa validasi bahan bakar baru tidak cukup hanya dengan hasil laboratorium tunggal.

Diperlukan serangkaian uji keselamatan produksi, standar emisi, serta ketahanan mesin dalam berbagai kondisi iklim dan merek kendaraan.

“Regulator harus memastikan produk tidak hanya bagus di laboratorium, tapi juga aman, andal, dan berkelanjutan di lapangan,” tulis FMIPA Unesa dalam ulasannya.

Pihak kampus juga menyoroti empat hal yang menjadi keraguan publik, yakni keaslian hasil uji laboratorium, efek jangka panjang terhadap mesin, dampak lingkungan yang benar-benar terukur, serta kesiapan regulasi dan distribusi nasional.

Untuk itu, akademisi mendorong agar tim pengembang membuka data hasil uji secara transparan, menggandeng lembaga pengujian independen, dan melibatkan BUMN energi atau pelaku industri migas guna memastikan skala produksi dan kepatuhan terhadap regulasi.

 “Tanpa keterbukaan dan kolaborasi formal, inovasi berisiko berhenti di tataran viral semata,” tulis FMIPA Unesa mengingatkan.

(TribunNewsmaker.com/BangkaPos.com)

Halaman 4/4
Tags:
Ikhlas Thamrinbahan bakarUNS
Rekomendasi untuk Anda

BERITA TERKINI

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved