Breaking News:

Sosok Deni Rukmana, Ortu yang Viralkan Guru Rana Tampar Anaknya di Subang Jabar, Pekerjaan Mentereng

Deni Rukmana viral usai ungkap aksi Guru Rana Saputra tampar anaknya di Subang, sosoknya punya pekerjaan mentereng.

Editor: Eri Ariyanto
TribunNewsmaker.com | ig/dedimulyadi71
SOSOK VIRAL - Deni Rukmana (kiri) viral usai ungkap aksi Guru Rana Saputra tampar anaknya di Subang, sosoknya punya pekerjaan mentereng. 

Dalam pertemuan itu, mantan Bupati Purwakarta tersebut menanyakan duduk persoalan antara guru dan orang tua siswa yang sebelumnya viral di media sosial.

Kepada Dedi Mulyadi, Rana mengaku menampar ZR (16) karena siswa tersebut membuat masalah. 

"Anaknya merokok, berkelahi, mengganggu kelas yang lain, loncat," ujar Rana kepada Dedi, dikutip dari video yang diunggah di akun Instagram Dedi, Rabu (5/11/2025).

Sebelumnya, kata Yaumi, ZR sudah beberapa kali melakukan pelanggaran sejak kelas VII. Orangtuanya pun pernah dipanggil.

Di hadapan sang guru, Dedi Mulyadi menyampaikan pesan soal tugas guru dan tugas orang tua.

Ia menyebut bahwa sejatinya guru mendidik siswa di sekolah.

Begitu juga dengan tugas orang tua yang mendidik anaknya di rumah.

Menurut Gubernur Jawa Barat itu, baik guru dan orang tua siswa memiliki peran dan tanggung jawab yang sama hanya berbeda tempat.

Oleh karena itu, menurut Dedi, guru dan orang tua siswa pun harus bisa saling menghargai.

“Ketika di sekolah anak menjadi tanggung jawab guru, ketika di rumah tanggung jawab orang tua, jadi dua-duanya harus saling menghargai,”

“Kalau dititipkan di sekolah, percayakan kepada guru”

“Kalau gurunya agak keras sedikit, nah orang tuanya juga harus menyadari kenapa kekerasan itu terjadi”

“Tetapi guru juga harus menyadari tidak semua hal bisa diselesaikan dengan kekerasan,” ujar Dedi Mulyadi.
 
Dalam unggahan melalui akun instagram pribadinya, Rabu (5/11/2025), Dedi Mulyadi menuliskan caption.

"Seringkali keras bukan artinya benci, di balik itu ada kasih sayang agar karakter anak didik bisa berangsur membaik," tulis Dedi Mulyadi.

Ia mencontohkan pengalamannya pribadi saat masih menjadi pelajar.

"Saya pernah dipukul oleh guru saat sekolah. Berkahnya sekarang jadi gubernur," kata Dedi Mulyadi.
 
Sementara orang tua ZR, Deni Rukmana (38) menjelaskan maksud dan tujuannya mendatangi sekolah usai anaknya ditampar guru.

Ia menegaskan, kedatangannya ke sekolah hanya untuk mengklarifikasi secara baik-baik.

Namun, menurutnya, situasi memanas karena sang guru merasa tidak terima atas pertanyaannya.

‎“Awalnya saya datang karena dapat laporan anak saya ditampar beberapa kali. Saya hanya mau menanyakan secara baik-baik saja."

"Tapi salah seorang guru malah menanggapi dengan nada tinggi, seolah merasa tindakannya itu benar,” ujar Deni saat ditemui TribunJabar.id di kediamannya, Rabu.

Sudah Dimediasi

Wakil Kepala Sekolah (Wakasek) Sarana dan Prasarana SMP Negeri 2 Jalancagak, Yaumi Basuki menuturkan, pihak sekolah telah melakukan mediasi dengan guru dan orang tua ZR, Selasa (4/11/2025).

Baik guru maupun orang tua siswa telah sepakat saling memaafkan.

‎"Kemarin sudah ada pertemuan, sudah saling memaafkan. Guru yang bersangkutan dan orang tua sudah saling menerima," katanya.

Akan tetapi, setelah mediasi dan dianggap selesai, pihak orang tua tetap memutuskan untuk mempublikasikan kejadian tersebut ke media  sosial.

‎"Kami tidak bisa melarang, itu hak beliau. Tapi pada hari Selasa masalah sebenarnya sudah selesai dan sudah ada kata maaf," Yaumi.

Peristiwa itu bermula saat guru Rana berupaya menegakkan kedisiplinan.

Pasalnya, ZR dan tujuh siswa lainnya kedapatan meloncat pagar sekolah untuk bolos.

Lebih lagi, pagar tersebut baru selesai dibangun dan pihak sekolah telah mewanti-wanti agar fasilitas itu dijaga.

Namun, dalam kasus ini, pihak sekolah tidak membenarkan adanya kekerasan fisik yang dilakukan Rana terhadap para siswa tersebut.

‎"Kejadian kemarin itu sebenarnya bentuk kesalahpahaman antara orang tua siswa dan pihak sekolah."

"Kami ingin menegakkan kedisiplinan, namun kami juga tidak membenarkan adanya kekerasan fisik," ujar Yaumi saat ditemui Tribunjabar.id di SMPN 2 Jalancagak, Rabu (5/11/2025).

Yaumi menerangkan, ada delapan siswa yang saat itu mendapat tindakan disiplin berupa tamparan ringan.

‎"Iya, delapan orang. Guru hanya menampar pelan. Itu dilakukan setelah upacara dan anak-anak belum bubar," terang dia.

Meski menyebut tindakan itu sebagai bentuk penegakan disiplin, namun pihak sekolah mengakui cara tersebut keliru.

‎"Kami akan mengevaluasi cara pembinaan. Ke depan kami akan mencari solusi bagaimana mendisiplinkan tanpa kekerasan fisik," ujar Yaumi.

(TribunNewsmaker.com/TribunSumsel.com)

Halaman 4/4
Tags:
Deni RukmanaorangtuaSubangJawa Baratmurid
Rekomendasi untuk Anda

BERITA TERKINI

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved